viscount fox.


Henry Point of View.

Tidak ada hari tanpa kekacauan jika putramu adalah Viscount Fox. Diberi ketenangan dunia oleh hadirnya Nicholas tetapi tujuh menit kemudian diberi pelengkapnya. Tidak ada ketenangan sebelum ada kekacauan. Ketenangan itu tercipta kala yang kacau berdelebrasi setuju untuk saling berdamai.

Well, the world has its way to balanced everything.

Jika aku punya Nicholas yang memiliki senyum seteduh semilir angin malam, maka aku juga punya Viscount dengan senyum secerah matahari pagi. Dia lahir di dunia sebagai pembawa keceriaan. Leluconnya, tingkah anehnya membuat aku dan kakaknya ikut tertawa.

Berbeda dari Nicholas, Viscount sejak kecil dapat perhatian berlebihan dariku. Sebab Viscount kecil tidak tumbuh secepat Nicholas. Viscount tumbuh sebagaimana anak kecil lainnya yang butuh perhatian ekstra. Viscount kecil itu suka menangis akan hal kecil yang menyakiti dirinya. Viscount kecil hobi merengek jika dia tak dapat yang dia mau. Viscount kecil butuh bantuan setiap kegiatan yang dia lakukan.

Dan Viscount Fox tumbuh sebagai remaja yang suka perhatian. Dia adalah si pusat dunia.

It's kinda my fault though tetapi aku begitu bukan tanpa alasan meskipun ini tidak bisa dibenarkan. Viscount kecil didiagnosis asma sejak dini, imun tubuhnya tak sekuat penampilannya yang sok jagoan. Mungkin penyakit ini datang dari trauma masa lalu yang aku derita dan itu menurun pada Viscount.

Viscount tidak boleh capek, Viscount tidak boleh makan makanan sembarangan, Viscount tidak boleh setres. He's so weak young Henry after all.

Tetapi Viscount adalah Viscount, anak muda yang sedang terbawa arus menuju fase remaja. Remaja yang menganggap semua keputusan adalah tepat tanpa berpikir akan dampaknya.

Maka disinilah aku selalu, berhadapan dengan guru penanggung jawab kelas yang sebenarnya mungkin sudah bosan melihat wajahku. Hanya ada dua maksud kedatanganku bertemu beliau. Entah kabar presentasi Nicholas yang semakin meningkat atau kabar perilaku Viscount yang semakin diluar nalar. Untuk hari ini Viscount adalah pemeran utamanya.

“Pertama-tama saya mohon maaf harus memanggil anda kemari, Sir Henry. Tetapi, seperti yang telah dijelaskan dari pesan singkat putra anda Viscount terlibat dalam pelanggaran kecil. Dia ketahuan membolos jam pelajaran dan berdiam diri di rooftop sendiri. Maksud saya mengundang Sir Henry untuk bertanya dan memberikan sedikit saran.”

“Sir, apakah Viscount sedang ada masalah di rumah? Maaf jika pertanyaannya terlalu personal, namun hal ini dapat mengganggu konsentrasi kegiatan pembelajaran. Saya sarankan dengan kedatangan Sir Henry kemari dapat menyelesaikan apapun itu saat ini juga. Saya cukup menyayangkan jika masalah ini terlambat untuk diatasi dan akan menghambat proses pembelajaran hingga lima hari kedepan.”

Sure, sure we have problems unsolved. Tetapi untuk yang satu itu aku masih lelah. Bukan semua masalah harus diselesaikan saat itu juga, ada fase lelah, ada fase belajar, dan ada fase akhir yaitu berbicara empat mata.

Ini bukan tentang aku enggan mengerti. Ini bukan tentang aku enggan memaklumi. Ini adalah aku dan caraku untuk membuatnya sekedar tahu diri. Ini adalah aku dan caraku untuk membuatnya mencari solusi.

Viscount adalah Viscount solusi yang diambil selalu diluar nalar. Inilah solusi yang dia ambil, si pencari atensi handal.

“Aku kayak gini ya sengaja biar kamu dateng. Abis kamu di rumah diemin aku terus.”

“Tapi gak gini caranya. Kamu kan bisa panggil aku, kita bisa duduk sambil ngobrol. Papa itu cuma perlu kamu ngerti kalau kamu salah dan minta maaf. Papa diemin kamu biar kamu mikir, Viscount.”

“Papa itu bukan gak mau kamu seneng-seneng sama teman kamu. Tapi papa mau kamu tau batasan kamu. Kamu itu tubuhnya gak sehat dan papa khawatir. Papa cuma mau kamu dengerin papa. Papa itu peduli sama kamu, kakak juga gitu. Papa begini karena papa sayang sama kamu.”

Memiliki Viscount sebagai anakmu memang sulit. It's tiring yet it's challenging.

“I'm so sorry.” Lirihnya pasrah. Dia memelukku dengan perasaan bersalah.

“Maaf Viscount gak bisa jadi kayak Nicholas.”

“No, you don't have to be. I want you to be yourself. Like this Viscount but more responsibilities. Can you?”

“I'll try.”

In the end of the day memiliki Viscount berarti menyediakan banyak waktu untuk dirinya terus berusaha. Memberikan banyak kesempatan lebih dari sekedar dua. Sebab Viscount berbeda, bukan berarti tak bisa.


`hjkscripts.