chapter twenty four.


Pukul 9.30 a.m

“Haruto!” Teriakan terdengar nyaring bersamaan suara langkah kaki dipercepat menggema dalam ruangan bandara yang sedang sepi lenggang.

Geng Hyunsuk akhirnya datang, kali ini ditambah Jihoon dan Asahi.

Haruto berdiri dari duduknya, memutus acara ngobrol dengan kedua orang tuanya. Mereka terlebih dulu menyapa mama Haruto dan bertos ria dengan ayahnya, sudah seperti geng bahkan mereka memanggil ayahnya mas bro. Yah, kecuali Asahi yang baru pertama ikut dalam acara geng yang katanya gak jelas.

“Oh ini toh Asahi-Asahi mu.” Ujar ayah, karena setaunya Jaehyuk memang punya pacar namanya Asahi cuma belum tau parasnya.

“Iyalah, cakepkan! Bisa bisanya anda ngatain saya halu.” Jaehyuk mendengus. Ayah biasanya menggoda Jaehyuk cuma halu karena hanya bisa membual pasal Asahi tapi tak pernah dibawa unjuk seperti Hyunsuk yang mengenalkan Jihoon.

“Kamu kok mau sih sama bocah kayak Jaehyuk.” Asahi tersenyum malu-malu.

Ditengah kekacauan diantara mereka, saling melempar gurauan dan tawa Haruto hanya bisa diam. Kepalanya diangkat tinggi-tinggi, mengedarkan pandangannya pada ruangan luas. Seperti tengah mencari sesuatu.

Hanya Jihoon yang sadar. Paham siapa yang tengah ditunggu-tunggu kehadirannya. “Tadi Junkyu gue chatㅡ”

Mendengar nama Junkyu disebut Haruto menoleh menghadap Jihoon.

“ㅡGue gatau gimana yang pasti doi belum jawab chat gue.”

Haruto mendadak sendu, Jihoon melihat perubahan raut pemuda yang lebih tinggi jadi sedih sendiri. Melihat Junkyu belum datang mungkin mereka berpisah secara tak baik. Keduanya saling membalas perasaan, namun terhalang oleh strata. Ketika yang satu akan berusaha keadaan malah semakin runyam. Entahlah, Jihoon bingung harus bagaimana hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua.


Pukul 09.45 a.m

Suara pengumuman berkumandang, memanggil seluruh penumpang pesawat tujuan Kota Amsterdam. Haruto mengambil tas kopernya, menyampirkan sligbag juga.

Mendadak suasana jadi haru. Anak semata wajang ikhlas dilepas, sahabat mereka akan pergi jauh.

“Mama, Ayah, mas berangkat ya. Makasih udah jadi orang tua yang baik buat mas. Doain mas lancar kuliah disana.” Mama mana kuasa menahan tangisnya. Wanita yang dikenal dengan senyuman cantik itu begitu rapuh ketika melepas sang putra semata wayang. Pun ayah yang berusaha setegar mungkin, merentangkan lengannya untuk merengkuh sang anak dan istri bersama.

“Ayah bangga punya anak seperti mas. Ayah selalu doain mas yang terbaik. Maaf cuma ini yang ayah sama mama bisa usahakan buat kamu.”

“Kamu hati-hati ya disana, telpon mama atau ayah dalam keadaan apapun. Jangan lupa makan, istirahat. Ayah sama Mama sayang sama kamu.” Ungkap sang mama disela isakannya.

Setelah itu, Haruto balik menatap sahabatnya. Mereka semua sedih tanpa mengurangi rasa bangga pada Haruto. Satu persatu dari mereka saling memeluk Haruto, menyampaikan sepatah dua kata terakhir sebelum benar berpisah.

“Gue berangkat ya...” Semuanya mengangguk. Berdiri ditempat sedangkan Haruto bergerak menjauh.

Hingga punggung tegar itu perlahan menghilang.

Jikalau memang ini pilihanmu, aku menerima. Sampai jumpa lagi, aku berangkat.


`teuhaieyo.