prolog.
Malam ini sosok tinggi itu tengah bersiap dengan jas hitam formalnya. Haruto Watanabe, pria baru dewasa berumur 25 tahun itu berdiri tepat menghadap standing mirror. Mata elangnya menatap pantulan dirinya tajam, namun pendar cahayanya redup seolah dunianya sedang dilanda prahara. Kesepuluh jari-jarinya bergerak tanpa semangat hingga tepat dua puluh menit dirinya berdiri, dasi merah miliknya belum juga berbentuk.
“Haruto? Sudah?”
Atensinya beralih saat wanita paruh baya berhasil memasuki kamarnya yang memang tak terkunci. Mata elangnya hanya menatap wanita itu dengan tatapan sendu. Wanita yang ternyata menjabat sebagai Ibunda memalingkan pandangannya, takut jika rasa belas kasihannya muncul begitu saja.
“Ma? Haruto beneran gaboleh nolak ya?” Pintanya lirih, sedangkan Ibundanya hanya diam tersenyum sambil membenahi dasi anak semata wayangnya.
Haruto menghela napasnya berat, beberapa kali dirinya bertanya apakah ada cara lain untuk menghindar dari perjodohan dan selalu dijawab dengan keterdiaman. Pikirannya kalut, menjelajah pada skenario setelah malam ini saat dirinya harus memberitahu sang kekasih bahwa hubungannya diharuskan berhenti sampai disini. Rongga dadanya mendadak sesak diikuti ulu hatinya yang sakit saat bayangan wajah sendu Junkyu, kekasihnya hadir dalam pikirannya.
“Ayo! Keluarganya Asahi udah dateng, gabaik bikin mereka nunggu.” Ucap Mama sembari membenahi jas milik putranya.
Jujur, wanita paruh baya itu tak menginginkan ini terjadi. Melihat putranya tak bahagia terpisah dengan dunianya yang telah mereka bina sejak satu SMA. Menurutnya apapun pilihan Haruto asalkan pemuda itu bahagia sudah cukup bagi seorang ibu, namun bagi suaminya keuntungan bisnis adalah yang utama.
“Sa...?” Suara berat menginterupsi sosok kecil yang tengah menatap gejolak kolam didepannya. Maniknya basah meskipun tak ada suara yang keluar.
Pria yang dipanggil lantas berbalik, masuk dalam dekapan dada sang sahabat. “To, maafin gue ya...” Kata pertama yang keluar dari bibir sosok kecil dengan nada yang bergetar.
Haruto tertegun namun tangannya terus memberikan ketenangan pada punggung sempit milik Asahi. “Udah, Sa. Lo gasalah, gaada yang salah.”
“Terus Junkyu gimana? Terus kalian gimana?”
“Ssstt, udah besok kita jelasin semuanya ke Junkyu.” Kata-kata Haruto menenangkan.
Haruto, Asahi, Junkyu. Tiga insan yang dipertemukan lewat takdir. Bertemu pada masa orientasi SMA dan berlanjut menjadi sahabat setia. Haruto si pria idaman, Asahi yang hangat dan pendiam, serta Junkyu si lucu dan sederhana kombinasi cocok membuat siapapun iri dibuatnya. Hingga suatu ketika Haruto menaburkan benih-benih cintanya pada Junkyu dan dengan bantuan Asahi, Junkyu menjadi yakin untuk melabuhkan hatinya pada sosok bermata elang kelahiran Jepang itu.
Dan inilah kisah, tentang bagaimana hubungan suci persahabatan harus beradu dengan takdir keadaan yang tak terduga.
by : teuhaieyo