⚠️trigger warning⚠️: mature🔞, sexual disorder, sadomasochism, fetish, harsh words, violent act, blood.
Sadomasochism
`the derivation of pleasure from the infliction of physical or mental pain either on others or on oneself.
Seoul, 21.46 p.m
Gemerlap lampu menerangi megahnya sebuah bar di sudut kota. Debuman musiknya terdengar bahkan sebelum masuk di dalamnya. Saat melangkahkan kaki ke dalam, netra akan dimanjakan oleh gerakan bebas pengunjung yang tengah meliukkan tubuhnya. Bau alkohol begitu menyeruak bercampur bau keringat. Jika belum pernah datang, baru setengah langkah dari pintu masuk kepala pusing dibuatnya.
Hal ini tentu tak berlaku bagi sosok pria berjas hitam formal yang baru datang bersama Mercedez hitam doff-nya. Sepatu pantofel gelap mengkilap menimbulkan suara enak didengar saat sosoknya berjalan. Rambut lebatnya ditata rapih dengan gel rambut menambah kesan bak eksekutif muda.
Berada di dalam membuatnya menjadi pusat perhatian, selalu begini. Siapapun yang dilewati dapat menangkap aura dingin misterius yang memancar. Namun, wajah tampan dengan mimik datar yang selalu sang pria tunjukkan belum pernah gagal menghipnotis tiap wanita. Inilah dia, Tuan Yoon Jaehyuk. Pelanggan VIP, pemilik setengah saham pembangunan bar.
“Selamat datang, sajangnim. Silahkan sebelah sini.” Ujar salah satu pegawai mempersilahkan Tuan Yoon menuju ruangan yang telah disiapkan.
Jaehyuk mengikuti langkah si pegawai, sesekali bola matanya bergerak liar memandangi keadaan bar yang ramai. Saat ini tengah menanmpilkan pertunjukan penari striptis pria. Jaehyuk tersenyum tipis, suhu tubuhnya mendadak meningkat.
Sepertinya Ia juga harus bersenang-senang sebelum pergi dari sini.
Lantai dua benar berbeda daripada dibawah. Disini sunyi sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang mondar mandir bersama barang belanjaannya menuju kamar.
“Ahh tidak, saya tidak mau! Jangan!!!”
Bruk!
Jaehyuk setengah oleng, kedua tangannya berhasil mencegah tubuh pemuda mungil yang menabraknya. Jaehyuk meneliti setiap inci tubuh si mungil. Kulit putih sehat dengan beberapa memar pada permukaannya, wajahnya cantik bagi sosok pria, bibirnya... wah, merah muda menggoda dihiasi semburat merah kontras dengan warna kulitnya.
“Tolong...” Pintanya lirih dengan bahasa korea kaku. Jaehyuk yakin dia salah satu pekerja ilegal.
Entah mengapa perasaan iba hadir pada diri Jaehyuk. Apalagi obsidian indah itu telah basah akan air mata. Pun Jaehyuk bisa merasakan getaran ketakutan pada rematan jari di atas jas mahalnya. Jaehyuk tidak suka melihat dia menangis.
“Keluarkan saya dari sini, pria tua itu ingin menikahi saya...” Jelasnya lagi.
“Ya Asahi! Bagaimana bisa kau begini pada bosmu jalang kecil! Cepat kembali layani Tuan Park!” Tubuh kecil itu kembali ditarik hingga pegangannya terlepas. Kepalanya menggeleng dengan iris hitam legam masih menatap Jaehyuk penuh harap.
“Tunggu!ㅡ”
“ㅡ akan kubeli dia berapapun biayanya.”
Keduanya tengah berada pada satu ruang kamar mewah. Bukan hotel, tapi ini salah satu ruangan suite dalam bar. Harganya selangit, hanya pengusaha dengan jabatan tertinggi atau orang penting lain yang biasanya menyewa.
Jaehyuk duduk diatas sofa, termenung sejak tadi namun kedua pendar matanya tak lepas dari pekerja kecil yang baru saja Ia beli. Gila memang, baru kali ini Jaehyuk sudi mengeluarkan uang hampir 3 miliar hanya untuk seorang pekerja sex, terlebih dia adalah seorang pria.
“Jadi, siapa namamu?” Tanya Jaehyuk dengan nada rendah. Yang ditanya berjengit hingga merinding mendengar suaranya.
“Asahi, Tuan... Hamada Asahi. Baru tiba kemarin dari Jepang.” Balas si kecil dengan bahasa berantakan namun masih bisa dimengerti.
Jaehyuk paham sekarang bagaimana bisa pria bernama Asahi ini masih memiliki penampakan tubuh yang bagus. Barang baru ternyata.
Jaehyuk tersenyum miring saat otaknya muncul ide cemerlang. Yah, sudah dibeli belum afdol jika tidak dicoba. Mari bermain, Asahi.
“Bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?”
Asahi yang sedaritadi menunduk, memberanikan diri menatap lawan bicaranya. “Mak-maksudnya tuan?”
“Show me.. show me what you know, Asahi.”
Asahi boleh terlihat polos, tetapi Asahi tidak bodoh. Asahi tau pasti maksud kalimat Jaehyuk. Asahi rasa Ia memang harus berterima kasih pada pria dihadapannya.
Asahi berdiri, jari-jari lentiknya membuka kancing kemeja putih longgar yang tengah membungkus badan kurusnya. Membiarkan kemeja itu terhempas ke tanah. Setelahnya, Ia beranjak melucuti celana kain panjang. Pun dibiarkan jatuh menyisahkan celana pendek guna melapisi bagian vitalnya.
Jaehyuk masih disana, bersandar pada sofa empuk. Nampak nyaman padahal suhu tubuhnya telah meningkat beberapa derajat. Keringat dingin membasahi punggung. Raut wajahnya terlihat tenang namun debaran jantungnya berisik tak karuan. Kedua netranya lurus, menelisik setiap gerakan sensual pria kecil dihadapannya tanpa sadar gundukan kecil dibalik lapis celananya sudah tecetak jelas.
Asahi mendekat, berjongkok berhadapan dengan kedua lutut Jaehyuk. Si manis menggigit bibirnya seraya terkekeh geli. Pria ini imannya sangat rendah. Berhadapan dengan tubuh telanjang Asahi sudah mampu memompa libidonya hingga setinggi ini.
Kesepuluh jemari cantik dimainkan apik, menggerayangi paha pria yang beberapa tahun lebih dewasa. Sesekali sengaja menyentuh gundukan daging dibalik celana hitam. Ingin rasanya Ia buka sekarang juga, Asahi penasaran seberapa besar batang milik sang Tuan.
Jaehyuk menahan napasnya, tubuhnya merinding bukan main tatkala tangan nakal Asahi mengelus penisnya dari luar. Gerakannya perlahan namun ritme yang diberikan membuatnya gila. Tubuhnya semakin merosot, kepalnya menengadah sesekali menggeram tertahan. Barang baru yang dimiliki bar ini memang belum pernah mengecewakan.
Jaehyuk tak bisa lagi sabar, Ia membuka lebar-lebar pahanya. Melepaskan setiap helai yang menjadi pelindung hidup dan matinya. Pria tampan itu terkekeh saat mimik wajah Asahi berubah terkejut saat benda panjang miliknya muncul begitu saja. Wajah putihnya berubah memerah bak kepiting rebus.
Jaehyuk mengambil dagu si manis, diangkat perlahan hingga pasang mata keduanya bertemu. “Puaskan dia cantik.”
Asahi mengangguk kaku. Tangan hangatnya mulai menyentuh canggung daging panjang milik sang Tuan. Digenggamnya sedikit erat, setelahnya bergerak naik turun seraya mengocok. Tangan kanannya menarik penis itu perlahan lalu ditekan kembali kebawah terus begitu dengan ritme konstan. Sedangkan jemari kirinya memainkan kedua biji menggantung bergantian.
“Hhgggg...” Satu desahan nikmat terucap dari bibir tebal Jaehyuk.
Suasana meningkat panas, pending ruangan sama sekali tak berfungsi. Dalam ruangan sunyi, hanya terdengar desahan dan geraman sebagai alunan musik indah.
“Shit, you little bitch!“
Jaehyuk bersumpah Asahi membuatnya gila. Apalagi ketika benda tak bertulang disebut lidah itu menjilati ujung penisnya. Lembek, basah namun membangkitkan nafsu. Jaehyuk menarik helai rambut Asahi, memposisikan penis tegang itu tepat dimulut kecil. Dihentakkan kasar hingga seluruh batang masuk dalam rongga hangat si manis.
“Uhuk.. eughh...”
Asahi berpegangan erat pada kedua paha sang tuan. Air matanya mengalir ketika ujung penis besar itu menumbuk tenggorokannya kasar. Sakit, mulut kecilnya dipaksa terbuka lebar, menelan benda yang besarnya bukan main. Kepalanya digerakkan maju mundur paksa hingga liurnya meluber dari bibir membasahi dadanya.
“Eugh.. ahhh...”
“Ssshh sialan! Mulut kecilmu hhhh...”
Dalam gerakan maju mundur beberapa detik Asahi mulai memberontak. Kedua tangan kecilnya memukul paha Jaehyuk minta dilepaskan. Penis Jaehyuk semakin besar dalam mulutnya.
“Sebentar lagiihhmm....”
Jaehyuk menggeram semakin dalam, matanya menutup erat mengadakan betapa nikmatnya permainan kali ini. Kepalanya pusing hingga dirasa kesadarannya melayang. Pinggulnya masih bergerak, kejantanannya mulai berkedut, semakin besar. Jaehyuk sampai sebentar lagi.
“Hhmmm... ARGH...” Desah Jaehyuk akan pelepasan pertamanya. Ia membenamkan penisnya sejenak dalam mulut kecil Asahi, membiarkan seluruh cairan sperma keluar sepenuhnya.
Tak bisa Jaehyuk pungkiri wajah polos kesakitan Asahi sangat indah di matanya, apalagi bibir basah yang mengeluarkan sperma bercampur saliva.
Napas Asahi memburu, berusaha meraup seluruh oksigen dalam ruangan. Mulutnya terbuka lebar membiarkan sebagian sperma Jaehyuk meleleh bebas. Seksi, cantik, Jaehyuk belum pernah menemukan lelaki seindah Hamada Asahi. Tubuh kurusnya tak membuat Jaehyuk berhenti menaruh nafsu pada sosoknya.
Jaehyuk beranjak, menggendong si kecil asal. Membawanya pada kasur king size guna melanjutkan permainan yang ada. Asahi bergerak gelisah, ditatap dengan mata lapar Jaehyuk membuatnya sedikit takut.
“Kau melakukannya dengan baik anak manis. Sekarang biarkan tuanmu melayanimu.” Ujarnya dengan nada rendah.
Jaehyuk berjalan menjauh, memungut ikat pinggang mahal miliknya. Detik kemudian Ia telah mengungkung si kecil rapat. Kedua lengan Asahi ditarik keatas kepalanya, diikat kuat hingga pemiliknya meringis sakit.
Jaehyuk menjauh sedikit, mengamati setiap inci pahatan indah ciptaan Tuhan. Tubuh tanpa sehelai benang itu menggeliat tak nyaman dibawah lampu temaram. Namun dalam pengelihatan Jaehyuk, Asahi luar biasa mempesona.
Si tampan menyeringai, mengeluarkan pisau metal kesayangannya. Pisau berwarna silver yang menjadi penghuni utama saku celananya selama ini. Dimainkan sebentar, diputar tanpa rasa was-was melukai tangannya. Seperti, pisau itu adalah sahabat lamanya.
“J.. Jangan...tuan..” Mohon Asahi lirih. Nadanya bergetar hebat ketika pisau itu dimainkan diatas permukaan kulit pipi mulus si manis.
Bagi Asahi, Jaehyuk hanyalah sosok kaya raya dibalut wajah tampan. Namun saat ini Jaehyuk tak lebih dari sosok psikopat gila yang berhasil menyandra mangsanya.
“Tuan... jangan bunuh saya. Sa-saya janji akan melayani tu..tuan.. dengan baik.”
“Ssshhh...” Jaehyuk semakin menghimpit si kecil, mendekatkan wajahnya diatas raut ketakutan Asahi. Jemari bebasnya membelai bibir kecil yang telah bengkak. Dikecup lembut bibir semerah stroberi, mengecap rasa manis bercampur sperma yang masih tertinggal.
“damn, your lips so fucking addicting.” Batinnya.
Dikecup lagi, lagi, dan lagi. Setelah itu, dihisap perlahan belah bibir semanis madu itu. Bak menghisap narkoba, Jaehyuk kembali dibawa melayang. Hingga kecupan yang terjadi menjadi lumatan liar penuh nafsu birahi.
“Ughh... Eumm...Ahh..”
Jaehyuk tersenyum kecil disela kegiatan menjamah bibir si manis. Desahan lembut yang keluar semakin memompa semangatnya. Jaehyuk bertaruh desahan menggemaskan hanya milik Asahi dan itu membuat dirinya semakin gencar melecehkan bibir Asahi.
“Ahhh...Angghh...”
Sang dominan semakin memperdalam pengutannya, memasukkan benda kenyal dalam rongga hangat menggairahkan, bertarung hebat dengan benda kenyal milik sang submasive. Bunyi kecipak antara bibir dan bibir menjadi nada lagu terindah dalam ruangan.
Saat Asahi mulai jatuh pada permainan sang dominan, dibuat tinggi melayang, tangan kanan Jaehyuk yang mulai melancarkan aksinya, digoreskan perlahan pisau tajam pada tangan Asahi.
“AAAA!!!” Asahi menjerit sebab rasa sakit mulai terasa lengannya.
“Sakit.. tuan jangan...”
Tanpa sadar Asahi mulai menangis. Lengannya teramat perih. Sebenarnya permainan apa yang tengah dilakukan oleh tuannya.
Mengesampingkan tangisan Asahi, Jaehyuk menatap tangan penuh darah dengan tatapan lapar. Bola matanya telah berubah menjadi merah sempurna. Jaehyuk meneguk liurnya kasar. Fuck, he's so damn hot.
Jaehyuk melepaskan ikatan pada lengan Asahi. Menarik kasar yang penuh darah, diciumi penuh nafsu lengan itu, dihisap perlahan tanpa rasa jijik. Hell darah termanis yang pernah Ia rasakan.
“Akhh... Tidak! Lepas hiks sakit... tolong tidak.” Asahi mulai memberontak, menarik tangannya menjauh tapi nihil, Jaehyuk memilih tuli, jatuh pada hasrat tak tertahankan akan darah semanis gula.
Menyudahi aksinya, Jaehyuk memposisikan tubuh Asahi kembali. Tindakannya tak lagi selembut sutra, kedua tangannya melebarkan paksa paha ringkih si manis. Jaehyuk lagi-lagi mengambil pisaunya, menatap Asahi remeh karena hanya mampu memohon dan menangis. Tanpa rasa ampun ditorehkan kembali luka panjang hingga darah segar mengalir.
“AAAAAA HIKSㅡ”
“ㅡ tolong ja..jangan sakiti lagi...hiks”
Asahi salah menganggap Jaehyuk pria biasa dengan nafsu birahi. Jaehyuk adalah binatang buas dibalik proporsi manusianya. Jaehyuk, pria dewasa pengidap sindrom sadomasokis. Semakin Asahi menangis dalam kesakitan disitulah titik paling menyenangkan dalam berhubungan seks.
Jaehyuk mengarahkan jari pada paha penuh darah, dibalurkan sedikit pada dua miliknya. Ia mengarahkan jarinya tepat di depan lubang merah muda rapat milik Asahi. Kedua matanya berbinar, indah, segala tentang Asahi begitu indah. Asahi sangat sempit sebab Ia masih perjaka.
Tanpa aba-aba kedua jari sang dominan menerobos masuk. Mengoyak paksa lubang yang belum pernah terjamah siapapun. Asahi memekik dibuatnya, dadanya membusung sebagai respon rasa perih yang menyerang bagian bawahnya.
“Akkhhhhggg... Ssshhh.. pelann..pelahhnn..”
Kedua jari itu bergerak cepat, enggan peduli dengan teriakan kesakitan empunya. Semakin Asahi beteriak maka gerakannya semakin kasar tak beraturan.
“Hiks...aaakkhh...euughh... tuan..ngghh.. ouuhh..heuummm..akhh ssstop...”
Tubuh kecil Asahi bergerak naik turun seirama genjotan jari panjang sang tuan dalam lubangnya.
Sakit, hanya itu yang Asahi dapatkan. Tiada rasa nyaman, kenikmatan yang diterima. Raganya lelah, jika begini lebih baik Asahi dibunuh dalam satu tusukan. Toh hidupnya sudah tak berarti semenjak keluarga tirinya berhasil menjual dirinya.
“Hikss...huaaaa...hiks.” Tangis Asahi tumpah. Inginnya pasrah namun Ia tak berhasil membendung seluruh rasa yang berhasil dipendam. Asahi malu harus menangis disaat seperti ini. Lelaki kecil itu menutup seluruh wajahnya agar tuan tidak melihat.
Pada ujung birahinya Jaehyuk berhenti. Seluruh raganya bergeming ketika tangisan pilu Asahi berhasil memasuki gendang telinganya. Monster dalam tubuhnya ditarik pergi, mengembalikan Jaehyuk pada sosok semula.
“Jangan menangis!” Tuturnya.
Asahi berusaha, naas tangisnya malah semakin pilu dan keras. Seperti tengah meluapkan seluruh emosi dalam dirinya.
“JANGAN MENANGIS!”
Jaehyuk tumbang, jatuh terduduk diatas lantai dingin. Air wajahnya amat ketakutan entah pada siapa. Jaehyuk terus berteriak seolah dirinya tengah disakiti seseorang.
“AAAAA JANGAN! PERGI KAU PELACUR SIALAN! JANGAN SENTUH!”
Asahi tentu terkejut, harusnya dia yang berteriak ketakutan. Si manis beranjak, menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Berjalan tertatih menghampiri Jaehyuk yang tengah meringkuk histeris.
“Tuan Jaehyuk? Anda baik-baik saja?” Tanya Asahi ragu. Tangannya maju untuk membelai rambut basah akibat keringat.
“WAAHH! BERHENTI DISITU!”
Asahi berjengit mundur. Menatap bingung gerak gerik Jaehyuk yang tiba-tiba bangkit. Pria dominan itu hanya berjalan menjauh, memakai bajunya acak, lalu keluar kamar meninggalkan Asahi dengan seluruh tanda tanya dalam benaknya.
Tuan Jaehyuk, siapa sebenarnya dirimu?
Kediaman Jaehyuk, 12.30 p.m
Disinilah Asahi berdiri, tepat di depan pagar rumah minimalis tetapi berkesan elegan. Asahi berhasil mendapatkan alamat kediaman Yoon Jaehyuk dari Kim Junkyu, pengelola bar tempatnya bekerja.
“Menurut rumor yang tersebar Yoon sajangnim pengidap kelainan seksual. Kami selalu mencari pasangan seks baru untuknya karena pekerja disini takut melayaninya untuk kedua kali.”
Begitu cerita dari Junkyu hyung sembari mengobati setiap luka yang Asahi dapatkan.
Junkyu cukup terkejut saat Asahi malah ingin menemui Jaehyuk disaat pekerja yang lain enggan bersimpangan dengan pria itu. Namun, bagi Asahi Ia harus tetap berterima kasih telah dilepaskan dari belenggu biadab yang ingin menikahinya. Tubuhnya telah menjadi hak milik sah Yoon Jaehyuk. Miris memang raganya dihargai dengan nominal, tapi beginilah nasib hidupnya sekarang.
Tok Tok Tok
Menunggu sekian detik, pintu kayu akhirnya dibuka. Asahi kira Ia akan bertemu dengan pembantu, ternyata saat ini obsidian cantiknya bersitatap kembali dengan sorot dingin Yoon Jaehyuk.
Jaehyuk pun begitu, belum pernah baginya menerima tamu di rumah. Pikirnya siapa yang datang dan sosok kecil yang beberapa hari ini Ia coba lupakan berdiri, masih dengan wajah polos menggemaskan dihadapannya.
Asahi tertegun, Jaehyuk normal seperti pertama kali mereka bertemu. Senyumnya mengembang ketika si dominan meletakkan gelas berisi minuman dingin untuknya. Lalu Asahi jadi gugup saat Jaehyuk duduk berhadapan dengannya.
“Apa yang membawamu kemari?” Tanya si pria to the point.
“Saya belum selesai berterima kasih.” Balas Asahi, gugup tapi berusaha setenang mungkin.
“Lupakan, anggap saja saya mengasihanimu kemarin. Kau bisa pergi, aku akan memberimu beberapa uang untuk menyewa rumah danㅡ”
Asahi menggeleng tak setuju, “Tidak... Saya tidak mau dikasihani.”
Kalau boleh jujur, Asahi juga menikmati setiap sentuhan Jaehyuk waktu itu. Datang tanpa pengalaman seks, dihadirkan pengalaman baru tak terlupakan. Bagaimana pria itu menjamah bibirnya hingga melayang. Mengoyak bawah tubuhnya kasar. Mengingat semua itu Asahi kembali horny.
“Lantas apa maumu?”
“Kau, saya mau Yoon Jaehyuk.”
Asahi menekan pundak Jaehyuk. Merendahkan tubuh dominannya untuk duduk dipinggir kasur. Asahi duduk sensual diatas paha Jaehyuk, sengaja bergerak abnormal menggesekkan pantatnya pada daging yang masih terhalang kain.
Jaehyuk masih tertegun, Asahi jauh datang untuk melayaninya. Well Jaehyuk mana menolak, membiarkan si kecil memimpin sesuai keinginannya. Libidonya kembali diuji, raut sendu si manis selalu berhasil menggodanya.
Jaehyuk melirik kebawah, begitu lincah jemari lentik melucuti kemejanya sendiri menyisahkan tubuh mulus. Atensi Jaehyuk jatuh pada lengan Asahi, bekasnya masih ada disana hingga perasaan bersalah hinggap didada.
Telapak Asahi mengelus rahang Jaehyuk pelan, mengambil kembali seluruh perhatian sang dominan. Kepalnya mendekat, lantas memiringkan wajahnya saat kedua hidung mereka bersentuhan. Asahi memberikan kecupan ringan, menggoda sedikit si bibir tebal. Dilumat lembut sesekali digigit kecil belah bibir bawah Jaehyuk menyesap saliva bercampur rasa nikotin. Manis sedikit asam, Asahi terbuai dibuatnya.
Kedua lengan Jaehyuk merengkuh posesif pinggang Asahi, takut-takut si mungil jatuh akibat gerakan penuh nafsunya. Dibalik tubuh Asahi hingga posisinya Jaehyuk mengungkung Asahi. Jaehyuk melepaskan seluruh pakaiannya tak sabar, juga menarik paksa celana selutut yang masih menutup tubuh Asahi. Jaehyuk dibuat tercengang, Asahi bertandang tanpa memakai celana dalam hingga saat ini raganya polos. Kucing nakal.
Jaehyuk kembali menindih Asahi, tangan nakalnya diarahkan pada penis yang baru setengah bangun sembari bibirnya melumat bibir candu milik si manis.
“Eungghh... Ahhh...” Desahan kecil kesukaan Jaehyuk akhirnya lolos juga.
Asahi pusing, kedua kakinya bergerak gelisah sebagai respon kenikmatan. Tangan besar Jaehyuk menggenggam penuh penis kecil Asahi, diurut sebentar sebelum dikocok naik turun sesekali meremas kedua bola kembar dibawah sana.
“Hhhggnn... keluar..”
Disela-sela cumbuannya Asahi memberi peringatan, perutnya melilit hingga tanpa sadar meremat kulit punggung dominannya. Dalam tubuhnya panas merinding merasakan sensasi baru dalam berhubungan seks.
Jaehyuk melepaskan ciumannya, fokus menaik turunkan remasannya pada penis Asahi yang mulai berkedut. Saat cairan precum mulai meluber Jaehyuk menghentikan kegiatannya.
“not yet, babe.“
Demi Tuhan Asahi ingin memukul tuannya. Perutnya sakit bukan main, namun Jaehyuk malah mempermainkannya.
Jaehyuk merebahkan tubuh hampir nakednya disamping Asahi. Memberi kode pada si manis untuk naik diatasnya. Asahi naik dengan malas, memposisikan bongkahan putih tepat di depan bibir tebal Jaehyuk, sedangkan Ia menantang batang besar panjang milik sang dominan.
Tanpa aba-aba Jaehyuk mulai menjilati permukaan rektum Asahi, dibahasahi sejenak, dijilat kembali dengan ujung lidah memberikan sentuhan menggelitik. Sedangkan dibawah sana Asahi mendesah hebat sembari kedua tangannya sibuk bermain dengan penis kesukaannya. Fokusnya diuji antara nikmat yang diberikan pada lubangnya atau kewajiban yang harus Ia lakukan.
Asahi memasukkan penis besar dalam rongga mulutnya, menggerakkan kepalanya naik turun konstan sesekali dijilati seluruh batang penuh nafsu.
“Akkhh.. ssshhh...” Pekik Asahi ketika rasa perih menyerang lubangnya. Baru jari tapi sakitnya bukan main.
Jaehyuk mendiamkan sejenak, Asahi selain virgin juga sangat ketat, jaringa diremat kuat oleh lubang rektum si manis. Tak sabar kejantanannya dimanjakan langsung olehnya.
“Hhhmmm...” Kali ini Jaehyuk menggeram rendah. Asahi selalu hebat dalam permainan memuaskan penisnya. Gerakan lincah ditambah mulut sialan milik submasive tak pernah gagal membuatnya gila.
“Asahi.. Shhmmm... AAHH..”
Desahan dari mulut Jaehyuk menandai pelepasan pertamanya. Tanpa jijik Asahi menelan seluruh sperma milik tuannya. Belum lama meraup oksigen tubuhnya kembali dibuat merinding dengan permainan jari panjang dibawah sana.
“Oohh... tuan ahhh”
Asahi bergerak gelisah, tangannya kesana kemari mencari tumpuan sebelum melampiaskan dengan meremas sprei dibawahnya. Tubuh Asahi tersentak ketika lubangnya kembali terasa penuh, Jaehyuk tanpa ampun menambah satu lagi jemari menjadi tiga di dalam. Ketiganya bergerak maju mundur mengoyak isi lubang ketat itu.
“AAAKH!” Jaehyuk menampar, meremas pipi pantat putih yang memantul tepat di depan wajahnya.
“Aahh... ahhh... uughmm.. ahhh.. keluar- akhh keluar.. lebih cepat-”
“As you wish baby” Jaehyuk mempercepat gerakannya. Sedangkan Asahi semakin menaikkan pinggulnya.
“UGH- AHH...” Seluruh tubuh Asahi lemas hingga ambruk diatas dominannya. Ini pelepasan pertamanya selama 20 tahun hidup. Rasanya aneh, namun menggairahkan.
Jaehyuk mengecupi pantat putih Asahi, membiarkan si kecil rehat sejenak. Jaehyuk yakin ini pengalaman pertamanya. Jaehyuk tak boleh terbawa nafsu seperti beberapa hari lalu.
“Ayo kita mulai bagian intinya.” Bisik si tampan dengan suara bariton.
Diangkat perlahan raga lemah Asahi, direbahkan senyaman mungkin diatas kasur yang telah berantakan. Jaehyuk terkekeh dengan wajah lelah si manis. Tubuh indah itu layaknya berlian akibat tertutup tertutup keringat.
Jaehyuk mengangkat satu paha Asahi, sebelum pria kecil itu menghentikan.
“Tunggu!”
Asahi beranjak sejenak, menimbulkan ribuan pertanyaan pada kepala Jaehyuk. Saat Asahi kembali, Jaehyuk tercengang dibuatnya. Asahi memberikan pisau kecil padanya. Tangan Jaehyuk bergetar. Apa maksudnya?
“Asahi apa ini?” Tutur Jaehyuk enggan mengerti.
Asahi beringsut, mengalungkan lengannya apik pada leher dominannya. Mengecup ringan tulang selangka serta menggigit sedikit memberikan bekas merah keunguan disana. Asahi menggigit cuping Jaehyuk ringan, menjilat seduktif sebelum akhirnya meminta.
“Hurt me, daddy.” Bisiknya sensual.
“You don't have to be so gentle with me. My body is yours already.” Lanjutnya.
Asahi mengecup bibir Jaehyuk, kembali memposisikan dirinya terlentang dibawa kungkungan Jaehyuk
Jaehyuk berpikir sejenak, antara Asahi dan kesenangan jiwanya. Ya Jaehyuk memang sakit, namun pria ini sudah berusaha tuk sembuh.
Jaehyuk melempar pisau kecil dengan yakin, menatap manik Asahi dengan penuh afeksi. “No, i won't hurt you anymore.“
Sang dominan mengambil satu paha milik si manis, disampirkan pada pundak polosnya. Jaehyuk mengocok penis panjangnya sejenak, meludahi telapaknya lalu mengocok kembali menjadikan pelumas alami. Detik berikutnya, diposisikan kepala penis itu di depan lubang ketat berkedut, seperti memanggil kejantanan Jaehyuk untuk segera dipuaskan. Jaehyuk menggesekkan sebentar menimbulkan desisan geli dari submasivenya.
“Ssshh...”
“Rileks sayang, ini akan sakit sebentar.” Ujar Jaehyuk menenangkan ketika nampak raut khawatir sang pihak bawah.
Asahi pun begitu, jantungnya berdebar 5 kali lebih cepat, perutnya bergejolak tak nyaman. Jemarinya sudah meremat erat seprei dibawahnya.
“Aaakkhhh.. no no no stop, tuan. Itu sangat sakit.”
Baru kepala penisnya yang masuk, Asahi sudah berteriak kesakitan. Jaehyuk itu besar, panjang, dan luar biasa. Pada awalnya Asahi juga ragu apa lubangnya mampu menghimpit penis sebesar ini.
“Tahan, sayang hhmmm...” Menghiraukan teriakan Asahi, Jaehyuk fokus mendorong kejantanannya, memaksa masuk sesekali menggeram sakit akibat rematan dinding rektum sempit.
“Shit! you're so fucking tight, Asahi.“
“Aahhgg... sakitthh... hiks”
“AHHH.. YES!” Dalam sekali hentakan terakhir benda panjang tegang berhasil masuk sempurna dalam lubang hangat milik Asahi.
Jaehyuk mendiamkan sebentar sembari mengecupi seluruh wajah kesakitan Asahi. “Kamu indah, kamu hebat.” Bisiknya menenangkan.
Bibir tebalnya bergerilya diatas permukaan leher Asahi. Mengisap kulit putih itu hingga berubah kebiruan.
“Bergeraklah.” Titahnya.
“As you wish.“
Jaehyuk menggoyangkan pinggulnya. Perlahan namun pasti agar Asahi terbiasa dengan miliknya di dalam.
“Euugh... aahh...ahhh..” Desahan Asahi akhirnya, Jaehyuk semakin gencar menumbuk lubang Asahi. Desahan Asahi bagai energi baru untuk Jaehyuk.
Jaehyuk bergerak semakin cepat namun teratur. Asahi dibuat melayang di udara, seluruh akal sehatnya direnggut bersamaan gerakan maju mundur yang terjadi. Sakit, perih, nikmat bercampur jadi satu dibawah sana. Gerakannya nyaman, pun Asahi sulit mengimbangi dominannya. Dibawah sana penuh, sesak namun tubuhnya dimanja habis habisan hingga tak rela dihentikan sebelum puas.
“Jaehyuk lebih cepat ahhh..ahhggnn..uhhh aaahh..”
Asahi pun Jaehyuk berantakan. Gerakan yang tadinya penuh ritme sekarang tak tentu arah. Tubuhnya basah akibat begitu panas kegiatan penuh birahi yang mereka lakukan.
“hhmmm... Asahi lubang kamuuhh..,” Jaehyuk menikmati hingga menengadah, jepitan lubang Asahi menguras habis kejiwaannya. Bahkan tanpa kegiatan menyakiti gairah Jaehyuk berhasil dibawa menuju puncak tertinggi oleh pria cantik dalam kungkungannya.
“AKKKHH!” Pekikan Asahi. Jaehyuk menyeringai bangga saat tepat menemukan titik kenikmatan si manis. Gerakan cepat jadi melambat namun hentakannya kasar. Asahi mememik beberapa kali akibat kepala penis Jaehyuk menumbuk titik lemahnya.
“Jaee- Ahhh! Keluar...im cumming.”
“Bersama sayang... shit euuhhmm...”
“Ahhh...Uhhh...Ahhh..Hgghnn...Uhh...Jae..AAHHH....”
“UNGHH...”
Lenguhan panjang keduanya menadai pelepasan akhir dari kegiatan panjang menguras tenaga pada siang hari. Jaehyuk mengeluarkan penisnya perlahan tak membiarkan sedikitpun spermanya keluar. Sedangkan dada kurus Asahi membusung merasakan pelepasannya dan rasa hangat dalam perutnya.
Jaehyuk jatuh membawa raga lemas Asahi dalam pelukannya. Membelai rambut yang basah dan lepek perlahan. Jaehyuk tersenyum puas akan hasil karya diatas kanvas putih milik Asahi, ibu jarinya mengusap bibir membengkak yang masih basah. Jaehyuk bersumpah bibir dan desahan Asahi menjadi favoritnya sekarang.
“Lelah?” Pertanyaan retoris dilayangkan dominan. Tak perlu dijawab pun sudah tau hasilnya.
“Asahi?” Panggil Jaehyuk lembut. Dengan tenaga tersisa dan mata yang semakin berat Asahi menatap Jaehyuk.
“Hmm..”
“Tinggalah disini.” Titahnya.
Asahi tersenyum lemah juga memberikan anggukan tanda setuju.
“Jadilah milikku.” Finalnya.
Perasaan bahagia itu hadir, apalagi ketika gendang telinganya menangkap debaran menakjubkan dari milik Jaehyuk. Asahi malu, memilih menyembunyikan wajah memerahnya pada dada bidang milik dominannya.
Terakhir Asahi menjawab, dengan bisikan namun penuh keyakinan.
“You don't need to propose me like that, after all me is already yours.“
The End
©privxtter.