mencumbu malam minggu.


TRIGGER WARNING ; SENSUAL CONTENT 🔞

Mereka adalah kawula putus urat malu yang tengah bercumbu di malam minggu.

Dia adalah si jangkung dengan selera jadul. Turun dari tunggangan tersayang sembari dilepas yang jadi pelindung. Mengaca dia membenarkan rambut dengan sedikit jambul juga bersiul. Muncul senyum menawan, siapa gerangan si lelaki ganteng.

Lihatlah dia berjalan, menyusuri rumput dedaunan dengan dua kaki panjang. Ada aura menyenangkan yang terus mengikuti tiap langkah seringan kapas awan. Dia yang bersenandung lagu kesukaannya kala gembira. Berhenti lantunannya berganti pasang mata berbinar.

Sosok yang berdiri tepat satu garis lurus dari arah pandangnya nampak bersinar. Padahal wajahnya tengah datar, bibirnya sesekali terbuka hanya berisi helaan nafas bosan. Dia yang gesturnya entah sedang apa. Tangannya bergerak di atas gawai dengan pandangan kosong.

Berbenah dia, lalu lanjut melangkah. Sampailah dia bersama bibirnya yang merekah. Bergeming dirinya di depan meja sana. Menunggu perhatian sosok seorang pria dihadapannya. Kala tak dapat maksudnya, jahil perangainya mulai terbuka. Disentil kecil bel berbunyi nyaring. Kaget sang pemilik hingga terperanjat badannya mungil. Kelakar renyah menguar sebab puas dia berhasil.

“Sand!!!” Nadanya merengek tak terima. Tak lupa didorong sedikit tubuh jangkung menjauh dari meja. Lihat itu bibirnya maju hasil ulahnya.

“Gimana mau dapet duit banyak, gak becus gini orang resepsionisnya.” Godanya lagi dengan kalimat mengejek. Aduh! Makin merengut itu wajahnya.

Dia diam menanggapi, dongkol sebenarnya. Sudahlah suasana hatinya buruk sejak ditinggal teman jaganya di malam hari, dikerjai pula sama kekasihnya yang tiba-tiba muncul.

“Oh-” Si lelaki kini menghentikan kegiatannya menata meja dari tumpukan kertas kosong berisi coretan gak jelas. “Lah lo ngapain kesini?” Tanyanya bingung.

Sand akhirnya dapat menangkap dua pasang manik sendu yang tengah membulat. Dia tersenyum lebih ke menyeringai sembari menaik turunkan alisnya.

“Apasih? Ga jelas banget.” Dia melanjutkan kembali kegiatannya.

Sand itu memang gak tau kita jalan pikirnya. Lelaki itu harusnya tengah terlentang menikmati kasur seorang diri. Semenjak dirinya memutuskan untuk tak membagi rumah sewanya dengan siapapun dan keluar dari pekerjaan ilegalnya, semakin jarang pula intensitas keberadaan dirinya di dalam rumah. Sand saat ini hidup bergantung hanya dari satu pekerjaan dan itu karena dia yang tiba-tiba terlintas wajah memohonnya ketika matanya hampir terpejam hilang di alam seberang.

Dia benar dia yang dihadapannya kini biasa dipanggil Ray. Dia benar dia yang dihadapannya kini si pemilik wajah teduh serta sendu. Dia benar dia yang dihadapannya kini lelaki tak diundang, tiba-tiba datang memberantakkan kasur dan juga hatinya. Betul dia benar dia yang dihadapannya kini adalah kekasihnya.

Ray kasihnya ini adalah terburuk dari semua manusia yang datang dan pergi semasa hidupnya. Ekspresi teduh dan sendunya bukan sebab dia memang ditakdirkan begitu melainkan hasil carut marut dunia miliknya. Wajah yang brengseknya sedang Sand puja ini akumulasi dari narkotika candu dan miras yang menggebu. Bibir merah muda basah membara itu Sand dapat membayangkan manis nikotin bercampur pahit ekstasi hingga detik kemudian membuatnya mabuk kepayang.

“Ray...” Sebut namanya. “Hmm?” Kedua pasang mata kini kembali bersitatap. “Ray...” Dia menelan ludah. Ekspresinya mulai panik akibat ulah imajinasi kotor saat tengah menyanjung paras kekasih dalam hati.

“Kamu sudah makan?” Semakin bingung yang diajak komunikasi sebab bahasa tuturnya mulai berantakan. Ray menggeleng pelan meskipun begitu.

“Ayo makan. Kita makan sama-sama.”


Gila lelaki ini yang menutup pintu dengan terburu. Sinting lelaki ini bersama nafas yang memburu. Edan lelaki ini yang mendorong kekasihnya terhimpit daun pintu. Mana akal lelaki ini yang bibirnya bergerak maju mengajak yang lain bercumbu.

Dia yang mendefinisikan makan sebagai permainan birahi. Dia yang jemari panjangnya tak punya kata berhenti kala tengah menggerayangi. Dia yang sebagian sadarnya hilang antara realita dan mimpi. Juga dia yang semakin asik mengecap seluruh tubuh kekasihnya tanpa tertinggal satu sisi.

Malam ini, di dalam kamar yang keduanya tak yakin kedap suara pula terkunci. Terhempas dua tubuh yang hampir tersisa raga kotor dibalut hanya kulit bukan helai baju sendiri. Di atas tilam amburadul yang masih tersisa bekas bercak aneh dan bau pergaulan bebas yang membuatnya kesal hari ini. Namun kini, semua itu mereka anggap sebagai motivasi untuk memenangkan sebuah kompetisi, siapa yang paling hebat dalam hal mengintepretasikan buku kama sutra kini.

Ahhh... Sand-

Kurang ajar betul kawula muda, meninggalkan tanggung jawab demi kenikmatan duniawi. Mendesah liar saling menyerukan nama agar seluruh penghuni alam tahu betapa hebat pasangannya kini menghancurkan titik lemahnya. Mereka yang tenggelam dalam peluh dan cairan mani. Matanya terpejam menghayati tiap sensasi darah berdesir kala dikecup perutnya, membuyarkan ribuan kupu-kupu di dalam sana.

Hilang waras kawula muda, tertawa mereka di atas hiruk pikuk kacau kota sedang mereka saling berbagi liur suka cita bersama suara penuh gelora cinta. Tak ada ruang bagi udara untuk mengisi kekosongan dalam jiwa penuh membuncah. Panas suasana kala kulit semakin berhimpit, menciptakan tegang si pemeran utama dalam penampilan liar di atas panggung birahi. Masuk dia dalam lubang sempit penuh kebebasan, bergerak berlahan melepaskan lantunan merdu dari bibir kacau sang pemilik.

Kurang ajar dan hilang waras kawula muda, mereka yang tak terhalang apa-apa. Dua bibirnya saling sahut, meracau kalimat-kalimat tak akan pernah terselesaikan. Kata-kata penuh puja demi semakin merangsang hasrat. Diiring bunyi kecipak dan tepuk tangan antar senggama, juga nafas berantakan, dua manusia hampir sampai puncaknya.

Ahhh... Hahhh... Hnng...

“Ray, I'm gonna fulfill your slut hole!” “Fill me. Fill me you fucking jerk.”

Hilang sudah ritme yang dijaga. Bersama basah tubuh juga melayang jiwa. Mereka yang tengah saling menghentak penuh ambisi. Mereka yang tengah berhenti sejenak menyapa nirwana, menikmati bagaimana hangat lelehan sperma. Terakhir, mereka yang tengah terjatuh kembali menuju tanah bumi penuh noda, berikan satu dua kecup sebagai bentuk apresiasi akan permainan hebat pada malam ini, sebelum lelah tubuh membawa mereka pergi menuju alam mimpi.


`hjkscripts.