summer wedding
a biblebuild au🔞
FFestivalGelembung ; @gelembungfest
Bible Point of View.
Pernah tidak kalian mendengar susunan kata membentuk pepatah berbunyi hidup adalah tentang pilihan?
Batinku bersuara, betapa hidup akan lebih baik jika benar begitu. Sebelum fakta memaksa merasuk bahwa keadaan sesungguhnya adalah perjalan satu insan memang didasarkan pilihan, kecuali pasal perasaan.
Aku benci, mengetahui bahwa mencintai seseorang telah ditentukan. Bukan kita ingin jatuh hati dengan siapa, bukan kita ingin berkolaborasi menulis kisah manis dengan siapa, bukan juga kita ingin mati nanti dipangkuan siapa.
Sebab dunia punya cara alaminya sendiri untuk mengatur takdir dua manusia mencinta. Dunia ini pula punya karma sendiri untuk menghukum manusia yang abai dengan sengaja. Sakit bukan hal luar biasa, dan mati bahkan sering jadi finalnya.
Perkenalkan, aku Bible Wichapas calon pemimpin kerajaan utara. Pria yang baru melewati usia delapan belas. Pria yang telah menemui dermaga untuk kapalnya berlabuh namun hatinya harus dipatahkan akan tanda soulmate yang tak seiras.
Fenomena ini disebut dengan Soulmate, dimana makhluk hidup telah dipasangkan menurut tanda yang muncul pada tubuh. Mau tak mau, suka tak suka, kita hanya bisa terima. Sebab perbuatan ingkar, pesakitan akan jadi imbalannya.
Aku adalah Bible Wichapas, pemuda yang memutuskan untuk pergi melepas singgasana demi jantung hati. Pemuda yang tengah berlari dari kejaran para abdi. Pemuda yang memilih bersembunyi di gubuk tengah hutan sunyi.
“Mereka gak akan bisa temukan kita di sini.” Aku menutup selambu, menyudahi kegiatan mengamati. Hijau sejauh mata memandang juga diperdendangkan nyanyian malam persembahan kumbang.
Petang datang ditandai bulan muncul benderang. Bias cahayanya mengisi kelam dalam ruang. Aku menyalakan lampu berbahan dasar minyak tanah, lantas senyum mengulas kala paras rupawannya sekarang semakin apik dalam pandang.
“Malam ini kita singgah di sini dulu. Baru besok kita akan pergi menyusup kapal ke luar negeri sesuai janji.” Tuturku persuasif sebab perangai yang lelaki ini tunjukkan nampak gusar pula khawatir.
Lelaki ini jadi satu-satunya yang menarik pada sebuah pesta dansa petinggi tiga tahun lalu. Lelaki yang datang bersama ayahnya sang pemimpin selatan, dan kedua saudaranya. Lelaki si pemilik nama Build, yang sering kupanggil Biu. Lelaki yang ternyata bukanlah milikku, melainkan milik sahabatku.
Cinta itu buta, padanan kata itu cocok gambarkan diriku saat ini. Aku memilih buta, asalkan bersama dia. Toh aku percaya, dia jatuh pada pilihan yang sama pula.
“Biu...” Suara Bible memanggil. Bible mengambil alih dagu si manis yang sedari tadi enggan menatapnya walau raga lelaki itu eksis di sampingnya. “Lihat aku.” Titah selanjutnya. Tipis bibirnya bergerak membentuk lengkung ke bawah kala mata sejajar dengan mata.
Lelaki itu sematkan kecupan ringan pada permukaan dahi si manis, sembari terus memberikan kalimat penuh afeksi. “Gak ada yang perlu dikhawatirkan. Kamu milikku seutuhnya begitu sebaliknya.” Skenario selanjutnya adalah Build yang jatuh pasrah dalam dekapannya.
“Berpelukan seperti ini memang hangat. Siapa yang tau dada mereka berdua sakit seakan tersengat.” Gumam Build.
Bible bukan tak paham kalimat yang dilontarkan kekasihnya. Pasangan bukan soulmate memang seharusnya tak bersama, atau soulmatenya akan menanggung luka sebesar perbuatan pasangannya. Lagi, Bible adalah lelaki buta mata dan hati akan magis kisah romansa.
“Bayangkan, tubuh hangat yang sedang kamu peluk ini menghangatkan tubuh selain milik kamu. Rela kah?”
Build paling benci disudutkan begini. Sebab dia paling tau jawaban apa yang akan keluar setelah ini.
Bible hanyalah sosok lelaki dengan banyak testimoni manipulatif. Seringai licik muncul bersamaan gelengan kuat tanda penolakan. Build tidak rela, Build tidak mau, karena egoisnya berseru Bible Wichapas adalah milikku seorang. Pada akhirnya, Bible mampu mengendalikan akal sehatnya.
Iklim romantis datang layaknya tamu tanpa diundang. Berhembus pelan bersama angin konstan yang bertandang melalui cela bilik bambu. Hawa dingin ikut serta, buat dua raga semakin erat. Merinding bulu kuduk mencuat, kini indra peraba saling melekat.
Helaian nafas Build kian memburu seiring belaian lembut jemari Bible mengeksplorasi paras rupawannya. Dari pipi, berekspansi menuju dahi, beralih menyusur jembatan cingur, dan berakhir pada dua belah yang suka bertutur.
Belah merah muda kini dijamah hebat. Kecipaknya penuhi ruang bak sedang mengadakan pertandingan gulat. Pasang kelopak indah keduanya mengatup, memilih bergerak andalkan insting nurani.
Build tertindas di bawah kungkungan tegas lengan Bible. Tubuhnya dikunci rapat bagai penjahat kelas kakap yang tak boleh kabur dari rumah pidana. Peluh merambat di antara hawa dingin hebat sebab hari semakin gelap. Helai kain mereka tanggal, sisakan sampul pemberian Yang Maha Esa.
“Bib” Bisik Build memanggil dalam nada serak.
“Biu” Balas Bible tak lupa mengecup bibir lelaki di bawahnya cepat.
“Kamu punyaku.” Titahnya tegas. “Kamu punyaku.” Ulangnya sekali lagi, mendeklarasikan pada angin bahwa lelaki di atasnya adalah hak paten miliknya.
“Saat aku di dalammu, gak akan ada jalan lain selain maju.” Ujarnya menegaskan, meyakinkan Build bahwa apa yang terjadi selanjutnya bukan untuk disesali kemudian hari.
Dan Bible tersenyum bagai manusia paling beruntung ketika dua kaki Build memilih melingkar apik pada pinggulnya. Mempersilahkan Bible menginvasi lebih properti miliknya, menghasilkan lenguhan sakit bercampur lega.
Tubuh bertaut itu bergerak, pertama konstan lambat laun tak beraturan. Keduanya sama-sama punya tujuan, mencari sebuah kepuasan. Kala dalamnya semakin bergejolak, desisan berubah jadi berteriak. Maka kisah ini, berakhir pada sebuah puncak. Melepaskan putih yang nantinya berbuah anak.
“Biu, menghitung hari musim panas akan datang.”
“Lalu?”
“Ayo menikah, ayo kabulkan mimpimu untuk menikah di musim panas.”
`hjkscripts.