picnic and kiss.
Nata menemukannya, pemuda bersurai coklat tengah bersandar pada batang beringin tua. Pemuda itu duduk santai diatas rerumput hijau sembari memetik gitarnya. Nata bisa mendengar bagaimana merdu suara Sadewa ketika jarak mereka semakin menipis.
Nata berdiri tepat dihadapan Sadewa yang masih menikmati performanya sendiri dengan mata tertutup. Menyanyi sepenuh hati seolah berada di atas panggung besar. Nata masih enggan mengganggu, Ia memilih ikut menikmati lagu persembahan Sadewa untuk alam.
I hope you're happy but don't be happier.
Nata bertepuk tangan kecil, Sadewa dan musik memang pasangan serasi. Apapun yang cowok itu bawakan tak pernah membuat siapapun kecewa. Sadewa tersipu, ternyata ada satu penonton manis yang entah datang darimana ikut menyaksikan.
“Udah jangan tepuk tangan lama-lama nanti gue besar kepala.” Ujarnya. Sadewa membenahi duduknya agar bisa memperhatikan Nata lebih jelas.
“Suara lo emang gak pernah ngecewain, sayang kalo gak diapresiasi.”
Si manis beringsut mendekat ketika Sadewa memindahkan tasnya agar Nata bisa bersandar pula pada batang pohon.
“Kok tau gue disini?” Nata tersenyum malu-malu, memang siapa sih yang nggak tau tempat singgah seorang Sadewa? Jawabannya sudah pasti di lapangan belakang gedung kesma, dibawah pohon beringin paling besar. Pun Nata sering memperhatikan Sadewa dari kursi taman tepat disebrang.
“Tadi ke kantin mau makan bekel ternyata rame jadi kesini eh nggak sengaja liat lo lagi nyanyi.” Bohongnya. Selesai kelas Nata memandangi bekal masakannya; dibuat khusus untuk Sadewa, menyiapkan hati lalu bergegas menuju lapangan.
Sadewa mengangguk,“Terus mana bekelnya? Gih dimakan keburu nggak enak!” Nata mengeluarkan bekalnya semangat, sedangkan Sadewa kembali fokus dengan gitarnya, memetik tiap senar asal.
“Gue kebetulan bawa dua, ini buat lo aja.” Gerakan jemari Sadewa terhenti, kepalanya terangkat untuk menatap Nata.
Sadewa tersenyum hangat, apalagi ketika sudut matanya menangkap semburan warna merah muda dipipi gembil Nata. Sadewa tak bisa menolak, “Makasih.” Ucapnya sebelum ikut membuka kotak bekal tersebut.
Mereka berdua menikmati masakan Nata, bahkan Sadewa tak ada henti-hentinya memuji betapa pintarnya Nata memasak. Satu fakta dari si kembar Nakula dan Sadewa adalah keduanya mampu menerbangkan siapapun dengan setiap kalimat manisnya.
Sadewa mengintip bekal milik Nata, terkekeh kala sayurnya masih utuh karena sengaja disisihkan. Ahh Nata tidak suka sayur. Sadewa mengambil potong daging, lalu disodorokan tepat dibibir Nata.
Awalnya Nata menatap bingung, kepalanya reflek mundur sembari dahinya membentuk kerutan. Namun, bibir merah muda itu akhirnya terbuka kala menangkap sinyal dari pemuda dihadapannya.
Adnan berada disebrang sana, tepat dalam satu garis lurus dari sepasang pemuda yang tengah menikmati makan siangnya. Adnan memperhatikan semuanya, tiap perubahan gestur sang sahabat. Hatinya diselubungi iri tatkala Nata mengirimkan senyum manis lengkap bersama semburat merah kepada Sadewa, manis, lucu, menggemaskan. Katakan Adnan posesif, namun lelaki ini tidak suka orang lain mendapat senyum itu, Adnan benci ketika senyum itu muncul karena pria lain melainkan dirinya.
Detik kemudian Adnan dibuat terbelalak, dengan secepat kilat bibir kedua anak Adam itu bertemu satu sama lain. Netranya bergetar tak percaya, hatinya sakit seolah dicubit, serta tanpa sadar kedua tangannya telah mengepal keduanya; buku jarinya memutih, urat nadinya tercetak jelas.
Ia kira itu hanyalah sebuah kecupan ringan. Adnan semakin dibuat pusing ketika bibir keduanya mulai bergerak beradu. Sadewa membimbing, kedua tangannya berada dibelakang tengkuk Nata sembari terus menekan maju. Nata terbuai, dibuat terbang ke langit ketujuh, memberikan setiap akses bibir tebal Sadewa menjamah miliknya. Dikecup, dijilat, disesapi belah ceri itu hingga pemiliknya melenguh.
Adnan mana sanggup melihatnya lebih, rasa cemburunya teramat besar hingga ingin maju mengambil Nata untuk dirinya. Namun, Adnan tetaplah Adnan pria penakut juga pengecut. Pada akhirnya, daripada mengakui semua rasa terpendam Adnan memilih pergi.
Nata? Mau lihat kupu-kupu di rumahku? ㅡSadewa Aditya
`teuhaieyo.