level up.

i will bring you as high as your games level, honey.WNH a harukyu alternative universe.


⚠️trigger warning⚠️ mature🔞, sex toys, comedy, harsh words.


Oke guys, karena hari ini gue yang finish posisi pertama sesuai janji Mas Har bakal traktir gue bakso selama 5 hari.”

Pemuda lucu dengan pipi mirip mandu itu masih berbicara menatap kamera dengan suara cemprengnya. Mengatakan dengan ceria betapa senangnya bisa mengalahkan sosok pemuda lain yang tengah memandang jengah ke arah si lucu. Ini kali pertamanya menang sejak mereka mulai membuat konten taruhan berkedok game.

Haruto dan Junkyu, dua youtuber amatir yang baru memulai channel gaming-nya 6 bulan yang lalu. Berkat visual rupawan tak lupa skill gaming di atas awan, keduanya berhasil mengumpulkan setidaknya 3 juta subscribers dalam waktu singkat. Entah penontonnya hanya ingin melihat wajah, kekocakan keduanya saat live streaming atau belajar taktik gaming.

Mas Har wajahnya asem banget abis kalah.

Ajun gemes banget sih, sini uyel-uyel.

Bagi link gamesnya dong, bang kemarin nyari nggak ada ya.

Begitulah komentar yang ditinggalkan penonton live streaming malam hari ini. Traktiran bakso bagi pemenang game Kart Rider.

“Berhubung udah jam 8 malem dan Mas Har udah ngambek, kita stop streaming sampai sini ya! Jangan lupa nantiin video kita yang pasti selalu seru, don't forget to like and subscribe Harjun TV and- see you next game!

Junkyu; atau biasa dipanggil Ajun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kesepuluh jarinya bergerak cekatan di atas keyboard lalu berpindah mengeklik mouse, menutup seluruh tab internet hingga layar PC-nya menunjukkan wallpaper khas pecinta games.

“Udah?” Suara baritone menginterupsi kegiatan si manis. Junkyu menoleh, terkekeh gemas melihat kelakuan yang lebih tua 4 tahun. Padahal cuma kalah main game tapi ngambeknya seperti anak 5 tahun. Junkyu jadi bingung sendiri.

“Ih udah dong ngambeknya, mukanya Mas kusut gitu. Jelek!” Bibir semerah ceri itu mencebik lucu.

“Bukan ngambek ini laper.” Balasnya datar. Haruto memang begini sikapnya, dingin. Kendati demikian hanya Junkyu yang tau kalau Haruto punya sisi lembutnya tersendiri.

“Sana makan duluan! Aku masih mau ngejar event.” Junkyu memang mematikan komputernya, namun pemuda jangkung itu makin menyamankan tubuhnya pada kursi gaming, mengambil smartphone-nya dan mulai login game lain disana.

Haruto acuh, memilih keluar kamar lantas berjalan ke arah dapur. Melewati meja makan dengan beberapa lauk diatasnya, cowok ganteng satu itu mengambil gelas, mengisinya dengan air dingin, lalu diminum perlahan.

Kalau dipikir-pikir apartemen sebesar ini terlalu sepi hanya ditinggali berdua. Terlebih, dirinya pun kekasihnya, Junkyu jarang keluar dari kamar.

Ting Tong

Lamunannya buyar, Ia meletakkan gelas kosong asal. Berlari sedikit menuju intercome.

“Ya?”

“Paket, pak!” Jawab paruh baya dibalik pintu.

Tanpa menjawab lagi Haruto membuka pintunya. Menerima kotak besar dari si kurir, lalu masuk ke dalam kembali sesudah berucap terima kasih.

Haruto duduk, dalam kesendirian di ruang tamu. Membuka paket yang baru saja diterima. Jujur empunya bingung, terlalu banyak barang yang dipesan melalui aplikasi online membuatnya lupa isi paket yang datang. Baru terbuka, rahang tegas Haruto jatuh dibuatnya.

Bajingan gila mana yang mengirim benda maksiat sebanyak ini?

Shit!” Haruto menggeser kardus itu sedikit menjauh. Desahan nafas berat terdengar, pemuda tampan itu tengah memijat pangkal hidungnya, pusing.

Eh tapi-

Barang sudah datang, alangkah baiknya bila dicoba. Iyakan?


Setelah beberapa menit diluar, Haruto masuk kembali. Kali ini langkahnya sedikit kesusahan, kardus paket yang Ia terima memang cukup berat. Pun saat masuk, Junkyu tak sama sekali menghiraukannya. Masih fokus pada mengejar ranking game online-nya.

Haruto hanya melirik kekasihnya dari sudut mata elangnya, “Lihat saja setelah ini, apa masih bisa fokus pada game diponselmu?” Batinnya.

“Beli sepatu lagi?” Sahut Junkyu tanpa mengalihkan matanya dari layar ponsel.

“Nggak.” Jawabnya singkat.

Haruto melangkah menuju sisi kasur yang lain, duduk dipinggirannya sambil meneliti satu-satu benda kurang ajar di dalamnya. Jijik, tapi rasa penasaran terlampau besar.

“Gak jadi makan, Mas? Kok cepet sih.”

Haruto menggeleng meskipun Ia tau Junkyu tak melihat aksinya. “Ini baru mau makan.”

Junkyu mengintip sebentar, hanya memastikan jika kekasihnya sedang makan. Haruto itu susah sekali jika soal menjaga kesehatan.

“Mana? Kok gada piring...”

Pemuda yang tengah sibuk dengan bulatan silver serupa cincin itu terkekeh. “Mau makan kamu.”

Junkyu mendengus, orang laper emang suka aneh-aneh kalo ngomong.

“Sayang, mau teh sisri gula batu nggak?” Tanya Haruto tiba-tiba. Kedua tangannya tengah sibuk mengaduk minuman berwarna coklat. Pemuda itu mendekat, menyerahkan gelas kaca pada tangan si manis yang memang siap menerima “minuman” dari mas pacar.

Tanpa rasa ragu ataupun curiga Junkyu meneguk habis. After taste-nya aneh, manis tapi Junkyu tau ini bukan teh sisri gula batu biasanya. Enak meskipun ada rasa pahit diakhir. Baunya juga lebih mirip obat daripada sirup.

Brak

Haruto menjatuhkan kotak paket dibawah kakinya. Menarik kursi gaming miliknya, lalu duduk nyaman. Kedua obsidian elangnya menatap lekat si manis yang masih asik dalam dunianya. Namun, mulai nampak gelagat aneh.

“Kok panas ya? Mas Har itu AC– nya turunin suhunya tolong.” Pinta Junkyu sembari mengipasi lehernya, gerah.

Haruto tersenyum nakal, enggan beranjak dari sana. Membiarkan netranya dimanjakan gerakan tak nyaman dari si manis. Kulit putihnya mengkilap, tanda kelenjar keringat tengah bekerja keras memproduksi peluh. Junkyu ini hebat, disituasi dalam tubuhnya terbakar fokusnya tak terpecah sama sekali.

“Massshh... panasss.” Tanpa Junkyu sadari satu desahan halus meluncur tak terhormat dari bibir kecilnya.

Yang lebih tua merinding, bulu kuduknya berdiri. Melirik kebawah, gunung kecil telah muncul disela-sela selangkangannya.

Sabar, belum waktunya adik kecil.” Katanya pada diri sendiri.

Haruto menarik kursi Junkyu mendekat, menaikkan kedua kakinya. Otak liarnya telah berkelana kesana kemari memikirkan seluruh skenario ngeres untuk menggoda Junkyu.

Si manis sendiri tengah kacau, kemeja terbuka 3 kancing, rambut acak-acakan, raut sendu, serta kakinya bergerak tak tentu arah. Seolah menahan gejolak yang terjadi dalam dirinya.

Kaki kanan Haruto bergerak perlahan. Menggerayangi paha putih yang terekspos akibat celana yang Junkyu gunakan terlalu pendek. Semakin naik, naik, naik hingga jemarinya dapat merasakan benda tak bertulang dibalik balutannya. Bibir tampannya tersenyum puas, digesekkan pelan telapak kakinya, bergerak dengan tempo lambat naik, turun, hingga memutar.

“Masss... jangan...” Pinta Junkyu. Badannya makin panas, disentuh bagian sensitifnya demikian semakin membuatnya pusing. Sensasi geli dari usapan kaki Haruto pada penisnya malah memanggil hasrat seksualnya keluar.

“Ayo bermainlah denganku, sayang.” Ajaknya dengan suara serendah mungkin. Dari sejuta afeksi yang pria itu miliki, demi apapun Junkyu paling membenci suara baritonnya. Apalagi saat tengah memerintah untuk memuaskan nafsunya.

Junkyu hampir saja jatuh, jatuh dalam perangkap setan penuh kenikmatan. Tidak bisa, event game kali ini lebih penting daripada nafsu birahi pria yang bangsatnya adalah sang kekasih.

Besok, Junkyu janji akan menyerahkan tubuhnya digempur habis-habisan. Tapi tolong jangan malam ini.

Haruto pun Haruto, pria dingin dengan segala kegigihannya. Mengacuhkan adalah cara bodoh untuk menghentikan kegiatannya. Sang dominan menurunkan kakinya, lantas menunduk seperti tengah memilih entah apa. Detik kemudian kaki Junkyu ditarik membuatnya merosot. Tanpa ampun, ditanggalkan seluruh kain yang menutupi bagian bawahnya.

“YAK! APA YANG KAMU LAKUKAN?!” Junkyu kepalang malu, penis setengah ereksi itu ditatap lapar oleh kekasihnya.

“Lanjutkan permainanmu, aku akan mengurus permainanku sendiri.”

“Mas! Mas...! Mass ahhh...”

Belum sempat melayangkan protes, paha berisi Junkyu dibuka lebar mempertontonkan kerutan lubang berwarna merah jambu, kontras dengan warna permukaan kulit yang memang seputih susu. Sang dominan mengulum jemarinya sendiri, melumuri dengan saliva hingga basah.

“Ssshhh.. eungghh... aakhh!” Junkyu mendesis ketika rasa geli menyerang syarafnya, detik kemudian berganti dengan perih. Lubang sempitnya seperti disobek, dipaksa terbuka. Ya Tuhan ini baru satu jemarinya...

Haruto mulai menggerakkan jari tengahnya, mengaduk lubang sempit kekasihnya maju mundur konstan. Haruto puas, Junkyu nampak tersiksa oleh permainannya. Pegangan pada ponsel pintarnya mulai melemah akibat kedua tangannya bergetar hebat, kepalanya sesekali menengadah saat tumbukan jari Haruto menyentuh titik nikmatnya. Bibir mungilnya terbuka lebar tengah mendesah.

Sialan Kim Junkyu, aku ingin memasukimu sekarang juga.

“Masshhh...nggghh...uuhh..ssshh...aahh.. stooooppahh-”

“Desahkan namaku, sayang...”

Persetan dengan ranking, Haruto tidak bisa dihentikan. Ponsel yang masih menampilkan arena peperangan itu akhirnya jatuh. Kesepuluh jemari cantik meraba apapun guna menjadi tumpuannya. Gerakan dua jari kekasihnya di dalam lubangnya semakin liar pun tangan bebasnya digunakan untuk mengocok penis tegang Junkyu.

“Uhhmm...Uhh...sialan..kamuuhh.., Mashh..”

Nafsu birahinya memuncak, Junkyu tak pernah tau bahwa permainan kekasihnya jauh lebih menyenangkan.

“Ahhhh...Ahhh...Hmm... akuh..keluar.. Mass..” Ditengah desahan penuh kenikmatan perutnya melilit bukan main, Junkyu akan keluar. Tapi sebelum itu gerakan kekasihnya melemah. Tatapan kecewa dilayangkan sang submasive.

“Tidak sekarang, cantik.”

Dahi Junkyu mengkerut bingung, lengannya ditarik hingga tubuh jangkung ikut tertarik. “Menungginglah.” Titah Haruto.

“Kau gila? Di kursi ini?!” Teriak Junkyu tak terima. Ayolah, ada kasur king size di depan mata tapi pria ini malah menyuruh Junkyu menungging di atas kursi gaming.

“Kamu betah duduk disana seharian, pasti nyaman juga digunakan untuk berhubungan badan.” Balasnya enteng.

Argumen Haruto terdengar kacau. Namun entah mengapa Junkyu patuh. Dengan hati-hati, pria manis itu memposisikan dirinya di atas kursi, membiarkan pantat berisinya terbuka lebar dihadapan kekasihnya.

Haruto kepalang gemas, diusap perlahan pipi pantat putih itu lalu ditampar keras hingga empunya memekik kaget.

“Aaawww..”

Puas menggodai pantat Junkyu hingga memerah. Haruto berjongkok mengambil bulatan silver serupa cincin. Dipasang perlahan pada penis menggantung milik si manis.

“Ya..ya..ya..! Mas mau membunuhku?” Protesnya.

Haruto acuh, mulai menyalakan benda oval kecil. Melumuri sedikit dengan lubricant lalu dimasukkan tanpa aba-aba dalam lubang hangat kekasihnya.

“Yaaa- ahh.. eughh.. uuhh..ahh, shit!” Tubuhnya merinding, getaran benda kecil dalam lubang kemaluannya membuatnya gila. Punggungnya ikut bergerak naik turun dibuatnya. Rasanya campur aduk, sakit, geli, resah, namun membuatnya melayang tinggi di udara.

“Masshh...lebih cepathhh..uughh..” Haruto tetap acuh, permainan kali ini Ia yang mengatur. Kim Junkyu hanya sebuah karakter yang mampu bergerak sesuai pemainnya.

Haruto lagi-lagi menunduk, mengambil satu benda mirip penis. Diarahkan pada bibir kecil Junkyu yang tengah terbuka. Seakan tau maksudnya tanpa perintah lebih Junkyu mengulum penis plastik itu sensual. Dijilat ujungnya lalu dilahap hingga setengah batangnya masuk dalam mulutnya. Cukup basah, Haruto menjauhkannya, kali ini sasarannya masih pada lubang basah milik Junkyu.

Double penetrating, Haruto memasukkan sekaligus dildo pada lubang sempit Junkyu. Digerakkan maju mundur hingga memutar memberikan sensasi dua kali luar biasa bagi submasivenya.

Panas, kamar yang biasanya mengeluarkan suara-suara dari game online berubah menjadi penuh alunan desahan erotis dari bibir si manis.

“Ouhhh...hhggg... ahhh...eeummm.. ssshhh...fuck! Mass lepaskan..akuu mauu kelurr ahh..” Junkyu pening dibuatnya. Penisnya mengeras, rektumnya berkedut. Perutnya sakit bukan main, cairan precum mulai keluar dari lubang penisnya.

Haruto iba, akhirnya melepaskan cincin yang membelenggu batang penis si manis sembari terus menumbuk lubang kemaluan milik Junkyu dengan gerakan cepat.

“Akkhhhhggg aahhh.. ahhh.. uunggh..ahhh..hhgggg... AHHHH...”

Junkyu mencapai pelepasan pertamanya. Cairan putih meluber hebat membasahi kursi hingga meleleh melewati paha mulusnya. Punggungnya melengkung tanda tubuhnya begitu lega. Kelopak matanya terpejam, dadanya naik turun dua kali lebih cepat. Kepalanya bersandar pada punggung kursi, diistirahatkan sejenak sembari mengisi rongga dadanya dengan oksigen.

Lelah, tangan dan kaki yang Ia gunakan untuk bertumpu menjadi kebas. Peluh membasahi seluruh tubuh hingga kaus tipis pelapis tubuh bagian atasnya basah kuyup.

Haruto lagi-lagi terkekeh. Mengusap rambut basah berantakan itu sayang, dikecup juga beberapa kali. Junkyu saat ini dua kali lebih indah, lekukan tubuhnya ah adik kecilnya semakin tak sabar.

Pria bermata elang itu mengeluarkan seluruh alat dari tubuh kekasihnya. Melepas celananya sendiri hingga terkejut, penis kebanggaanya telah panjang mengeras. Haruto mengusap sisa lelehan sperma Junkyu lantas melumuri penisnya sendiri hingga basah. Ia menggendong tubuh lelah kekasihnya, duduk pada kursi gaming-nya sendiri, lalu mengarahkan raga pasrah sang submasive untuk duduk di atasnya.

“AHH...” Desah Junkyu ketika tubuhnya lagi-lagi terisi. Namun kali ini rasanya ingin muntah, sakit, penuh, panjang. Penis milik pria ini benar-benar berbahaya.

Junkyu menyandarkan punggungnya menempel pada dada bidang Haruto. Kepalanya pun mendarat manis pada pundak dominanya. Haruto tak tinggal diam, dihirup, dikecup penuh nafsu leher jenjang nan putih. Wangi vanilla bercampur keringat menggugah nafsu seksualnya semakin tinggi. Dihisap dan digigit kecil hingga timbul ruam merah keunguan membuat empunya mendesis. Setelah puas, kepala Junkyu diarahkan menghadap wajahnya. Diraup habis bibir ceri yang telah basah, mengulum, menggigit bibir bawahnya, hingga menghisap rasa manis sampai belahan itu membengkak.

“Uhhmm...” Junkyu terbuai, jamahan bibir tebal kekasihnya membuatnya melayang. Rasa nikotin mendera indra perasanya ketika benda merah muda tak bertulang itu saling melilit satu sama lain.

“Ahhh... uughh..” Desahnya tertahan. Syarafnya mendadak tegang akibat jemari panjang Haruto menggerayangi dadanya. Diusap halus kedua puting kecoklatan hingga menggeras. Selanjutnya, tak lupa memilin dan mencubit keduanya gemas.

“Eunngghh..”

Haruto tersenyum disela bunyi kecipak antara dua bibir yang saling beradu. Rasa bangga dan memabukkan bercampur jadi satu.

“Hhhh.. ahhh...shhhh..” Haruto merelakan pangutannya terlepas, memberikan jeda agar kekasihnya menarik napas. Tak berselang lama lengan berototnya mengangkat paha berisi Junkyu. Memberikan cela sedikit untuk bergerak.

“Ahh.. Mass..”

Tubuh jangkung Junkyu diangkat, lalu diturunkan perlahan. Dalam posisi begini, penis Haruto makin dalam menumbuk lubang sempit Junkyu. Pun Haruto sesekali menggeram rendah, ketika rasa sakit akibat jepitan rektum Junkyu pada batang penisnya.

“Aahhh.. uuhhh... mass...enakk..ssshhh...agghh.. sakitthh..” Junkyu gila, Haruto di dalamnya membuat semakin gila. Pinggulnya bergerak seirama pinggul dominannya. Sesekali Junkyu memekik hebat ketika ujung penis kekasihnya menyentuh titik kenikmatan di dalamnya.

Jemari keduanya saling tertaut erat, mengalirkan setiap rasa kenikmatan dari kegiatan kali ini.

Shit lubangmu sayangghh..”

“Hahhh.. eeummm...Ahhh..akh! Eungghh... Mass Harr...”

Say my name Junkyu.. Hhmmm..”

“Mmaa-ss..Ha..AKH!”

Tak ada yang bisa menghentikan mereka sekarang. Permainan yang mereka buat telah mencapai level infinity. Jauh tinggi dibuai kenikmatan satu sama lain. Saling menggerakkan pinggul dari gerakan konstan hingga menjadi liar, keduanya punya misi yang sama, mencapai level puncak, dimana permainan akan tamat.

“aaahhhh...masss lebih cepat...”

“Tentu saja sayang..”

“Keluarrghh... Ssshhh...ahhh.. mass..”

“Bersama sayang”

Haruto mengeratkan pelukannya di pinggang Junkyu. Menumbuk lubangnya cepat tanpa ritme, mencari secepat mungkin puncak pelepasannya.

“ARRGGHHH JUNKYUHH...”

“AAAHHH...”

Haruto merasakannya, cairan putih hangat melewati kedua lututnya. Junkyu pun begitu, lubangnya penuh dan sekarang basah. Haruto mengeluarkannya di dalam. Lagi-lagi punggungnya jatuh lemas bersandar pada bidang tegap milik dominannya. Telinganya bisa mendengar debaran jantung saling bersautan bersamaan napas memburu.

“Kamu hebat sayang.” Bisik Haruto tak lupa menyematkan kecupan pada pipi gembil Junkyu.

“Dasar mesum! Tapi aku mencintaimu.” Balas Junkyu.

Terakhir, Haruto mengecup belah ranum beberapa kali sebelum dilekatkan lama, saling menyampaikan rasa sayang dari hati paling dalam.

The End


©privxtter.