untitled.
Junkyu's birthday from strata universe.
Bibir Haruto tak kenal lelah, tersenyum sembari fokus menatap laptopnya dibawah lampu kamar temaram. Sesekali kepalanya mengangguk, menggeleng; menilai sendiri berbagai produk fashion dalam web e-commerce.
Hari ini tepat tanggal 8 september. Baru saja kedua jarum jam dinding sampai bersamaan menyentuh angka 12. Artinya, besok hari spesial suaminya, Watanabe Junkyu resmi berumur kepala tiga.
Haruto menghela napas, berbagai pakaian mahal dalam toko mereka bagus, mewah, dan berkelas, memangnya baju apa yang tak cocok dikenakan suaminya? Namun lagi, tak ada yang spesial dari sebuah baju mahal, yang ada Haruto diomeli habis-habisan karena menghamburkan uang.
Pria dewasa itu terkekeh, memorinya seketika dibawa ke masa lalu. Harus menabung dengan keras hanya untuk date satu malam. Rela menghindari jajan untuk membeli hadiah kecil yang setidaknya pantas untuk diberikan. Sekarang, semua sudah banyak berubah. Pekerjaan Haruto bagus dan stabil. Haruto benar-benar memegang ucapannya akan membahagiakan keluarganya dalam segi apapun termasuk materi. Hingga kadang suaminya pusing sendiri, malah dicerca dengan berbagai nasihat agar menabung oleh suaminya sendiri.
Mata elangnya meratap kamar gelap, masih ada cahaya sedikit dari sinar bulan serta layar laptop menyala. Pandangannya jatuh pada tas kulit menggantung digagang almari ada gantungan koala abu-abu menandakan tas itu milik sang suami. Haruto jadi ingat beberapa hari lalu Junkyu mengeluh resleting tasnya sering macet. Tak salah lagi, tas itu jadi salah satu seserahan nikah mereka 5 tahun lalu dan Junkyu yang Haruto kenal orangnya setia jika sudah nyaman.
“Eugh...tidur...” Haruto sedikit berjengit, secepat kilat memindah halaman web dengan worksheet-nya ketika telinganya menangkap lenguhan Junkyu.
Junkyu mengangkat kepalanya kendati netra cantiknya belum sepenuhnya terbuka, niatnya mengintip apa yang dilakukan sang suami hingga belum tidur larut malam begini.
“Dikit lagi.” Sahut Haruto sembari mengusap puncak kepala Junkyu.
Si manis berdecak, tak tinggal diam tangannya maju mencoba menutup paksa layar laptop Haruto namun berhasil dicegah. “Udah besok lagi.” Gerutunya.
“Iya iya ini disave dulu, sayang.” Lebih baik Haruto menurut sebelum laptopnya dibanting. Ia benar menyimpan pekerjaannya lalu menekan tombol matikan dan meletakkan laptopnya diatas nakas.
“Habis ini ulang tahun kamu mau apa?” Haruto hanya bertanya asal, yaa siapa tau dapat inspirasi dari jawaban kesayangannya. Junkyu menggeser tubuhnya makin menghilangkan jarak diantara mereka, pun Haruto sigap mendekap tubuh yang lebih kurus.
“Mau kamu.” Jawabnya. Suaranya teramat kecil penuh ketulusan. Haruto tak sanggup untuk menahan gejolak aneh dalam tubuhnya lantas Ia menyalurkan melalui sebuah kecupan sayang pada seluruh wajah cantik Junkyu.
9 September
Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to my love... Happy birthday to you!
Junkyu berbinar kala mendapati suaminya tengah mendekat, melangkah hati-hati dengan sebuah kue bernuansa putih ditangannya. Lucu, suara bariton Haruto sebenarnya tak cocok dengan lagu seceria Happy birthday. Hatinya tersentuh, tak kuasa menutup mulutnya saking terharu.
Haruto berdiri, tepat dihadapan Junkyu. Masih kokoh memegang kue dengan lilin angka 30 tertancap diatasnya. Junkyu diam sejenak, dalam hati mengucap syukur disertai harapan, bertepuk tangan kecil ketika dirinya berhasil mematikan lilin hanya sekali tiup.
Kuenya diletakkan asal diatas meja makan yang telah tersedia berbagai macam makanan. Junkyu yang berulang tahun, namun Ia sendiri yang berinisiatif memasak untuk pesta kecil-kecilan karena si manis tau suaminya kurang suka masakan diluaran.
“Selamat bertambah umur, sayang. Terima kasih sudah hadir di dunia dan sudi menerima aku sebagai pendamping hidup kamu. Bahagia terus ya, cantik.” Haruto merengkuhnya, erat dan hangat. Ia menghaturkan beribu kasih sayang. Ada banyak untaian kata yang terdengar seperti buaya namun hanya itu yang mampu disampaikan. Tujuannya sejak awal hanya satu Junkyu selalu bahagia menjadi pasangan hidupnya.
Junkyu hampir menangis dibuatnya. Haruto sejak dulu hingga saat ini masih sama, selalu menjadikan dirinya merasa spesial. Haruto itu sebuah anugrah paling indah.
“Aku mau nangis boleh gak sih?” Junkyu merengek dalam dekapan suaminya.
Yang lebih tinggi gemas bukan main, “Gak boleh, khusus hari ini gak boleh.”
“Eh?!ㅡ” Haruto melepaskan dekapannya. Sedangkan Junkyu menatap dengan ekspresi tanda tanya.
“ㅡaku punya hadiah buat kamu.” Lelaki jangkung itu berlari menuju kamar. Detik kemudian Ia keluar lagi, tangannya memegang sesuatu dibelakang punggung.
Junkyu terkekeh heran, Haruto itu kadang masih kayak anak ABG kasmaran. Lalu, pria itu menyerahkan sebuah bungkusan yang nampak elegan.
Junkyu membukanya, di dalamnya ada sebuah tas. Design-nya sederhana, berwarna hitam terbuat dari kulit asli.
“Mulai sekarang pake yang ini aja, yang lama dibuang.” Junkyu mendongak menatap suaminya.
“Haru.. ini harganyaㅡ” Belum sempat Junkyu melayangkan suara, bibir semerah ceri itu disambar oleh suaminya. Tak hanya dikecup juga sesekali disesap hingga rasa manisnya terasa.
“Gak usah protes kenapasih kalau dibeliin suaminya.”
Bibir Junkyu mengerucut, kesal karena Haruto tak sopan menjamah bibirnya tiba-tiba. “Bukan protes, tapi ini harganya mahal banget pasti. Terus yang tas aku juga masih bagus apalagi itu ada makna spesial didalamnya.”
Haruto sedikit membungkuk nyamakan tinggi badannya, hingga mata sejajar dengan mata. Kedua tangannya menangkup pipi gembil suami manisnya, mengalihkan seluruh atensi agar tertuju hanya padanya.
“Aku pernah bilang tujuanku memantaskan diri bukan semata menyamakan derajat sosial antara keluargaku dengan keluargamu. Namun sebagai bentuk tanggungjawabku karena aku berani meminang kamu. Sebagai seorang kepala keluarga aku hanya ingin membahagiakan pasanganku sendiri.”
Junkyu tersenyum, Haruto memang penuh tanggungjawab. Terlebih Ia adalah pria yang selalu memenuhi janjinya.
“Iya nanti tasnya aku pake, aku pamerin sama semua orang kalo ini dibeliin Watanabe Haruto, suami kesayanganku.”
Mereka berdua tertawa, pun Haruto lega, bersyukur Junkyu tak menolak pemberiannya. Terakhir, Haruto tak lupa menyematkan sebuah kecupan lembut didahi Junkyu bersama doa-doa ketulusannya.
Sekali lagi, selamat ulang tahun kepada Watanabe Junkyu. Aku memang lelaki penuh kekurangan, namun hadirnya kamu disisiku mampu menyempurnakan segalanya. Aku selalu mencintaimu.
`teuhaieyo.