tamat.


Chandra dan Khalil awalnya hanya manusia tak saling mengenal satu sama lain. Mereka bertemu tanpa sengaja oleh sebuah keadaan. Keadaan tak terduga ini yang orang sering sebut dengan takdir.

Tiga kali terhitung mereka bertemu secara tak terduga. Semuanya diawali dari sebuah sepakan kaki tak sengaja, lalu diikuti oleh galaknya Khalil terhadap Chandra, dan terakhir mereka dekat sebagai kawan.

Tak ada yang salah dengan berkawan, yang jadi masalah adalah ketika perasaan sebenarnya memang bukan ditujukan untuk itu. Arti kata 'kawan' dikamus kedekatan mereka hampir tidak ada. Tiba saatnya Chandra putuskan untuk menaruh hatinya pada Khalil dan berharap sebuah balasan.

Khalil awalnya ragu, tetapi Chandra tak pernah malu untuk tetap maju. Chandra usahakan segenap yang dia punya sampai Khalil akhirnya jatuh dalam pelukannya.

Mereka tak pernah sadar, banyak lika-liku kehidupan yang telah mereka tempuh bersama. Banyak tawa, tangis, marah, salah paham, bahkan perpisahan yang mereka telah lewati.

“Jika suatu saat perasaan kalian mulai meragu, maka jalannya hanya ada dua. Antara hubungan kalian akan dieratkan dikemudian hari atau memang kalian bukan jodoh masing-masing.”

Kalimat itu yang terus menjadi dasar mereka disamping percaya.

Lantas di sinilah mereka berada. Bertahan dari badai ujian selama lima tahun tanpa ada kata perpisahan, tanpa melepas ikatan.

Jika lelah beri waktu sendiri sebentar. Jika marah dipikirkan dulu sejenak. Ketika rasa rindu mulai lagi menyeruak, disitulah titik ungkapkan segalanya.

Dua insan ini telah lulus dari sebuah permainan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka sebut itu permainan menahan rindu. Chandra yang punya mimpi akhirnya berhasil menepati. Tepat hari ini mereka dipertemukan lagi.

Bunyi kecipak antar bibir jadi pertanda seberapa besar hasrat yang mereka miliki untuk satu sama lain. Lima tahun tanpa afeksi membuat rindu yang dihantarkan susah untuk habis.

Chandra menggerakkan bibirnya, menghisap kuat dan dalam cherry merah milik Khalil yang tak pernah dia jamah. Dia memanggut, menyesap rasa manis milik kekasihnya tanpa ada rasa bosan.

Chandra terus menekan tengkuk Khalil mendekatkan tubuh mereka semakin intim tanpa peduli ada di ruangan tebuka.

Hhh..

Khalil melenguh, mabuk dibuatnya. Kepalanya pusing, kakinya seperti melayang dibawa ke atas nirwana. Khalil terus mendesak maju, meminta lebih dari yang bisa Chandra beri.

Terakhir, bengkak kedua bibir mereka. Kedua dahinya menempel satu sama lain, dua pasang obsidiannya bersembunyi di balik eloknya kelopak mata. Dadanya naik turun, raup sebanyak mungkin oksigen yang sempat hilang.

Kekehan mereka muncul begitu sadari betapa liarnya panggutan tadi.

“Kalimat apa yang mampu aku utarakan untuk ungkapkan rindu luar biasa ini, sayang? Aku pikir aku rindu padamu aja ga cukup buat deskripsiinnya.”

Khalil tertawa dibuatnya. Cowok itu pukul pelan dada Chandra, “Lebay deh.” Katanya.

“Rinduku seluas samudra. Cintaku tumpah ruah penuhi angkasa.” Ungkapnya.

Khalil makin tertawa bahagia, kalimat yang diutarakan Chandra kelewat kuno. Namun, Khalil bisa rasakan bahwa tak ada kebohongan dari tutur katanya.

“Gimana bisa aku jawab ungkapan kamu?”

Chandra menggeleng, mengecup cepat belah bibir yang hampir mengering, “Ga usah sayang. Tanpa diungkapkan aku bisa rasakan dari sini.”

Khalil menarik Chandra dalam peluknya. Mereka nikamati waktu panjang yang ada.

“Mencintai kamu adalah kesempatan berharga yang pernah aku dapat dalam hidup aku.” Khalil membalas.

“Terima kasih.” Lanjutnya.

“Terima kasih kembali, sayangku.”


`hjkscripts.