malam minggu manis.
Chandra akhirnya tiba di rumah Khalil setelah 30 menit lebih memacu motornya membelah jalanan ibu kota. Sayup-sayup adzan masjid terdekat berkumandang menadakan waktu isya’.
Chandra menutup pagar rumah sederhana itu kembali, dia lalu berjalan mendekati pintu masuk yang terbuka dengan tangan penuh kantung keresek berbagai warna.
Tok tok tok
“Assalamualaikum.” Chandra mengucap salam. Kepalanya setengah masuk mengintip ruang tamu.
Khalil tersenyum melihat siapa yang datang, cowok yang tengah berkutat dengan tugasnya memberi isyarat Chandra untuk masuk.
Chandra pun melepas sepatu sneakersnya, melangkah masuk mendekati oma yang juga berada di sana. Dia merunduk sejajarkan tingginya dengan wanita renta yang tengah merajut untuk disalimi.
“Assalamualaikum, Oma. Apa kabar?” Salamnya lagi dihadapan oma. Oma meletakkan sejenak pekerjaannya, menatap pemuda ganteng lamat-lamat, lalu memberikan tangannya untuk disalimi.
“Waalaikumsalam. Siapa ya?” Chandra hanya bisa balas senyum. Dia maklum sekali dengan keadaan oma.
“Chandra oma, pacarnya Iki.” Jawabnya.
Oma termenung sebentar, sebelum beri senyum lembut keibuan, “Eh iya, oma inget pacar Iki ya? Ganteng.” Oma tangkup kedua rahang tegas Chandra, beliau kecup bergantian sisinya juga diusap-usap sayang.
“Iki ini pacar kamu.” Oma lalu menatap Khalil yang juga perhatian interaksi dua orang berbeda umur dari posisinya. Hangat, haru, bahagia saat ini penuhi hatinya.
“Iya oma, dia kesini mau kasih oma makanan. Enak, mamanya yang masak. Mau cobain ga?” Oma pun mengangguk.
Khalil beranjak, dia terima kresek dari Chandra. Cowok itu yang bantu tuntun langkah tertatih oma menuju dapur. Sedangkan, Khalil mempersiapkan alat makan untuk oma.
“Lu makan lagi ga?” Tanya Khalil ketika Chandra telah berhasil mendudukkan oma di salah satu bangku.
“Ga usah yang, kenyang. Kamu aja sama oma.” Khalil mengangguk mengerti. Cowok itu hanya ambil satu set alat makan untuk oma. Dengan telaten dia siapkan semua, air minum, obat harian telah tersedia.
“Oma, Iki sama Chandra ke kamar dulu ya? Kalau udah ditinggal aja nanti Iki yang beresin.”
Setelah dapat anggukan setuju dua cowok remaja itu meninggalkan oma.
Tiba di kamar keduanya tengah asik dengan posisinya masing-masing. Chandra dengan nyaman tidur beralaskan karpet bulu dan menjadikan paha pacarnya sebagai bantal.
Belum ada yang mulai ngobrol, Khalil sibuk gonta-ganti cari channel tv yang sekiranya asik sedangkan Chandra udah merem nikmatin belaian di kepalanya.
“Tadi pergi mancing sampe jam berapa? Capek banget keliatannya.” Khalil milih matiin tvnya, dia ngeraih bantal dan diletakkan di bawah kepala Chandra biar nyaman.
“Jam berapa ya?” Chandra berguman, matanya masih merem karena emang udah capek banget. “Pokoknya dari pagi sampe sore.” Lanjutnya.
Khalil jadi ngerasa bersalah udah minta Chandra stay agak lama sama dia malam ini. Ya gimana namanya kangen susah dibendung, mereka jarang ketemu belakangan ini sebab Chandra dihadapkan latihan rutin untuk turnamen renang antar sekolah.
“Abis ini langsung pulang aja, istirahat.” Suruhnya setengah hati.
Chandra buka kedua matanya, dari bawah dia bisa amati gantengnya rupa sang pacar. “Gapapa, pas ketemu kamu sama oma capeknya ilang.”
Cowok itu ketawa, dia pukul pelan dahi pacarnya, “Gombal abis!”
“Seriusan aku yang.”
“Iyadeh.”
Chandra tiba-tiba duduk, memposisikan tubuhnya menghadap Khalil yang lagi natap dia penuh tanya.
“Apa?”
Tanpa menjawab, Chandra buka lengannya lebar-lebar. Dia undang secara tersirat agar pacarnya masuk dalam dekapannya. Khalil singkirkan bantal di paha, dia beringsut mendekat jatuh dalam pelukan Chandra. Keduanya saling merengkuh erat, hirup banyak-banyak wangi tubuh masing-masing.
“Aku kangen sama kamu sayang.” Ujar Chandra berbisik. Khalil balas dengan dehaman setuju. Si manis tak sanggup berkata, namun rematan yang semakin terasa sesak dapat ungkapkan semua.
Melewati menit ketiga, akhirnya rengkuhan itu terlepas, menyisakan kontak mata yang enggan terputus. Keduanya saling tersenyum, seakan berkomunikasi.
Melalui telepati jarak mereka dikikis kembali. Dua pasang lengan melingkar apik pada tengkuk masing-masing. Mereka salurkan, rasa rindu yang tersisa lewat sebuah kecupan.
Pertama, kedua belah itu hanya saling menempel dalam tanpa nafsu belaka.
Kedua, milik Chandra menuntun pasangannya dalam sebuah gerakan memanggut hingga bunyi kecipak hadir di tengah mereka.
Ketiga, tensi menjadi panas, gerakan semakin liar. Chandra meraup bibir bawah Khalil dan dihisap kuat, pun Khalil meraup belah atas Chandra tak kalah kuat mengimbangi permainan pacarnya. Lenguhan tipis tak sengaja meluncur entah suara milik siapa.
Terakhir, dua bibir bengkak terlepas tautannya hingga benang saliva menjuntai seolah sebuah jembatan penghubung. Mereka terkekeh sembari mengisi tabung oksigen yang telah dikuras habis.
“Gue sayang sama lo, Chan” Ucap Khalil.
Chandra membeku, ga salah denger kan? Tiga bulan jalani hubungan sama cowok satu ini baru beberapa kali dia dengar ungkapan vokal dari bibirnya. Chandra memeluk lagi pacarnya, ga lupa dikecup dahinya berulang kali.
“I love you too, sayang” Balasnya tak kalah tulus.
Mereka sudahi kegiatan melepas rindu. Chandra kembali pada posisi semula menginvasi paha berisi Khalil untuk dijadikan sanggahan kepalanya. Chandra ambil tangan Khalil, dia kecup sebentar sebelum ditautkan.
“Besok pas aku lomba kamu dateng ya? Nanti aku pilihin tempat yang aman, yang agak jauh dari kolam biar kamu nyaman.”
Khalil ga pernah berhenti terpesona sama cowok satu ini. Tutur katanya, perilakunya, perhatiannya, semuanya.
“Aku pasti dateng, duduk di paling depan teriakin nama kamu.”
`hjkscripts.