penataran 1.2


Build Point of View

Darah berdesir hebat, tingkatkan debar jantung jadi dua kali lipat, ambyar aku dibuat oleh lelaki yang masih belum lamat.

Lagi aku duduk, pada bangku tegak berisi dua. Sekian kali memijak kaki di alas besi belum pernah sama sekali merasa bosan dan sepi. Setidaknya sebab sosok lelaki.

Hari ini aku putuskan untuk bersaksi atas perasaanku sendiri. Memupuk seluruh takut bersama gengsi di dalam inti bumi. Karena, jika tidak sekarang kesempatan mungkin berlari pergi.

Besok aku kembali ke Malang untuk wisuda di hari Sabtu. Mungkin akan jadi perjalanan terakhir kita berdua turut Penataran.

Kereta melaju, deru berisiknya beradu dengan detak jantungku. Detik demi detik telah aku nanti, hingga saat berhenti dimana aku akan memberikan buah tangan sisipan kasih hati.

Tibalah kini, penantian tak panjang lagi. Kepalaku melongok keluar jendela mengabsen tiap raga berjalan mencari gerbong masing-masing.

Namun, tepat saat ini senyumanku harus luntur sebelum waktunya kalah berperang. Aliran merah seolah berhenti, enggan menebar oksigen hingga sel dalam tubuh perlahan mati. Ketika mereka mati, disitulah organ tubuhku saling salah fungsi.

Dia memang tepati janji, duduk di hadapanku. Hanya saya kali ini tidak seorang diri.

Layaknya dihujam belati, aku bisa mati saat ini.

“Biu, kenalkan ini pemilik hati saya. Dia kali ini ikut karena sabtu hadiri prosesi wisuda.”

Belum sempat aku validasi jawaban atas perasaan yang aku miliki. Jangankan begitu, ingin berkoar saja rasanya lidah kelu.

Benar apa kata bunda, kisah yang dimulai pada sebuah perjalanan akan tamat sesudah sampai tujuan.


Aku meminangmu meskipun dihadapan satu saksi. Terik mentari di luar peraduan tak membuat cinta kita enggan bersemi. Ketika pendeta berujar terakhir kali, mendeklarasikan pada semesta pula negeri. Kamu dan aku resmi sepasang suami.

Aku pun bersaksi, tiada siapapun yang akan bahagiakan kamu jika bukan aku sendiri. Build cintaku, aku menitipkan seluruh jiwa raga serta kuatnya rasa cinta padamu pada sebuah cincin yang kini tersemat di jari. Tak akan aku lepaskan kamu, meskipun harus menghadapi mati.

Yours, ㅡ Bible Wichapas.


`hjkscripts.