mana nyata atau maya?
Khaotung Point of View.
Kebingungan ini buat pusing kepala. Kebingungan ini mengacaukan segalanya. Kebingungan ini dipikir hilang logika. Kebingungan ini aku tak tau mana nyata atau maya.
Kayaknya udah lebih satu dua bulan berlalu. Kejadian hari itu, dimana tiba saatnya aku bawa; yang katanya tambatan hati pulang ke rumah. Pertama kali dalam hidup, bukan pilihan mama, bukan anak teman mama. Bukan juga kolega sana sini, tetapi dia pilihanku sendiri, meskipun ada bercampur drama duniawi.
Aku pulang membawa kabar suka menutup perjanjian dibaliknya. Aku pulang membawa ikatan dusta. Aku penipu, aku durhaka, aku anak penuh dosa. Terus ya ini balesannya, langsung kena karma.
Ga boleh, hubungan tipu-tipu ini ga disetujui. Tapi anehnya aku ini masih kekeh. Padahal pihak kedua juga kayaknya ga peduli-peduli amat. Emang niatnya nolong doang, emang akunya yang lagi dilema.
Aku ini terjebak entah ada di dunia nyata atau maya. Sulit bedain lagi menjalani kehidupan sesungguhnya atau main drama. Harusnya sejak penolakan dilemparkan, meskipun ada debat kusir setelah First Kanaphan keluar dari pintu semua selesai sudah.
Toh mama maunya hubungan disudahi, begitupun juga papap. Ga ngomong apa-apa cuman gesturnya amat menentang. Sedangkan aku, kayaknya ga sadar masih main peran, masih kelilit sama skrip yang dibuat otakku sendiri.
First Kanaphan itu adalah pacarku. Orang yang aku pilih sendiri. Orang yang aku sayang, orang yang aku cinta, dan orang yang mau aku ajak hidup selama-lamanya.
Harusnya aku berhenti. Harusnya aku sadar. Tapi otak sama hati ini kayak ga mau berkolaborasi. Mereka ga mau berdiskusi, jadilah dua oposisi. Otak bilang sudahi, tapi hati terus berteriak jangan berhenti sampai disini.
Maka aku dan carut marut dalam diri terus mengeluarkan doktrin kepada papap dan mama kalau First itu masih jadi pilihan, ga bisa diganti, ga ada dua, dan harus dia seorang.
`hjkscripts.