prolog.
Pria itu menghampiri sosok yang tengah melamun, bibir tipis berwarna merah muda sehat kesukaannya maju seperkian senti membuatnya gemas.
“My love?ㅡ” Panggilnya lembut. Diletakkan keranjang berisi macam sayur dan buah hasil panennya. Bunyi berdebum nampaknya berhasil menarik kesadaran si manis.
Yang tengah duduk mendongak, memberikan seulas senyum. Ia menggeser duduknya, memberi ruang untuknya duduk sembari menunggu apa yang akan pria itu ucapkan selanjutnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan, hm? Kau tampak tak bersemangat seperti biasanya.”
Helaan nafas kasar terdengar, sorot matanya menatap lurus hamparan hijau disekelilingnya. Swabia, kota kecil tempatnya berpijak belum pernah membuatnya bosan hidup disini, malah kadang Ia bersyukur diasingkan ditempat ini bersama ketiga alpha yang amat Ia sayangi.
“Hari ini tepat 15 tahun kita tinggal disini, saling menjaga, mengasihi, dan melewati jutaan susah dan tawa bersama sebagai keluarga. Anak-anak sudah beranjak dewasa danㅡ” Seketika suaranya tercekat, tak mampu mengutarakan lebih. Hingga tubuhnya direngkuh hangat. Bau petrichor menguar begitu saja guna menenangkan hati yang gundah. Aroma sang alpha memang selalu bisa membuatnya tenang.
“Aku mulai takut mereka akan segera menjemputku. Memisahkanku dengan mu dan anak-anak. Kau ingatkan? Hanya sampai kedua jagoan kita cukup besar.“
Sensasi basah terasa dari bibir sang alpha yang mulus mendarat didahi. “Im sorry for being selfish” Ujarnya.
“Im sorry for make this situation hard. I shouldn't convinced you to keep the baby.. no, harusnya kita memutus benang merah diantara kita setelah tau kita adalah mate” Lanjutnya dengan nada penuh penyesalan. Situasi rumit hingga mereka berakhir di Swabia; kota kecil seindah surga awalnya memang dari keputusannya.
Sang omega menangkup wajahnya, mengelus rahang gagah sang alpha. “Kamu melakukan hal yang benar, alpha. Apa jadinya jika kau menyetujui saranku untuk melenyapkan dia, aku adalah omega penuh berlumur dosa. Lihat sekarang, aku menikmati peranku sebagai seorang papa dari darah dagingku sendiri hingga aku tak bisa membayangkan jadinya hidup tanpa mereka.”
Rengkuhannya semakin mengerat, keduanya seolah memberikan semangat untuk satu sama lain.
“Ayo hadapi ini bersama. Jika mereka datang untuk memisahkan kita berjanjilah akan selalu mencari jalan untuk kembali bersama.”
cause, we were made to be together.
`teuhaieyo.