just talk.


Khaotung gak bisa nahan matanya yang udah tinggal beberapa watt lagi. Udah mau ilang aja kalau dia gak inget lagi bersandar di dada suaminya yang lagi yapping sejak 20 menit yang lalu. Basa basi such, yang sekedar ditanggapi Khaotung singkat juga kadang deheman.

Otaknya udah gak jalan, mode istirahat. Gak inget juga apa-apa aja yang dari tadi diomongin. Yang dia rasa cuma perasaan nyaman. Ya salahkan aja si suami malah sayang-sayang dia. Lengannya, pahanya, hingga perutnya diusap-usap lembut.

“Nyaa..” Panggil First Kanaphan bikin bulu kuduknya di sekitar lehernya berdiri. Suaranya serak basah, mendayu, lirih namun jelas masuk langsung di gendang telinganya yang tepat di depan bibirnya. First gak bisa lihat, namun Khaotung sampai mengernyitkan dahinya dipanggil begitu tiba-tiba.

“Nyaa?? Tidur ya kamu? Dibahas besok aja apa?” Sumpah sebenernya Khaotung tuh mau rewel aja tiap dipanggil 'Nya', kesannya dia kayak ibu-ibu pake kebaya khas butik mahal terus pake sanggul. Dia kan cowok! Tapi suaminya itu selalu mengelak kalo panggilan 'Nya' itu kepedekan dari 'Nyaong', soalnya Khaotung mirip kucing. Alesan aja!

Khaotung ngasih gerakan kecil juga respon minimalis buat ngasih alarm bahwa dia masih terjaga. Posisinya masih dia buat sama, menghadap ke arah jendela, memunggungi First yang tangannya berganti mainin rambutnya. Matanya kali ini terjaga.

“Nyaa?” Panggilnya sekali lagi, memastikan Khaotung benar masih terjaga.

“Hmm?” Khaotung terjaga, kelopak matanya berkedip dengan lambat, mengais sisa-sisa tenaga. Nafasnya teratur, tak sama sekali terganggu atas suara ritme detak jantung First Kanaphan yang entah mengapa mulai berantakan.

First tarik nafasnya dalam, dihembuskan hingga menyapu tengkuk Khaotung yang dingin. “Kamu tau kan aku sayang sama kamu?” Kalimat pertamanya. It's getting serious, Khaotung paham banget.

“Aku akan jaga kamu, aku akan lindungi kamu. Tapi di dunia kita, aku gak bisa cuma jaga kamu waktu kita cuma berdua. Aku mau jaga kamu dimanapun, karena itu kewajibanku. Karena kamu berhak aku lindungi. I want to set boundaries to that nasty hands, eager eyes, filthy mouth. I want to make sure you work comfortably, and i want to make myself rest assure when we have that distance.”

Khaotung kaget jujur, masih belum mau kasih ekspresi berlebihan. Masih mau dengerin sampai laki-laki yang merengkuh tubuhnya menyelesaikan kalimatnya, ketegasan yang berasal dari dalam dirinya.

“I want to declare, officially statement, as soon as possible about what happen to us yesterday and now. Aku bukan mau kekang kamu, aku hanya ingin dimanapun kamu berada, dimanapun aku berada, meskipun kita sibuk dengan dunia kita sendiri, di mata orang-orang, mereka lihat eksistensiku selalu dibelakang kamu, pun kamu di belakangku. Tentu aku gak mau gegabah, aku mau realiasasikan atas dasar persetujuan kamu juga.”

Khaotung menghela napasnya, panjang sekali. Sebab, kalimat demi kalimat penuh pengharapan dan tanggung jawab seorang First Kanaphan bikin dadanya membuncah sesak, tenggorokannya kering tercekat. Hingga kalimatnya selesai baru dia bisa lega.

Lelaki yang lebih kecil akhirnya melepas rasa malunya, bergerak perlahan menantang mata sayu yang akan membuatnya meleleh saat itu juga. Kalau Khaotung melihat mata berbinar itu lebih awal, First tidak akan selesai dengan penjelasannya, sebab Khaotung akan menangis detik itu pula.

Tidak ada jawaban verbal dari pernyataan panjang yang First tuangkan. Hanya dua pasang mata yang saling berbicara satu sama lain. Lalu, Khaotung kalah telak bersama semburat merah mudah yang menguar samar dari balik permukaan pipinya.

Jangan, jangan ditatap lagi. Khaotung beralih sembunyi dalam dada sang suami, diterima dengan penuh sayang. Dengan begini First Kanaphan nampaknya gak perlu jawaban lebih jauh, ia tak perlu menanyakan detailnya. Yang pasti hari besok dia akan jadi laki-laki yang berdiri, mendeklarasikan kisah cinta rumitnya kepada dunia.

Malam ini mereka hanyut, dalam bayang-bayang akan reaksi dunia ketika hari itu tiba. Ada rasa tak sabar, sedikit angkuh, dan sombong ingin segera berdiri di atas mata-mata penasaran. Mungkin mereka akan teriak, dengan perasaan suka dan lega bahwa mereka saling memiliki. Persetan manusia menghujat, terpenting adalah dunia indah ada depan mata, dunia cerah adalah milih mereka berdua.


`hjkscripts.