welcome to whole new world.


AUTUMN ㅡ 2023 NEW ARSENE, MAC

“Welcome to New Arsene capital of Main Castle.” Ujar pria berkulit tan. Ia menyambut dua tamu kebesaran yang telah dijadwalkan datang hari ini meskipun tanpa mobil iring-iringan.

Dia pria dengan perawakan tinggi, ramping dari leher hingga mata kaki. Berpakaian jas hitam rapih, celana kain, dan juga bermandi minyak wangi. Perilakunya membuat kian detik seolah berhenti. Terpesona akan protokol tata krama yang diterapkan sesuai dan amat mumpuni.

“Shaan Srivastava. Royal family equerry.” Sebutnya memperkenalkan diri. Artikulasinya lugas, gerak geriknya tegas, genggam erat tangannya buat sedikit kebas.

Senyum canggung muncul dari kedua wajah asing di sana, “Alex Claremont-diaz, Sir. Putra Presiden Amerika Ellen Claremont.” Gilirannya memperkenalkan diri.

“I've heard so much about madam president. And you are?”

“Oh, yes.. hi, no.. i mean i am Katharina. Saya tidak yakin nama apa yang bisa menjelaskan hubungan saya dan Alex, but mari kita anggap saya adalah tangan kanannya.”

“Pleasure, Miss Kath.” “Jadi begini,” Shaan memberi sedikit ruang untuk Alex dan Kath berjalan mengikuti sembari dirinya menjelaskan lebih lanjut mengenai Main Castle dan segala protokol dalam lingkungan kerajaan.

“Saya mewakili keluarga kerajaan telah membuat kesepakatan dengan madam presiden tentang kelas tata krama dan pengaturan emosi yang akan anda berdua ikuti. Sebelum staf kerajaan mengantarkan anda pada kediaman tinggal selama di sini, izinkan saya memandu dan menjelaskan sedikit tentang negara kami tercinta dan segala protokol yang ada sehingga dapat dipatuhi dengan baik.”

Mereka berdua mengikuti setiap langkah Shaan. Mendengarkan seluruh penjelasannya tentang peraturan kerajaan yang sebenarnya sulit di pahami daripada mata kuliah hukum negara Amerika, imagine you being a lawyer here. Bahkan Alex, seolah pendengarannya hilang sejak peraturan nomor tiga dari dua puluh satu disebutkan. Ia lebih tertarik mengamati interior dalam palace yang begitu unik dengan penataan yang juga menakjubkan.

Istana kerajaan tempat paling luar biasa, dibanding rumah nomor satu di Amerika yaitu The White House yang mana dari luar nampak megah bagi kalangan umum. But this palace is just another level. Bahkan ini, kalau Alex tidak salah dengar baru satu sisi gedung istana dimana sisi ini bisa dikunjungi wisatawan.

“Hell, what a bucks to spend.” Gumamnya. “Ya, Sir Alex? Ada pertanyaan?” “Oh,” Alex terdiam canggung, tidak ingin persepsi aneh di kepalanya terdengar oleh orang kerajaan. “No...pe...” Balasnya dengan senyum konyol.

Shaan menghentikan langkahnya tepat di hadapan dinding berhias banyak pigura. Terdapat satu yang paling besar dan sisanya sebesar wajah satu individu. Mereka ditata serapi mungkin, mengambil pose terbaik sehingga pengunjung disuguhkan dengan pengalaman seolah berkeliling dalam museum Louvre di Perancis.

“Ini adalah silsilah keluarga kerajaan. Terlalu banyak memang, namun saya hanya meminta anda menghafal wajah yang akan sering ditemui nanti.”

“Sebelah sini ada Your Majesty King Arthur, pemimpin paling tinggi pada saat ini. Sadly, our queen consort has passed away years ago. Selanjutnya, Your Highness The Crown Prince Philip and his beloved spouse Lady Martha, and last Princess Beatrice.”

Ada yang aneh memang kala Shaan menyebutkan nama keturunan raja. Suaranya tidak lagi sama lantang layak sebelumnya. Nadanya tersirat keraguan dan penyesalan. Seperti anak sekolah yang menyesal sebab tak menyebutkan sesuatu informasi penting yang sudah ditulisnya dalam esai untuk dibacakan di depan kelas.

Shaan menggerakkan dua bola matanya bergantian, mengamati ekspresi Katharina dan Alex yang tengah memahat wajah manusia penting di negara ini. Bersama napas memburunya, buah adam yang bergerak cepat tak berirama, Ia berharap kedua pemuda dihadapannya tak bertanya sesuatu berarti.

Berdoalah dia semakin keras setelah ini, sebab salah satu pemuda di depannya bukan hanya remaja minus tata krama yang dikirim orang tua untuk dilatih sedemikian rupa. Tetapi, pria berpakaian terlalu santai dan kurang sopan ini adalah Alex Claremont-diaz, seorang anak orang nomor satu di negara pusat dunia dan lawyer ternama di Amerika.

Alexander Gabriel Claremont-diaz melihat dunia dengan mata serta mindset yang berbeda.

“Hei Shaan.” Alex bersuara setelah kian detik sibuk mengamati pigura. Dan rasanya dunia Shaan berhenti berputar saat ini juga. “Yes, Sir Alex?” Jawabnya hati-hati.

“Boleh saya bertanya sesuatu?” “Absolutely.” “Sepertinya anda lupa menyebutkan seseorang, am i right?”

What on earth do you mean, Alex

“Seseorang yang mana, yang anda maksud, Sir?” Alex tanpa ragu menunjuk, mengarahkan jemari panjangnya pada sebuah foto sosok pria kecil dengan senyum menawannya. “Siapa anak ini?” Tanyanya lagi.

“It is...” Shaan meneguk ludahnya berkali-kali sebelum kembali mengatur dirinya untuk menjawab seinformatif mungkin. “Prince Henry, Sir. Dia adalah putra kedua King Arthur dan mendiang Lady Catherine. Sebelum anda bertanya lebih jauh, saya dengan menyesal juga mengumumkan bahwa Prince Henry telah bahagia bersama sang ibunda akibat malaria.”

“Ohh, such a cutie little boi.” Katharina menanggapi dramatis.

“Yes, miss.” “So, saya rasa sudah cukup jauh sampai di sini dan sepertinya kendaraan pengantar juga sudah siap membawa anda berdua ke kediaman. Mari ikuti saya!”

Untill the end of the day, Alex still learn and understand this and that about his new home. Well, let's his journey begin.


`hjkscripts.