melepaskan.


Sebagai insan yang hidup di bumi kita ga pernah tau bagaimana sebenarnya kehidupan berjalan. Banyak rahasia-rahasia tersimpan dibaliknya yang ga bisa dicapai nalar manusia.

Senang, sedih, jodoh, bahkan umur manusia. Kematian adalah rahasia terbesar yang pasti akan datang tanpa bisa manusia sendiri prediksi. Hanya satu yang tahu, Tuhan pemilik serta penciptanya.

Kematian itu datangnya tiba-tiba, ga peduli tua, muda, kaya, miskin, dan bagaimana prosesnya.

Sama seperti Khalil hari ini. Dua jam yang lalu dia diberi pertanda, pelukan erat yang sempat dirinya sematkan adalah yang terakhir untuk selamanya.

Satu jam yang lalu, bagi Khalil berjalan sangat lamban. Namun, bak kecepatan bintang jatuh kematian seseorang bisa begitu cepat.

Khalil tidak pernah menyangka bahwa perpisahan datang kembali seolah mengejek cerita hidupnya. Oma-nya, sosok yang ajarkan dirinya untuk hidup di dunia keras ini telah tiada untuk selamanya.

Khalil tak pernah menyangka dalam waktu tempuh 15 menit dia bisa kehilangan. Khalil hancur lebur menyerupai debu saksikan tubuh yang terbaring kaku.

Tangisnya, adunya, raungannya tak akan pernah didengar lagi.

Harusnya tadi dia tidak pergi dari sisinya.

Harusnya tadi dia lantunkan kata sayang untuknya.

Harusnya tadi dia tak lepaskan pelukannya.

Harusnya, harusnya, dan harusnya karena hidup memang penuh penyesalan. Karena sekarang yang tersisa hanya ikhlas untuk melepaskan.


Chandra Point of View

Tubuh lemas itu gue peluk erat, dirinya meronta kuat bersamaan raungan pilu yang tak ada hentinya.

Hati gue sakit melihat cintaku hancur begini. Gue masih tahan tubuhnya yang minta dilepaskan, gue dekap dalam balutan tubuh gue beri sedikit kekutan yang tersisa.

Sayangku berantakan, gumamkan ketakutan akan kesendirian. Gue utarakan kata-kata penenang yang sama sekali ga membantu.

Tubuh kaku itu perlahan diangkat, menghilang dari pandangan untuk dimandikan. Khalil makin menjadi berteriak histeris panggil nama omanya.

“Sayang... sayangku...” Gue hanya sanggup rapalkan itu.

Dengar jeritan putus asanya buat diri gue semakin lemah. Gue pun ga sanggup bendung air mata yang telah menumpuk dipelupuk mata.

“Omaaa!!!”

“OMA!!!”

“Iki sendiri! Oma jangan pergi!”

Tangisannya menyayat hati. Gue semakin peluk dia, saling kuatkan hati. Dia, lelaki yang tidak banyak vokalnya kali ini tumpahkan semua. Dia lelaki paling kuat dan tegar akhirnya jatuh juga.

“Omaa...” Seruannya.

“Maaf, maaf sayang.” Balasku meminta maaf entah untuk apa.

“Iki sendiri, Iki takut sendiri.”

“Engga sayang, kamu ga pernah sendiri.” Gue berbisik ditelinganya terbata. Gue kecup puncak kepalanya beberapa kali untuk menenangkan.

Dan akhirnya raga yang ada didekapan gue melemah. Khalil masih bersama tangisannya, meluapkan segala emosi yang ada di dalam dirinya. Gue bisa longgarkan sedikit eratnya dekapan gue, bisa berikan sedikit afeksi untuk menenangkan.

Beberapa menit kemudian suara lelaki satu ini muncul, panggil nama Khalil dengan bingung, “Khalil!”

Hasan jatuh bersimpuh dihadapan Khalil, wajahnya merah, basah oleh air mata.

“Khalil!” Panggilnya sekali lagi dan gue biarkan tubuh Khalil berpindah direngkuh sahabatnya.

“Ipul... Oma...” Pecahnya lagi.

Mereka dua insan yang menjadi saksi bagaimana hidup sang oma. Mereka jadi manusia beruntung yang dapat rasakan kasih sayang dan segala ocehan sang oma.

“Gapapa, Lil. Oma udah ga sakit.”

“Lu pernah bilang kan..” Ucapan Hasan patah, “Lu pernah bilang ingin oma sehat lagi, senyum lagi, lincah lagi. Doa lu dikabulin, Lil. Cuman ga di sini, ga di dunia yang kejam ini.” Lanjutnya.

“Gue sendirian, Pul... Semua ninggalin gue, gue ga punya siapa-siapa.” Adunya pilu.

Hasan menggeleng ribut, masih rengkuh tubuh Khalil erat. Masih belum usai air matanya berderai.

“Enggak, Lu ga sendirian. Ada gue, bunda, ada cowok lu, ada Jihan, Elkan. Semuanya bakal ada buat lu. Kita semua di sini berdiri di samping lu.”

Gue beranjak, kuatkan hati lagi sejenak. Gue raih raga keduanya, lalu gue peluk. Gue dan Hasan satukan kekuatan yang masih tersisa untuk lelaki yang sedang payah.

Cintaku, tumpahkan sedihmu khusus untuk malam ini. Pakailah ragaku untuk luapkan perasaanmu. Aku harap jika esok hari datang, tak ada lagi dirimu yang begini. Karena jika kamu hancur, maka hancur pula aku.


`hjkscripts.