the private dinner.
Henry Point of View
Beginilah cerita tentang pangeran yang akhirnya bisa merasakan kehangatan keluarga.
Henry... Henry... Henry...
Panggilku pada hati nurani, meminta pertolongan agar diri ini tenang. Aku ingin hari ini lancar berjalan, memberikan banyak kesan. Namun sebelumnya, aku ingin diriku tenang, seluruh organ dalam tubuh berinteraksi secara normal.
Hanya saja tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan menyumpal mulut agar tak berteriak frustasi susah bukan main. Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan tubuhku pun aku susah pula menjelaskan.
Satu bulan lalu rasanya kematian hampir saja datang menjemput. Demam biasa yang aku alami berlanjut hingga sepuluh hari lamanya. Dokter berkata tak apa, imun tubuhku tak sekuat manusia di luar sebab mereka juga ikut terkurung puluhan tahun di dalam diriku. Lagi dan lagi aku disalahkan sebab nekat melihat dunia luar.
Setelah penderitaan sepuluh hari berakhir, tubuhku layaknya berevolusi tidak menjadi baik namun semakin jadi lemah. Bangun pagi dengan keadaan pusing dan perut terkocok yang akhirnya keluar hanya cairan. Kadang begitu kadang juga baik seperti manusia pada umumnya dan keadaan itu berlangsung sampai sekarang.
Hanya saja aku tidak berharap keadaanku terjadi hari ini. Mungkin besok tak apa yang penting jangan hari ini. Sebab, malam ini adalah malam penting dimana untuk pertama kali setelah satu bulan aku bertemu dengan Alex kembali, bukan hanya alex melainkan anggota keluarga kecilnya.
Mungkin kondisi tubuhku telah membaik, aku pikir. Karena sudah tiga hari berturut-turut bangun tidur dengan keadaan sehat. Namun hari ini naas, pagi-pagi aku bangun dan berlari menuju kamar mandi. Sial, setidaknya Alex memberitahu tentang kedatangan orang tuanya satu minggu sebelum hari ini bukannya kemarin. Dalam tubuhku pasti stres dan tertekan. Tetapi tiada hari lain lagi untuk lari, maka aku berusaha membuat tubuhku sehat hanya dalam beberapa jam istirahat singkat.
Kehadirannya adalah obat paling mujarab. Berjalan gontai kala sendiri, semangat terbang bak burung merpati kala entitasnya hadir mendekati. Aku begitu tenang, merasa aman kala hanya feromonnya saja yang mengelilingi. Sekarang sehat sedia kala seolah lupa cerita sakit.
Kala dia memelukku ada rasa hangat menjalar. Rasa hangat itu memberikan kenyamanan, mereka seolah memberikan reasurasi pada syaraf agar disampaikan seluruh organ bahwa hari ini akan berjalan lancar jika semuanya berkoordinasi.
Alex memandangku lamat, terheran-heran hingga aku ikut kebingungan ada apa yang salah.
“Ada yang aneh ya sama aku?” Aku bertanya terlebih dahulu. Sebab jika memang betul masih ada kesempatan untuk membenahi yang salah.
Alex menggeleng, senyum miringnya terulas kecil. “Ini perasaanku aja atau kamu tambah manis, huh?” Dia dan kata-kata manisnya.
Aku memukul bahunya pelan. Alex selalu bisa membuat darahku berdesir tanpa irama hingga membuat warna merahnya muncul di dua pipi.
“Kamu tuh bisa aja.” Aku berdecak, melepaskan diri seutuhnya dari rengkuhannya.
“Nggak. Bentar-bentar lihat deh...” Alex memegang dagu milikku, diangkatnya lembut sembari menikmati acara mengamati wajahku yang katanya terlihat berbeda dari yang lalu.
“Kamu kalau mau cium aku bilang aja gak usah sok memuji begitu.” Aku menembak tanpa aba-aba dan dia menyerah ketika tawa konyolnya keluar begitu saja.
“Jangan langsung dibongkar gitu lah. Harus bangun momen dulu.” “You got the moment you need and my permission as well.” “Damn, you really are most wonderful man tonight, Your Highness”
Alex cupped my face as he lean his lips to mine. We kissed gently at first and passionate later and forget the reason we here at this place for a while.
Kita tertawa setelah yang lama tak berjumpa memisah. Menertawakan kebodohan sebab hampir saja merusak tatanan sebelum acara di mulai.
“Shall we?” Ajaknya. Mengulurkan tangan juga dan aku menyambutnya suka cita.
“Sure, let's meet them.”
Alex Point of View.
Gue rasa malam ini akan berjalan baik-baik aja. Lihat sekarang, sejak acara dimulai satu jam yang lalu sampai saat ini makan malam disajikan gak ada adegan tegang atau orang tua nyiram wine ke muka calon menantunya. Malah keduanya sedang ngobrol especially my mom and Henry yang lagi bahas perbedaan antara Amerika dan Main Castle.
Hal-hal baik yang terus terjaga seperti menjawab kegugupan gue pun Henry dihari lalu. Sempat panik juga dengar kabar Henry hari ini kurang sehat karena tekanan mau ketemu orang tua gue.
Gue bisa mengerti sih, bahkan kemarin malam rasanya gue udah mau mempermalukan diri sendiri di depan keluarganya Henry meskipun judul acaranya bukan secara resmi gue menemui keluarga kerajaan sebagai orang tua Henry. Tetep aja ya kan, gue harus membuat first impression yang lebih baik dan terus baik biar nanti waktu bom atom meledak image gue dan keluarga didepannya akan tetap baik.
Berbicara tentang Henry, gue gak bohong pasal yang dia kelihatan lebih manis dan ganteng daripada sebelumnya. Sebelumnya dia udah unreal banget tapi hari ini dia lebih dari itu. Mungkin ini karena gue yang udah satu bulanan gak ketemu dan terus menerus worried sama keadaannya tetapi ya sekali lagi naas gue gak bisa jenguk dia dan berbuat apapun.
Terakhir kali gue melihat wajahnya dari video call aja dan gue udah bisa lihat gimana tirus pipinya. Wajahnya mostly pucat dan untungnya dia gak pernah bohong tentang keadaan dia. Dia selalu cerita kalau hari ini dia muntah, dia makan tapi keluar semua, dia udah minum obat. Setidaknya dikabari begitu gue jadi less worried daripada dia bilang gak apa tapi wajahnya lemes.
Tetapi hari ini gue bisa cukup tenang. Lihat dia banyak senyum, menerima banyak afeksi dan dorongan positif yang dilontarkan mom dan dad. Seperti betapa hebatnya Henry bisa bertahan selama ini, betapa mandirinya dia bisa merawat dirinya terus tumbuh jadi lelaki luar biasa baik dan ganteng seperti sekarang, betapa kuatnya Henry dan usahanya untuk selalu mencari alasan agar tetap bahagia dan hidup sehingga percakapan mereka berakhir pada orang tua gue berterima kasih banyak-banyak sama Henry.
Sebab kalau Henry yang mereka lihat sekarang bukan manusia yang luar biasa kuat, gue anaknya gak bakal bisa ketemu sama mate-nya.
Orang tua gue, terutama dad kelihatan juga suka banget sama Henry. Apalagi Henry itu meskipun gak jago masak tapi dia pinter banget komentarin masakan. Buat dad gue yang orang Texas makanan dan masak itu kebanggaannya dia banget. Dad suka masak buat orang yang datang ke rumah, apalagi orang itu lahap banget makannya. Kayak Henry sekarang yang dengan senang hati masukin semua makanan yang dad gue taruh di atas piringnya.
Malam ini dia makan banyak banget memang tapi gue gak bisa melarang karena gue inget Henry punya masalah makan beberapa hari kebelakang. Mumpung perutnya baik jadi biarlah dia makan sepuasnya.
Melihat bagaimana keduanya orang tua gue dan Henry berinteraksi inimah fix setelah ini entah gue masih dianggap anaknya apa bukan. They love Henry and i do. Henry sepertinya lahir ketika Tuhan sedang sayang-sayangnya dengan hambanya. Seolah hari itu tak ada bencana, tak ada yang tengah dihukum, sebab Dia sedang menakdirkan Henry lahir ke dunia.
Henry diciptakan memang untuk disayang dan dicintai sepenuh hati.
`hjkscripts.