quarter to twelve.


NSFW CONTENT🔞


New York 31 Desember ; 23.45

Lelaki itu santai berdiri mempercayakan tubuhnya ditahan balkon terbuat dari besi. Dia memandangi, langit legam dihiasi bunga api. Tiupan lirih udara dingin tak menghentikan aksinya sama sekali. Dibalut kain tipis dan ulasan senyum manis, dia menikmati hari paling menenangkan hati.

Dia bergeming meskipun daun telinganya menangkap suara gerakan pintu dan derap kaki. Seolah dia sudah tau siapa yang telah kembali. Tegap tubuh sosok lelaki dewasa berjalan menghampiri setelah meletakkan seluruh bawaan diri. Dari belakang lengannya tanpa ragu merengkuh pinggang berisi.

“Nodt.” Panggilnya sebelum meletakkan dagu di pundak yang lebih pendek.

Sang pemilik asma berjengit sedikit kala dipanggil hanya nama. Sudah lama dia tak mendengar namanya dipanggil dengan artikulasi sempurna. Nodt Nutthasid benar itulah namanya.

Nodt berbalik, namun perangkap lengan besar di samping tubuhnya masih kokoh. Dia terhimpit antara balkon dan dada bidang yang tercetak begitu jelas meskipun ditutup dengan benar.

“Kenapa manggil aku gitu?” Dahinya mengernyit bingung, suaranya lebih tinggi sedikit sok sebal.

Lelaki dihadapannya tersenyum miring, mencuri kecup nakal dari bibir yang telah merah sebab hawa dingin.

“Hanya ingin.” Jawabnya singkat.

“You sneaky thief.”

“Well, I am.”

Nodt menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli. Detik kemudian tawanya pergi terganti tatapan sulit diartikan. Netranya tajam memindai detail paras tampan tersuguh di depannya. Senyuman puas terpatri kala tak menemukan sedikit pun cacat di sana. Tangan kanannya diangkat, telapak dingin itu kini bergerak lembut pada permukaan wajah si lelaki.

“You bought them, did you?” Ujarnya to the point.

“Sorry, too many people have joined this party. I bet we should go without wearing anything.”

Nodt memukul dada bidang lelakinya. Suaranya kenapa harus dibuat begitu menggoda.

“Kamu sih ga beli sebelum ke sini.”

“I did, sayang.”

“Terus mana buktinya?”

“They don't sell my size so...”

Nodt mendecak sebal. “You confident ass!”

Keduanya lagi-lagi terjebak dalam warna iris satu sama lain. Mereka jatuh tebuai akan kagum masing-masing. Lama dalam keadaan demikian sebab mereka menikmati euphoria menyenangkan dari saling berkomunikasi hanya melalui pancaran netra.

Kemudian, fase itu harus ditutup ketika beribu kembang api berlomba unjuk diri memperebutkan nominasi paling tinggi, paling besar, dan paling cantik. Dimulainya hiasan langit menandakan pula berakhirnya perjalanan manusia menempuh sebuah tahun menuju tahun selanjutnya.

Cukup melihat keindahan semata, Nodt kembali pada pemandangan favoritnya. Dia adalah Peter Knight, sosok lelaki dewasa yang dengan sabar membimbing dirinya.

“Happy new year, Mas Peter.”

Maka Nodt menciumnya, bukan sebatas kecupan ringan melainkan lumatan penuh nafsu. Dia bergerak, menuntut seolah menunjukkan bahwa dia yang berkuasa. Namun dia salah, suaminya itu adalah kasta tertinggi dari segala lelaki. Betapa keras Nodt berusaha mendominasi, aura tegasnya selalu bisa memukul mundur mengambil alih.

“You want me to fuck you here?” Tuturnya terbata karena sembari mengatur napas.

“It's cold here you jerk.”

Peter terkekeh tak percaya. Ibu jarinya menyusap bibir basah milik Nodt gemas. “Bagaimana bisa bibir manis ini bisa berkata buruk?” Dia menyesap daging kenyal itu kembali.

“Then what are you going to do, sir?”

“Just wait and see. Which punishment worth your filthy lips.”


Nodt dijatuhkan dari kewarasannya menuju dunia berjuta nafsu. Helai kain jatuh satu persatu menunjukkan lekuk tubuhnya tanpa ada rasa malu. Lalu, dia menyambut sosok tak pula berbaju yang menjanjikan hukuman syahdu. Seluruh tubuhnya dia serahkan tanpa ragu.

Peter menjamah merah muda ranum, dia mengecup, disesap erat hingga pemiliknya mendesis. Selanjutnya dia akan menggigit kecil, gemas sendiri dengan benda kenyal secandu butir ekstasi yang mampu membuatnya mabuk kepayang.

Yang lebih muda tak kalah kuat, menghadapi tentara perang yang menyerang peraduannya. Dia memanggut, menyesap daging merah muda yang sedari tadi menganggu miliknya. Tanpa ragu dia menelan entah saliva milik siapa bercampur jutaan rasa. Tapi inilah favoritnya, rasa alami dari manis, basah, bercampur sedikit darah akibat semangatnya permainan mereka.

Lalu, Nodt dengan tenaganya membalikkan posisi sehingga dirinya kini berada di atas sang suami memandu jalannya kisah panas di atas ranjang. Dia sudahi acara bersama bibir Peter, beralih mencicipi tiap jengkal tubuh besar suaminya. Bergerak perlahan namun pasti, memberikan sedikit tanda kepemilikan. Tubuhnya beringsut turun, bermain sebentar dengan dua puting yang sering dia lihat.

Sampailah pada tujuan utama. Bak pendaki gunung telah sampai pada puncaknya. Nodt menyentuhnya perlahan, lembut, memberikan stimulasi agar tegak terbangun.

“Shh... Shit!” Peter mendesis ketika satu tubuhnya merinding. Birahinya semakin menjadi, menjajah akal sehat dan hati nurani. Kini yang dia tau hanyalah kepuasan untuk dirinya dan suami.

“Pleased him, sayang.” Titahnya.

Nodt tersenyum ringan, bola matanya melirik Peter seduktif sembari meludahi telapak tangannya sendiri. Kemudian, tangan basahnya menyentuh permukaan kulit benda favoritnya. Nodt menggenggam, bergerak naik turun perlahan hingga semakin besar dan tegang.

Hhaahhh

Peter mendesah lega kala miliknya masuk dalam rumah pertama. Rasa basah dan hangat ini yang telah ditunggu sejak sekian lama. Bagaimana Nodt dengan telaten memanjakannya. Bagaimana bibir bengkak itu bergerak liar menghisap penis juga dua buah zakarnya. Hingga akhirnya datang sebuah kedutan tanda mani siap untuk ditembakkan.

Ahhhh Hmmm

“You good, babe.”

Peter bangkit, menarik Nodt agar duduk di atas pangkuannya. Dirinya menyambar bibir sang suami yang masih sibuk menelan sisa-sisa sperma. Jemari panjangnya tak tinggal diam, bergerak ke bawah tubuh pasangannya. Diraba dahulu, lalu diremas bantalan pantat empuk sumber bahagia.

Belahannya dibuka, memberikan jalan bagi Peter menjamah senggama.

hhgghn

Lelaki yang lebih tua senyum kemenangan. Dia memasukkan satu jari telunjuk ke dalam agar pemiliknya terbiasa. Tubuh suaminya tegang, genggaman pada otot bisepnya mengerat, serta kaki-kakinya bergerak gelisah.

“Aku boleh masuk ya?” Bisiknya sensual meminta izin.

“Hmm,” Anggukannya pasrah. “Tapi pelan-pelan ya mas.”

Berbekal sebuah perizinan dua raga individu kini bersatu. Berbagi suhu tubuh juga peluh. Berseru memanggil nama sang pemuas nafsu. Bergerak tanpa ritme, berlomba naik turun menyentak keluar masuk hingga mencapai langit ketujuh. Terakhir, mereka akan terjatuh dalam kenikmatan tiada tara bermandi cairan pejuh.


Keesokan pagi, dua tubuh lelah tanpa busana harus terbangun dari arena bertarung yang telah runtuh.

Ketika dua pasang obsidian terbuka yang tampak adalah dominan putih dari luar jendela.

“Salju turun semalam.” Gumam Nodt memperhatikan salju berjatuhan dengan cepat.

“Funny kita gak merasa kedinginan sama sekali.” Peter beringsut lebih rapat, memeluk suaminya dari belakang kala dingin mulai menyerang permukaan kulit.

Ting

Bunyi pesan masuk menginterupsi kegiatan pagi. Nodt memeriksa pesan masuk dari gawainya. Netra indah itu bergerak serius membaca runtutan kalimat pada layar.

Hingga pada akhir kalimat senyum yang terulas pada bibir manisnya.

“Kenapa?”

“Baca sendiri.” Menerima gawai tersebut kelopak matanya menyipit sebab faktor umur melanda.

“You...” Suaranya tercekat.

“Kamu serius resign dari kantor?”

“Iya. Aku sebenernya udah ngajuin lama tapi mereka mohon-mohon biar aku stay sampai akhir tahun. Dan ya, sepertinya mereka gak bohong.”

Peter bangun dari posisinya, dirinya ingin melihat wajah Nodt dengan seksama memastikan bahwa keputusannya diambil secara matang.

“Is it really ok for you?”

“Hmm,” Dia mengangguk semangat. “Aku kayaknya udah siap buat males-malesan di rumah deh. Nonton netflix, beres-beres, terus jadi welcome fairy buat kamu sama kakak.”

“Aku seneng dengernya.”

“Meskipun ini tandanya kamu harus kerja lebih keras?”

“Aku gak masalah. Buat kamu sama kakak aku bisa kerja lebih keras dari siapapun.”

Peter merentangkan tangannya, mau tak mau Nodt bangun kepayahan untuk membalas sebuah pelukan.

Pagi itu mereka berjalan satu langkah lebih jauh lagi. Berjanji menghadapi apapun yang akan mereka temui suatu hari nanti. Melayang tinggi bersama bagai kembang api di langit sepi, pun jatuh kembali bagai salju putih di pagi hari.


`hjkscripts.