jobbas.
gemuruh telapak tangan saling beradu memenuhi ruangan aula luas. Sorak-sorai bangga mengiringi sosok pria dewasa dengan setelan formal serba hitam perlahan menaiki anak tangga menuju panggung.
Senyum gusi menawan, kulit seputih susu, tinggi semampai ditambah dahinya yang terpampang jelas akibat rambut depannya ditata sedemikian rupa membuat suara riuh enggan jadi senyap.
Pria yang kini berdiri gagah diatas panggung menerima plakat kaca serta berbagai bingkisan; sebuah hadiah atas kerja keras dan loyalitasnya pada perusahaan. Selanjutnya, kilau kamera dari berbagai sudut bak berlomba-lomba menangkap momen dihadapannya.
“Silahkan pada kepala departemen pemasaran kita yang baru Pak Asavapatr Ponpiboon untuk sepatah dua patah katanya.” Ujar si pemimpin acara hari ini.
Jauh, jauh disudut ruangan sosok tinggi nampak memperhatikan. Tubuh jangkungnya menempel lemah pada dinding ruangan sambil sesekali lidahnya dimanjakan minuman dingin dengan rasa manis.
“Gak papa lu, Job?”
“Biu.”
Build; si lelaki manis sobat karibnya ini datang dengan tangan penuh kue manis warna-warni. Ia tawarkan miliknya pada pemilik nama Job yang entah mengapa jadi muram.
Job menolak, bukannya tak suka hanya dirinya tak nafsu dengan apapun yang tersaji dihadapannya. Pikirannya penuh, kusut.
“Gue cabut keluar duluan!” Job berlalu menjauh, tak lupa menepuk pundak Build.
“Lah? Acaranya beloman bubar!”
“Butuh sebat.”
Build menyerah, menahan Job mode sensitif itu sulit. Dia biarkan sohibnya semakin menjauh hingga hilang dari pandangannya.
`hjkscripts.