hjkscripts

an ordinary girl with full of dreams.


Philip Point of View.

Aku berjalan gontai menyusuri keramik berkilau. Pandangan kosong, pikiran tertuju hanya pada satu. Bukan kamarku, bukan pula meminta pandu pada istriku. Melainkan seseorang dibalik pintu itu.

Lemas tanganku membukanya, disambut tegang oleh dua orang yang menunggu di dalam. Aku masuk, terseret menuju entah ini ruangan kamar atau jiwaku hampir dibawa pergi alam bawa sadar.

Yang pasti adalah kala aku berdiri sejajar dengan mereka, mereka yang menatapku dengan raut wajah iba. Bertanya dengan nada khawatir apa yang terjadi hingga aku datang dengan keadaan kacau. Maka aku tidak sanggup lagi untuk berdiri, tubuhku enggan untuk berpura-pura lagi. Aku tidak kuat, aku terkadang lemah, aku tidak baik-baik saja, dan aku terjatuh di dalam dua pasangan lengan mereka.

Keduanya menangkapku, tak peduli aku lelaki sebesar apa. Kita masih keluarga, aku bisa rasakan hangat dekapannya. Kita masih keluarga, aku bisa dengar suara tangis salah satunya. Kita masih keluarga, ya setidaknya kita yang masih bisa disebut keluarga.

Tubuhku merosot hingga dengkul terantuk lantai. Dari posisi bersimpuh begini aku meraung, meminta maaf akan ketidakmampuan. Aku tidak mampu menjadi menjadi manusia yang baik, aku tidak mampu menjadi pemimpin yang baik, dan aku tidak mampu menjadi kakak yang baik. Aku Philip anak pertama yang gagal.

Aku manusia beribu dosa, tak tahu malu hidup seperti tak ada beban. Aku pemimpin tak tahu adil, selalu mengesampingkan kebahagiaan keluarga demi kerakyatan. Aku kakak tak tahu terima kasih, hanya mengungkapkan janji bila Henry akan terus hidup bahagia meskipun telah menyerahkan hidupnya untuk menutupi kebodohannya.

Maafkan Philip muda yang marah melampiaskan emosi sebab harus menjadi raja. Maafkan Philip muda yang bodoh cinta yang bukan miliknya. Maafkan Philip muda yang egois saat hanya diam ketika hidupmu harus digantikan untuk menutupi kotor bajuku.

Sebab jika bukan pengorbanan kamu aku tidak bisa berdiri menunggu tahta.

Sebab kita adalah keluarga, dan keluarga mampu memberikan seluruh hidupnya agar yang lain bebas dari sengsara. ㅡ Henry Fox (14 Tahun).


`hjkscripts.


TRIGGER WARNING ; PHYSICAL ABUSE , FAMILY ISSUES🔞

Southminster Palace

Apakah definisi keluarga? Terdiri dari ayah, ibu, dan putra putri. Apakah definisi keluarga? Yang mana asing disatukan oleh cinta. Apakah definisi keluarga? Hanya akan kokoh jika dibangun oleh kasih sayang. Maka apakah definisi keluarga sesungguhnya? Mana ada yang pasti sebab setiap keluarga punya arti berbeda-beda.

Jika begitu apakah ini bisa disebut keluarga? Tertinggal ayah, dua putra, dan satu putri. Apakah ini bisa disebut keluarga? Jika kata cinta diungkapkan dengan pukulan berakhir luka. Apakah ini bisa disebut keluarga? Dibangun dengan fondasi umpatan kasar. Maka bagi mereka yang dinamakan keluarga adalah bertahan dengan hawa dingin dan ribuan air mata.

Sebab keluarganya lebih rapuh daripada cangkang telur burung puyuh.

Inilah tabiat asli sang raja yang namanya tercantum dalam nyanyian penuh puja. Inilah tabiat asli sang raja yang tangannya seringan kapas. Inilah tabiat asli sang raja yang suaranya menggelegar ketika berbicara dengan sang putra. Inilah tabiat asli sang raja yang membawa cambuk siap untuk menebas.

Harusnya ayah yang harusnya sekuat baja melindungi anak-anaknya. Meskipun tak selembut seorang ibu, sebab dia yang paling tau kerasnya jalan. Harusnya ayah yang memberi banyak kekuatan, mengajarkan banyak hal. Harusnya ayah yang tegas memberitahu anaknya mana yang baik dan mana yang buruk dengan cara bijaksana.

Bukan seperti ini ayah yang menatap sang putra dengan mata kecewa. Beribu amarah bersarang menjadi kerak dalam hatinya. Bukan seperti ini ayah yang menarik kerah sang putra, mengajaknya menari dalam lantai penuh belati. Ia menghempaskan tubuh manusia seolah itu adalah karung berisi biji kenari. Bukan seperti ini ayah yang menebaskan cambuknya pada tubuh polos. Mengungkapkan betapa menyesal dia membesarkan mereka.

Terima saja hukuman bagi calon raja yang tak memenuhi keinginan. Menjaga dua adik tak becus bagaimana membina kerakyatan. Membangun rasa percaya dengan sebuah kebohongan.

Memang begini hukuman bagi calon raja yang dididik dengan rasa ketakutan.


`hjkscripts.


Henry Point of View

Beginilah cerita tentang pangeran yang akhirnya bisa merasakan kehangatan keluarga.

Henry... Henry... Henry...

Panggilku pada hati nurani, meminta pertolongan agar diri ini tenang. Aku ingin hari ini lancar berjalan, memberikan banyak kesan. Namun sebelumnya, aku ingin diriku tenang, seluruh organ dalam tubuh berinteraksi secara normal.

Hanya saja tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan menyumpal mulut agar tak berteriak frustasi susah bukan main. Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan tubuhku pun aku susah pula menjelaskan.

Satu bulan lalu rasanya kematian hampir saja datang menjemput. Demam biasa yang aku alami berlanjut hingga sepuluh hari lamanya. Dokter berkata tak apa, imun tubuhku tak sekuat manusia di luar sebab mereka juga ikut terkurung puluhan tahun di dalam diriku. Lagi dan lagi aku disalahkan sebab nekat melihat dunia luar.

Setelah penderitaan sepuluh hari berakhir, tubuhku layaknya berevolusi tidak menjadi baik namun semakin jadi lemah. Bangun pagi dengan keadaan pusing dan perut terkocok yang akhirnya keluar hanya cairan. Kadang begitu kadang juga baik seperti manusia pada umumnya dan keadaan itu berlangsung sampai sekarang.

Hanya saja aku tidak berharap keadaanku terjadi hari ini. Mungkin besok tak apa yang penting jangan hari ini. Sebab, malam ini adalah malam penting dimana untuk pertama kali setelah satu bulan aku bertemu dengan Alex kembali, bukan hanya alex melainkan anggota keluarga kecilnya.

Mungkin kondisi tubuhku telah membaik, aku pikir. Karena sudah tiga hari berturut-turut bangun tidur dengan keadaan sehat. Namun hari ini naas, pagi-pagi aku bangun dan berlari menuju kamar mandi. Sial, setidaknya Alex memberitahu tentang kedatangan orang tuanya satu minggu sebelum hari ini bukannya kemarin. Dalam tubuhku pasti stres dan tertekan. Tetapi tiada hari lain lagi untuk lari, maka aku berusaha membuat tubuhku sehat hanya dalam beberapa jam istirahat singkat.


Kehadirannya adalah obat paling mujarab. Berjalan gontai kala sendiri, semangat terbang bak burung merpati kala entitasnya hadir mendekati. Aku begitu tenang, merasa aman kala hanya feromonnya saja yang mengelilingi. Sekarang sehat sedia kala seolah lupa cerita sakit.

Kala dia memelukku ada rasa hangat menjalar. Rasa hangat itu memberikan kenyamanan, mereka seolah memberikan reasurasi pada syaraf agar disampaikan seluruh organ bahwa hari ini akan berjalan lancar jika semuanya berkoordinasi.

Alex memandangku lamat, terheran-heran hingga aku ikut kebingungan ada apa yang salah.

“Ada yang aneh ya sama aku?” Aku bertanya terlebih dahulu. Sebab jika memang betul masih ada kesempatan untuk membenahi yang salah.

Alex menggeleng, senyum miringnya terulas kecil. “Ini perasaanku aja atau kamu tambah manis, huh?” Dia dan kata-kata manisnya.

Aku memukul bahunya pelan. Alex selalu bisa membuat darahku berdesir tanpa irama hingga membuat warna merahnya muncul di dua pipi.

“Kamu tuh bisa aja.” Aku berdecak, melepaskan diri seutuhnya dari rengkuhannya.

“Nggak. Bentar-bentar lihat deh...” Alex memegang dagu milikku, diangkatnya lembut sembari menikmati acara mengamati wajahku yang katanya terlihat berbeda dari yang lalu.

“Kamu kalau mau cium aku bilang aja gak usah sok memuji begitu.” Aku menembak tanpa aba-aba dan dia menyerah ketika tawa konyolnya keluar begitu saja.

“Jangan langsung dibongkar gitu lah. Harus bangun momen dulu.” “You got the moment you need and my permission as well.” “Damn, you really are most wonderful man tonight, Your Highness”

Alex cupped my face as he lean his lips to mine. We kissed gently at first and passionate later and forget the reason we here at this place for a while.

Kita tertawa setelah yang lama tak berjumpa memisah. Menertawakan kebodohan sebab hampir saja merusak tatanan sebelum acara di mulai.

“Shall we?” Ajaknya. Mengulurkan tangan juga dan aku menyambutnya suka cita.

“Sure, let's meet them.”


Alex Point of View.

Gue rasa malam ini akan berjalan baik-baik aja. Lihat sekarang, sejak acara dimulai satu jam yang lalu sampai saat ini makan malam disajikan gak ada adegan tegang atau orang tua nyiram wine ke muka calon menantunya. Malah keduanya sedang ngobrol especially my mom and Henry yang lagi bahas perbedaan antara Amerika dan Main Castle.

Hal-hal baik yang terus terjaga seperti menjawab kegugupan gue pun Henry dihari lalu. Sempat panik juga dengar kabar Henry hari ini kurang sehat karena tekanan mau ketemu orang tua gue.

Gue bisa mengerti sih, bahkan kemarin malam rasanya gue udah mau mempermalukan diri sendiri di depan keluarganya Henry meskipun judul acaranya bukan secara resmi gue menemui keluarga kerajaan sebagai orang tua Henry. Tetep aja ya kan, gue harus membuat first impression yang lebih baik dan terus baik biar nanti waktu bom atom meledak image gue dan keluarga didepannya akan tetap baik.

Berbicara tentang Henry, gue gak bohong pasal yang dia kelihatan lebih manis dan ganteng daripada sebelumnya. Sebelumnya dia udah unreal banget tapi hari ini dia lebih dari itu. Mungkin ini karena gue yang udah satu bulanan gak ketemu dan terus menerus worried sama keadaannya tetapi ya sekali lagi naas gue gak bisa jenguk dia dan berbuat apapun.

Terakhir kali gue melihat wajahnya dari video call aja dan gue udah bisa lihat gimana tirus pipinya. Wajahnya mostly pucat dan untungnya dia gak pernah bohong tentang keadaan dia. Dia selalu cerita kalau hari ini dia muntah, dia makan tapi keluar semua, dia udah minum obat. Setidaknya dikabari begitu gue jadi less worried daripada dia bilang gak apa tapi wajahnya lemes.

Tetapi hari ini gue bisa cukup tenang. Lihat dia banyak senyum, menerima banyak afeksi dan dorongan positif yang dilontarkan mom dan dad. Seperti betapa hebatnya Henry bisa bertahan selama ini, betapa mandirinya dia bisa merawat dirinya terus tumbuh jadi lelaki luar biasa baik dan ganteng seperti sekarang, betapa kuatnya Henry dan usahanya untuk selalu mencari alasan agar tetap bahagia dan hidup sehingga percakapan mereka berakhir pada orang tua gue berterima kasih banyak-banyak sama Henry.

Sebab kalau Henry yang mereka lihat sekarang bukan manusia yang luar biasa kuat, gue anaknya gak bakal bisa ketemu sama mate-nya.

Orang tua gue, terutama dad kelihatan juga suka banget sama Henry. Apalagi Henry itu meskipun gak jago masak tapi dia pinter banget komentarin masakan. Buat dad gue yang orang Texas makanan dan masak itu kebanggaannya dia banget. Dad suka masak buat orang yang datang ke rumah, apalagi orang itu lahap banget makannya. Kayak Henry sekarang yang dengan senang hati masukin semua makanan yang dad gue taruh di atas piringnya.

Malam ini dia makan banyak banget memang tapi gue gak bisa melarang karena gue inget Henry punya masalah makan beberapa hari kebelakang. Mumpung perutnya baik jadi biarlah dia makan sepuasnya.

Melihat bagaimana keduanya orang tua gue dan Henry berinteraksi inimah fix setelah ini entah gue masih dianggap anaknya apa bukan. They love Henry and i do. Henry sepertinya lahir ketika Tuhan sedang sayang-sayangnya dengan hambanya. Seolah hari itu tak ada bencana, tak ada yang tengah dihukum, sebab Dia sedang menakdirkan Henry lahir ke dunia.

Henry diciptakan memang untuk disayang dan dicintai sepenuh hati.


`hjkscripts.


TRIGGER WARNING ; 18+ SENSUAL CONTENT 🔞

Alex, Alex, dan Alex begitu bibirnya yang basah menyerukan namanya. Kala jemari panjang sang lelaki bergerak suka cita. Dia dan cara memandunya menuju nirwana. Maka pengikutnya hanya sanggup mengagungkan bagaimana kepemimpinannya.

“Alex shh...” Satu lagi lepas nada kepuasan. Menjadi melodi indah yang mendengarkan. Desahan penuh kenikmatan menjadi motivasi, menjadi tanda ini bukan sembarang permainan.

Gila tabiat si kawula muda, tak mungkin merayu jika tak ada maksudnya. Di bawah atap bambu yang mana berhias remang lampu, kala langit belum mau menunjukkan warna biru. Ayam juga masih pulas tidur, bahkan manusia lain bersuara dengkur.

Mana ada peduli pada waktu kala yang bawah tegang tak tau masa. Mada ada peduli pada telinga tetangga jika ada yang berniat meremasnya, bukan hanya itu saja tangan lihainya bergerak naik turun lantas dimasukkannya dalam rongga mulut tanpa ragu. Mana ada peduli pada dunia jika rangsangan yang diberikan sudah cukup membawanya terbang sampai pintu surga. Semakin basah batang dibalut liur, berkedut kuat dari pangkal hingga ujung, dilepaskan benih putih yang disebut peju.

Semakin liar tabiat si kawula muda, bunyi kecipak tersohor dimana-mana. Alex menekannya, dibalas Henry tuntas serupa. Saling beradu bibir mana yang paling kuat, menghisap rasa alami bercampur darah. Semakin dalam, jatuh semakin dalam saling tarik menarik lidah.

Semakin gila dan liar tabiat si kawula muda, kala sang omega mengambil alih dari pangkuan sang alpha. Henry bak seorang penjajah, merebut paksa kewarasan dari dalam diri dominannya. Mengosongkan pikiran pasal konstitusi menjadi nafsu birahi. Membungkam demokrasi menjadi monarki dan Henry adalah rajanya kali ini.

Alex melenguh hebat kala yang tegang dimasukkan lubang. Mendukung aktif gerakan demonstrasi menjadi aksi anarkis. Henry boleh menjadi raja, namun tetap Alex adalah penguasa. Jika sudah begitu sang raja akan turun dari tahta memberikan seluruh hidupnya pada kendalinya.

Sang raja dijatuhkan dari kursi emas megah. Dikunci tangannya hingga jadi merah. Namun bukannya semakin marah. Hanya desahan berisi nama penguasa dengan nada pasrah.

Sang penguasa bergerak, cepat mencari kenikmatan. Ditemani peluh tanda begitu kerasnya sebuah perjuangan. Maka sebuah teriakan dan terasa sebuah getaran aneh menyenangkan. Menjadi tanda sebuah kemenangan.


`hjkscripts.


Alex Point of View.

Hadir kedatangan singkat lebih mujarab daripada obat

Hari pertama menghadapi siklus rut bulanan tentu sudah biasa. Tapi siklus bulan ini di tempat yang gue baru terbiasa, sulitnya luar biasa.

Katanya orang kalo lagi rut atau heat tingkat setresnya naik. Maka dari itu yang menghadapi siklus harus pinter-pinter atur waktu biar gak tertekan. Susah mau ngapa-ngapain, anggota tubuh sensitif tapi positifnya emang ada waktu istirahat lebih dari sekedar hari libur. Dan simpang siur orang yang sudah hidup bersama dengan mate-nya, siklus bulanan jadi menyenangkan.

Kalau kita ngomongin pasal sex, siapa yang gak seneng kan ya.

Gue di hari pertama ini bener-bener tersiksa. Satu karena ini bukan kamar gue biasanya. Kamar ini lebih sempit dari yang punya gue di Amerika. Gak ada hal-hal yang bisa diperbuat, gak ada hiburan kayak game atau buku yang bisa dibaca. Intinya berada di kamar ini aja udah bikin tertekan.

Kedua karena gue lagi pusing sampai gue kurang aware sama tanda-tanda mau siklus. These past few month hidup gue berasa lagi ikut balap sepeda bmx di gunung. Naik turun sampai mual sendiri, mana gak nemu garis finish-nya. Ya kerjaan, ya masalah pribadi, ya masalah asmara.

Ketiga karena Henry. Henry gimana ya kabarnya hari ini? Gue jujur belum berani kirim pesan ke cowok itu lagi semenjak berantem kemarin malem. Iya lima puluh persen dari marahnya si omega karena keteledoran gue. Tapi kalo dipikir-pikir Henry ada selfish-nya.

Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi membentuk sebuah senjata yang mematikan. Biasanya gue menjalani siklus rut layaknya hidup biasa cuma terbatas ruang. Tapi hari ini gue cuma bisa tiduran di ranjang, belum makan, belum mandi, belum buka laptop buat cek kerjaan. Mana perut mual banget gegara nyium feromon sendiri yang semakin lama semakin pekat.

Ditengah-tengah kesengsaraan gue menghadapi siklus paling menyiksa ini cuma wajah Henry yang mondar-mandir di kepala gue. Gue kangen, gue pengen ketemu terus ngobrol. At least gue sama dia balik in good terms lagi.

Tok Tok

Seriously? Ini harus sekarang ngetok pintu? Pak Lee ini gimana kan udah gue bilang jangan ganggu dan jangan biarin orang lain ganggu. Katharina? Sobat gue satu itu paling tau pas gue lagi rut gak mau diganggu.

Tok Tok

Gue menggeram marah, udah bukan kesel lagi. Karena sumpah ini duduk aja rasanya gak sanggup. Namun gue tetep berdiri sebab gue merasa orang di balik pintu pantang pulang sebelum dibuka.

Waktu gue buka kayak ada yang nyemprot muka gue sambil bilang SURPRISE MOTHERFUCKER. Gue pasang muka bego kebingungan sedangkan cowok yang datang berdiri canggung sambil batuk-batuk.

Shit, Henry!

“You're a mess indeed.” Gumamnya setelah melihat keadaan gue.

Gue senyum kecut, ya gimana ya sayang gue begini juga salah satunya karena lo. Lo doang nih yang bikin gue uring-uringan.

Gue persilahkan dia masuk dan dia kayaknya datang ke sini emang niat buat duduk bentar bukan cuma numpang lewat.

“Alex, kamu mau bunuh kita berdua pakai feromon kamu ya?” Henry masih batuk-batuk kayaknya semakin intens pas pintu gue tutup kembali. Kayaknya omega dia udah mulai gak nyaman. Tapi Henry termasuk kuat kontrolnya, kalo orang lain udah pasti detik pertama pintu dibuka langsung terjadi adegan dewasa.

Alex itu sekarang kayaknya mulai punya titik lemah baru. Selain keluarga dan temen deket gue, Henry masuk tiba-tiba, gak ada yang ngundang tapi berhasil menggeser top prioritas gue.

Henry adalah titik kelemahan gue. Terbukti sekarang gue yang akhirnya duduk di sebelahnya cuma mandangin dia mengeluarkan jurus melas. Henry yang ngelihat aja jadi iba, padahal masalah kemarin pasti buat dia kecewa berat. Iya, kita punya poin masing-masing dan gak ada yang bener juga salah. Kita semua bener cuma butuh saling memahami aja.

Cowok gue menghela napas, sepertinya ya udah pasrah gitu mau marah ya gak tega. Dia usap wajah kucel gue lembut terus jarinya seolah menari di rambut gue yang berantakan. Dia benerin di situ agak lama, pokoknya sampai keliatan wajah gue mendingan bagi orang yang belum mandi.

“Udah makan kamu?” Tanya dia dan jelas gue menggeleng lemah.

“Nafsu makan gak kalau sekarang?” Aduh lucunya.

Masalah lapar ya kalau ditanya pasti lapar tapi Henry peka banget, gue nafsu gak makan dikeadaan kayak gini? Betul, jawabannya tentu nggak.

“Aku bawain kamu makanan. Tapi karena kamu lagi gak enak badannya disimpan aja buat nanti pas udah baik.” Dia menjelaskan panjang lebar. Sekarang kayaknya gue nafsu makan tapi bukan makanan yang dibawa melainkan makan yang bawa. Perhatian banget cowok gue sialan!

Dia tiba-tiba beranjak, gue buru-buru ambil lengannya gue genggam erat-erat. “Mau kemana? Masa langsung pulang? Di sini aja temenin aku!” Pinta gue.

“Aku mau simpen makanan di kulkas dulu biar gak basi.” Katanya.

“Terus pulang setelahnya?” Beneran deh gue kayak cowok desperate banget, kayak nanti kalau Henry keluar dari pintu selanjutnya gue gak bakal liat dia lagi. Yang ditanya senyum geli, heran liat kelakuan gue yang mirip bayi.

“Memang kamu mau aku setelah ini gimana?” Dia balik tanya lebih tepatnya menggoda. Gue gak segan menjawab, “Di sini aja temenin aku. Aku butuh kamu di samping aku. Aku kangen banget sama kamu. Aku pengen kamu temenin aku tidur, kita pelukan di sini sampek capek.” Udah setelah ini keputusannya gue pasrah.

Henry diem, menimang-nimang dalam benaknya keputusan apa yang harus dia ambil. Terus, dia ketik sesuatu di gawainya lalu diletakkan sembarangan di meja tamu sesudahnya.

“Ya udah, sini ayok pelukan sampai capek.”

Satu malam itu kita habiskan waktu cuma rebahan sambil pelukan. Beneran cuma Henry yang pakai lengan gue sebagai bantal dan lengan kita yang lain saling merengkuh di pinggang. Kita cerita, apa aja hingga ceritanya jadi semakin sedih gue bagian yang bercandain. Gak ada nafsu yang ikut ambil andil, yang ada cuma ada gue dan Henry. Biarlah masalah kemarin jadi pembahasan nanti. Yang penting sekarang gue mau menikmati momen hari ini.


`hjkscripts.


Henry Point of View.

Melihat indahnya dunia siapa yang tergoda. Bagi beberapa manusia itu hal yang biasa. Namun tidak bagiku yang merupakan sebuah asa. Walau hanya satu jalan berujung bukan seluruh pemandangan setiap negara.

Inilah aku para pencari bahagia. Keluar dari sesak penjara mencari secerca cahaya. Inilah aku para pencari bahagia. Berjalan dikerumuni manusia dengan keingintahuan dan tawa. Inilah aku para pencari bahagia. Jemari tertaut dengan sang belahan jiwa.

Alex adalah belahan jiwa. Memang kita tidak mendeklarasikan secara kata namun gestur sudah menjelaskan semua.

Satu dua kali bertemu Alex ternyata tak cukup waktu untuk mengenal utuh dirinya. Alex dengan beribu cerita. Alex yang hidupnya banyak berkelana. Alex yang lingkungannya banyak suka cita daripada sengsara.

Mendengarkan ceritanya yang begitu banyak aku terkesima. Bagaimana bisa ada manusia yang satu hari ke lain hari punya berbeda cerita. Bagaimana bisa ada manusia yang satu hari saja bisa berpindah satu lokasi ke lokasi lainnya. Bagaimana bisa ada manusia yang menganggap rumah hanya tempat tidur dan berkumpul sebuah keluarga.

Alex itu pengacara, katanya semua orang Amerika takut sama dia. Alex itu punya julukan anjing gila sebab dia menangani kasusnya dengan tidak biasa. Alex itu sudah biasa dikelilingi manusia. Hampir satu dunia tunduk pada pesonanya. Tetapi kalau boleh sombong Alex itu akulah pemiliknya.

Iya hampir satu dunia, bahkan pangeran sepertiku juga. Meskipun pertemuan pertama kurang sempurna, dia dan sifat menyebalkannya. Tapi Alex punya seribu satu pesona untuk menggoda jika yang lain gugur jua.

Lantas aku jatuh pada banyak pesonanya. Dia dan senyum jahilnya, dia dan mata indah serta lentik bulu matanya, dia dan tutur kata penuh motivasinya, serta dia dan segala kebaikan yang dia punya.

Kita berdua kini tengah berlari menghindari hujan yang tiba-tiba datang menyerang jalanan Arsene. Aku tertawa menikmati sensasi menggelitik ketika butir air kecil-kecil menerpa rupa. Alex menarikku dalam pandu badannya menuju salah satu kafe untuk berlindung.

Kita basah tetapi aku tertawa, berterima kasih pada Alex bahwa ini menyenangkan. Inilah yang paling aku favoritkan dari seribu pesonanya, yaitu gestur tubuhnya. Bagaimana jari-jari panjangnya dengan sabar membantu mengusap sisa air yang masih tertinggal di satu muka. Lalu miliknya berkelana menuju helaian rambut yang telah acak bentuknya, caranya dia menata yang mencuat jadi turun tertata, Terakhir dia akan menyampirkan rambutku di belakang telinga.

Alex aku tau manusia tidak ada yang sempurna. Namun apa yang dia bawa dalam dirinya menjadi pelengkap dalam penyempurna. Dia yang berjanji membawakan suka cita, dia yang berkata semuanya akan baik-baik saja, dia yang menjamin asalkan aku bersamanya aku akan aman sentosa.


`hjkscripts.


Alex Point of View.

Sore-sore gini gue udah berdandan rapi. Membawa bunga bak seorang priyayi. Gue sesekali melihat jam tangan terus senyum kayak orang gila. Sebenernya gue sampai lebih awal, gak mau bikin cowok gue nunggu di proper date pertama kita.

Gemerisik dedaunan di belakang gue menjadi sebuah tanda. Mereka juga ada menjadi saksi bagaimana tidak ada kebebasan di dalam kastil meskipun dia seluas samudra. Buktinya kala papan kayu penutup digeser munculah sosok pemuda. Pemuda yang hidup sesak di sana, melangkah keluar butuh udara.

“Oh for god sake this hole!” Umpat dari bibir manisnya menjadi awal daripada sebuah ucapan sapa.

Gue mengamati dengan diam gerak-gerik Henry. Bagaimana dia membersihkan pakaiannya dari debu, lalu mengeluarkan gawainya untuk berkaca. Gue terkekeh kala dia tak sadar memajukan bibirnya, berdecak kesal ketika rambut yang puluhan jam dia tata jadi berantakan.

Ekhem!

Tubuhnya terperanjat kecil mendengar suara gue. Gue menaikkan tangan, berkontribusi membantu benerin rambutnya.

“Ganteng banget sampe rambutnya ditata begini mau ketemu sama siapa sih?” Gue menggoda.

Henry, cowok ini masukin gawainya lagi dalam saku. Terus dia kasih senyum lucu sampai keliatan gigi putihnya yang rapih. “Pacar.” Jawabnya polos. Ini gimana ya maksudnya? Gue yang niat menggoda malah kalah sebab digoda.

“Emang kita pacaran?” Gue counter balik, menyembunyikannya diri gue yang udah salting parah dibilang pacar sama Henry.

“Oh bukan ya?”

Tolong gue gak tau bakal sanggup jalan seharian sama Henry mode pacar gemes kayak gini. “Belum. Orang pacaran waktu ketemu sama pacarnya wajib ciuman dulu.” Gue senyum jahil, mana korbannya geleng-geleng kepala juga terkekeh. Gue sadar Henry nggak sepolos itu.

Tetapi Henry gak menolak, gak menganggap bahwa pernyataan gue cuma akal-akalan anjing gila yang lagi dimabuk cinta. He tilting his head, coming closer to mine where he put his lips wrapping my lower lips and i wrap his upper side. I grab his nape, deepen our kiss while i crushed his sofly.

Gue merasakannya sensasi intim yang kita bangun semakin kokoh ketika salah satu anggota tubuh kita menyentuh satu sama lain. Rasa dari bibirnya yang gue belum rasakan kembali sejak malam penuh birahi masih sama membuat gue gila.

Henry senyum malu-malu, kelihatan banget dari rona pipinya yang berubah dari pucat menuju merah muda, nampak kontras dengan warna kulitnya.

“I- I brought you flowers too.” Memasuki momentum yang bagus, gue berikan juga bunga sederhana yang gue petik sembarangan entah dari kebun punya siapa.

“Thanks!”

“So.. Your Highness, shall we?”

“Of course.”


Satu hari ini gue belajar banyak tentang Henry. Bukan dari cerita sedihnya melainkan sifat-sifat aslinya. Meskipun gue masih pengen nangis waktu dia cerita gimana menyenangkannya sesuatu yang kita anggap itu biasa. Tetapi Henry bisa hidup sampai sekarang karena berpegangan dengan alasan-alasan sederhana.

Salah satunya adalah Henry seneng banget sama buku, dari kecil dia habisin waktu emang mostly di dalam kamar atau perpustakaan palace buat baca. Katanya buku jadi salah satu faktor dia buat tetep waras hidup. Apalagi sama buku-buku yang masih on going yang dia sendiri belum tau akhir ceritanya dan dia juga gak tau kapan si author rilis versi lanjutannya.

Henry juga suka tanaman, apalagi bunga. Mendiang ibunya dulu cuma anak tukang kebun di desa sebelum dia ngejar mimpinya menuju ibu kota dan ketemu ayahnya di universitas. Meskipun ibunya resmi jadi anggota keluarga kerajaan, kesederhanaan masih melekat pada dirinya dan Henry orang yang paling banyak menuruni sifat ibunya. Selama mendiang Lady Catherine hidup, beliau dan Henry berhasil menanam ratusan bunga. Bunga yang sampai saat ini dia jaga dan Henry berjanji akan terus jaga.

Last but not least, Henry itu punya banyak mimpi yang dia tata sedemikian rupa dalam tembok kamar yang tak seluas bumantara. Salah satu mimpinya adalah melihat dunia luar yang belum pernah dia lihat hingga usianya dipaksa tutup di empat belas. Lucunya, dia yang pemilik negara ini belum pernah berkunjung ke Arsene Market.

Waktu kita sampai di jalanan Arsene, Henry gak berhenti senyum. Kepalanya bergerak kesana kemari seolah gak mau terlewat satu scene pun yang terjadi di tengah khalayak. Inilah kali pertama pangeran yang ada ditiadakan melihat sebagian kecil dunia. Kerumunan massa ini yang membuat dirinya hidup sepertinya sedia kala.

“Alex balon sekarang bentuknya aneh-aneh tapi lucu.”

“Alex ada banyak yang jualan ice cream saya sampai bingung mau beli yang mana.”

“Alex yang ini namanya apa? Kalau yang itu apa?”

“Alex ayo lihat kesana!”

Alex, Alex, dan Alex gue suka mendengarkan nama gue diserukan dari bibirnya dengan suara bahagia. Suara ini bukan miliknya yang penuh takut dan duka.

Henry oh Henry gue bukan dewa melainkan manusia biasa. Gue masih pria yang penuh salah dan dosa. Gue masih Alex si anjing gila bukan si sempurna. Serta gue yang mulai saat ini akan terus berusaha buat lo bahagia.

Henry oh Henry bila nanti ada kalanya gagal. Bila nanti ada satu tetes air mata yang tanggal. Gue harap mohon dimaafkan. Sebab Alex punya lo ini yang masih banyak kekurangan.


`hjkscripts.


Bunga cempaka harum mewangi Baru ditanam oleh pak tani Buat adik yang kakak sayangi Tolong maafkan kakakmu ini

Pintu dibuka nampak sosok wanita. Wanita cantik berbalut gaun tak sempurna. Dia yang tengah berkaca. Mengumbar senyum tanpa langsung bertatap mata.

Beatrice namanya, satu-satunya perempuan tersisa dalam keluarga. Perempuan yang dididik keras karena diasuh pria. Meskipun begitu hatinya masih selembut benang sutra. Dia adalah satu-satunya penyelamat Henry yang hampir kehilangan nyawa.

Jika Henry banyak diam, maka Beatrice yang akan menjadi mulutnya. Jika Henry banyak menerima, maka Beatrice yang memberikan ganjarannya. Jika Henry disalahkan, maka Beatrice yang membela.

Beatrice adalah Henry versi berani dan dewasa.

“Hi” “Hei, hen.”

Henry mendekat, mengamati Beatrice yang tengah berdandan. “You looks amazing” Pujinya.

Beatrice tentu tersipu, siapa yang tidak jika dipuji begitu. Meskipun Henry adalah kakak kandungnya tapi mulut Henry masihlah mulut lelaki.

“Bisa bantu resletingkan gaunku?” Pintanya. Beatrice menyampirkan helai rambutnya yang panjang ke samping bahu.

Biasanya Beatrice akan dibantu beberapa maid untuk menyiapkan diri. Namun hari ini pasti sengaja. Alex benar, sibling problems won't last forever.

Henry membantu Beatrice dengan resleting gaunnya. Menutup punggu menawan itu dengan baik. Henry tidak bohong jika hari ini Beatrice terlihat sempurna.

“Hen?” Beatrice berpaling, berputar seratus delapan puluh derajat sejajar dengan dirinya. Sulit kata yang akan diungkapkan, begitu banyak mungkin sampai dia tak sanggup mengatakan. Berakhir, Beatrice hanya memeluk Henry erat... erat sekali.

Pelukan satu ini bukan gestur biasa. Pelukan satu ini mengandung jutaan makna. Beatrice merindukan Henry dan hangatnya seolah berkata Beatrice amat menyayangi Henry. Beatrice memohon maaf pada Henry dan sesaknya seolah berkata dia menyesal akan apa yang dia perbuat pada Henry.

“Aku minta maaf” Ungkapnya. “Aku minta maaf, i was selfish to you.” Lanjutnya.

“Aku minta maaf, seharusnya aku gak begitu sama kamu. Bukan kamu yang salah, tapi aku yang egois. Aku menginginkan Alex sampai berfikir dia harus menjadi milikku sendiri meskipun dia sebenarnya milik kamu. Aku harusnya bahagia kan? Aku yang selama ini menginginkan kamu setidaknya punya satu kebahagiaan.”

Tak apa, tak apa sayangku Beatrice. Semuanya akan baik-baik saja.

Henry memilih tak menjawab melainkan semakin memeluk adik tersayangnya erat. Apa yang terjadi biarlah terjadi. Sebab hidup hanya bisa mengakui kesalahan bukan berharap mengulang kejadian dan memperbaiki diri untuk masa depan nanti.


`hjkscripts.


Pangeran ini memang lahir tidak sempurna. Pangeran ini memang lahir tak sesuai keinginan dua orang tua. Pangeran ini yang lahir untuk terbelenggu dalam tahta.

Katharina membawa tiga cangkir teh, membaginya perlahan sebab isinya nyarih penuh. Ketiganya berkumpul di kamar Alex, empunya juga sudah menitipkan pesan pada Pak Lee agar jangan ada yang menganggu dulu untuk beberapa waktu ke depan. Dia tak lupa menutup segala akses yang ada.

Dalam bilik sederhana ini mereka akan mendengar sebuah cerita. Bukan hanya dongeng atau mitos belaka, melainkan sebuah fakta.

Henry duduk di tepi kasur bersama Katharina yang sudah dia setujui pula untuk bisa mendengar kisahnya. Sedangkan Alex memilih duduk di lantai, tepat di bawah Henry. Dia tidak ingin melewatkan segala perubahan ekpresi dari emosi yang nantinya terjadi. Alex ingin juga merasakan sendiri, meskipun berat tapi setidaknya Henry tidak sendiri, ada dia yang mengerti.

“Pertama saya berterima kasih sama kamu dan minta maaf karena sudah merepotkan kamu untuk berlari menuju tempat yang saya sendiri gak tau.” Kalimat pertamanya. Alex tersenyum ringan, mengusap lengan Henry menyampaikan tanpa suara bahwa Alex tak masalah soal itu.

“Maaf sekali lagi, tapi saya gak bisa kontrol rasa takut saya. Saya biarkan rasa itu bebas dan itu sampai pada kamu karena kita adalah mate.”

Henry berhenti sejenak mengamati ekpresi dua orang pendengar. Debaran jantungnya kacau tak karuan. Dia sebenarnya tak yakin juga akan mengatakan hal itu, namun kala melihat Alex yang ada di bawah kakinya adalah anggukan yang dia dapatkan.

Lalu Henry menarik napas, semakin berat rasanya bibir saat akan memasuki maksud intinya. Lidahnya kelu, kalimat yang sudah dirinya susun rapih dalam pikiran jatuh berantakan menimbulkan kegugupan.

“Did you ever hear about rumors on street that the second prince named Henry died at his 14th caused by Malaria?”

Sunyi, kesunyian ini membuat Henry semakin takut. Ini adalah kali pertama Henry menceritakan kisah nyatanya pada seseorang dan Henry tau apa resiko yang dia ambil. Seorang pangeran harus mendahulukan kepentingan kerajaan daripada dirinya sendiri. Tetapi Henry melanggarnya.

Henry ingin kuat, Henry ingin mencari dan mengais sisa-sisa alasan untuknya agar tetap hidup. Alex adalah kepingan terakhir. Alex adalah hasil yang dia dapatkan dari keringat dan jari-jari kotor yang hampir habis sebab puluhan tahun terus mengais. Henry ingin menggunakan Alex dan kesempatan terakhir yang dia harapkan akan hadirnya lelaki itu untuk bahagia walaupun sebentar sebelum dia mati.

Sebab Henry ingin mati dan dikenang selamanya dalam hati bukan sekedar menangis sebentar di atas permukaan peti. Henry ingin mati di antar oleh seseorang yang mencintai dan berharap dia yang akan terus datang, setiap tahun mengganti bunganya yang telah mati. Henry ingin mati dan menanti seseorang di surga yang akan datang pada suatu hari nanti.

“Pangeran itu bernama Henry. Your Highness Prince Henry Arthur Hanover-Stuart. Pangeran yang mendapat julukan pangeran dalam hati rakyatnya. Pangeran yang kelahirannya ditunggu dan dirayakan. Pangeran yang hidup selalu diserukan namanya. Namun dalam fakta Pangeran Henry hanyalah pangeran yang terbelenggu dalam tahta.”

“ㅡ dan pangeran itu adalah saya.”

“Saya yang kelahirannya memang didamba. Saya yang masa kecilnya dipuja. Pemimpin kerajaan haruslah seorang alpha laki-laki dan hari itu dunia saya berubah menjadi neraka. Sayaㅡ”

Alex bangkit. Dia peluk dan dekap erat-erat meletakkan kepala Henry bersandar pada bahunya saat Henry semakin kacau bercerita ditengah isak pilunya. Fakta Henry adalah seorang pangeran jadilah cerita nanti yang akan dia pikirkan. Kali ini dia hanya ingin lelaki ini tenang entah ceritanya sudah atau belum selesai. Persetan lengkapnya, Alex sudah cukup mendengarkan. Sebab Alex juga tak mampu, hanya dari cerita dia sudah tak mampu.

“Henry oh Henry! Maafkan aku yang datang terlambat.” Sesalnya.

Alex semakin menyesal. Dia mengakui dan memohon ampun pada Henry sebab ikut berkontribusi menambah deritanya. Lantas Alex berjanji apapun yang terjadi nanti, dia akan membantu Henry. Karena saat ini Alex menyuarakan deklarasi bahwa dirinya berdiri di samping Henry. Menggenggam tangannya erat hingga mati.


`hjkscripts.


Alex Point of View.

Sejak kejadian dini hari gue belum tidur sama sekali. Harus berlari di malam hari untuk menyelamatkan lelaki ini. Dia ini lelaki dengan segudang rahasia. Dia ini lelaki yang sulit bukan main ditebak isi pikirannya.

Gue harus menunggu lebih lama lagi ketika kita berdua sampai di pondok tempat tinggal gue di sini. Gue bisa lihat gimana lelah badan dia pun gue juga demikian. Akhirnya gue memutuskan untuk sabar, seenggaknya dia udah janji buat cerita. Kita udah janji buat ngobrol. Gue pinjemin satu set lengkap baju santai dan pukul setengah tiga pagi kita berbaring di kasur yang sama.

Hanya Henry yang tidur, udah capek banget keliatannya. Bahkan dalam tidurnya dia gak tenang, gue bisa lihat beberapa kali dahinya mengernyit.

Fuck!

Gue gak bisa bohong semakin penasaran apa yang lagi cowok ini bawa dalam bebannya.

Dini hari ini gue kejebak overthinking tentang Henry. Gue berakhir terjaga sambil ngeliatin dia yang tidur. Sesekali juga, gue usap kepalanya waktu ekpresi tenangnya berubah.

Henry oh Henry! Jangan takut kita akan baik-baik aja di sini.

Pagi ini dia bangun dengan dengan wajah yang masih capek tapi lebih segar daripada kemarin. Tunggu! Kita harus sabar sedikit lebih lama lagi. Setelah ini, sebentar lagi gue pasti bakal tau faktanya.

Sekarang Henry ada di ruangan Pak Lee, tentunya sama orang tua itu juga. Gue gak dilarang gabung tapi gue kayaknya paham kalo sesi ini khusus buat mereka berdua. Gue ngawasin aja, gak berniat nguping juga jadi gue berdiri agak jauh dari pintu terbuka.

Dari tempat gue berdiri gue memandangi. Henry kini tengah bercerita, selebihnya Pak Lee jadi pendengar dan pemberi gestur menengkan. Henry terus berbicara dari datar ekpresi hingga berubah seketika. Entah apa ceritanya tapi kali ini dia menunduk, bahunya bergetar, hingga Pak Lee harus peluk dia layaknya sosok anak.

Henry menangis, pilu sekali sampai nusuk ulu hati. Gue gak dengar ceritanya, gue gak denger suara tragisnya. Gue jauh tapi seolah Henry juga melibatkan gue di sana, dia berhasil nyeret gue buat mengaduk-adu perasaan yang gue punya.

Detik ini gue beneran gak mau denial, gue beneran gak mau membuang pemikiran yang menurut gue kurang make sense tentang hubungan gue dan Henry.

Henry itu takdir gue. Gue alpha dan dia omega milik gue. Kita itu mate dan kita secara sengaja gak sengaja udah ngelakuin ritual mating yang menjadi tanda kalau kita sekarang menjadi satu, kalau kita telah menemukan dan menerima kehadiran satu sama lain. Gue dan Henry telah membangun jembatan yaitu koneksi.

Henry sedih gue bisa merasakan, pun sebaliknya.

Henry marah gue bisa merasakan, pun sebaliknya.

Henry bahagia gue bisa merasakan, pun sebaliknya.

Maka hal yang harus gue lakukan agar kita berdua berhenti tersiksa dengan perasaan negatif yang timbul dari salah satu yang mana dalam konteks hari ini adalah Henry. Jalan satu-satunya gue, Alex harus bahagiakan dia dan gue yakin Henry pasti akan mengusahakan hal yang sama.


`hjkscripts.