henry fox ; dia yang butuh bahagia.
Alex Point of View.
Sejak kejadian dini hari gue belum tidur sama sekali. Harus berlari di malam hari untuk menyelamatkan lelaki ini. Dia ini lelaki dengan segudang rahasia. Dia ini lelaki yang sulit bukan main ditebak isi pikirannya.
Gue harus menunggu lebih lama lagi ketika kita berdua sampai di pondok tempat tinggal gue di sini. Gue bisa lihat gimana lelah badan dia pun gue juga demikian. Akhirnya gue memutuskan untuk sabar, seenggaknya dia udah janji buat cerita. Kita udah janji buat ngobrol. Gue pinjemin satu set lengkap baju santai dan pukul setengah tiga pagi kita berbaring di kasur yang sama.
Hanya Henry yang tidur, udah capek banget keliatannya. Bahkan dalam tidurnya dia gak tenang, gue bisa lihat beberapa kali dahinya mengernyit.
Fuck!
Gue gak bisa bohong semakin penasaran apa yang lagi cowok ini bawa dalam bebannya.
Dini hari ini gue kejebak overthinking tentang Henry. Gue berakhir terjaga sambil ngeliatin dia yang tidur. Sesekali juga, gue usap kepalanya waktu ekpresi tenangnya berubah.
Henry oh Henry! Jangan takut kita akan baik-baik aja di sini.
Pagi ini dia bangun dengan dengan wajah yang masih capek tapi lebih segar daripada kemarin. Tunggu! Kita harus sabar sedikit lebih lama lagi. Setelah ini, sebentar lagi gue pasti bakal tau faktanya.
Sekarang Henry ada di ruangan Pak Lee, tentunya sama orang tua itu juga. Gue gak dilarang gabung tapi gue kayaknya paham kalo sesi ini khusus buat mereka berdua. Gue ngawasin aja, gak berniat nguping juga jadi gue berdiri agak jauh dari pintu terbuka.
Dari tempat gue berdiri gue memandangi. Henry kini tengah bercerita, selebihnya Pak Lee jadi pendengar dan pemberi gestur menengkan. Henry terus berbicara dari datar ekpresi hingga berubah seketika. Entah apa ceritanya tapi kali ini dia menunduk, bahunya bergetar, hingga Pak Lee harus peluk dia layaknya sosok anak.
Henry menangis, pilu sekali sampai nusuk ulu hati. Gue gak dengar ceritanya, gue gak denger suara tragisnya. Gue jauh tapi seolah Henry juga melibatkan gue di sana, dia berhasil nyeret gue buat mengaduk-adu perasaan yang gue punya.
Detik ini gue beneran gak mau denial, gue beneran gak mau membuang pemikiran yang menurut gue kurang make sense tentang hubungan gue dan Henry.
Henry itu takdir gue. Gue alpha dan dia omega milik gue. Kita itu mate dan kita secara sengaja gak sengaja udah ngelakuin ritual mating yang menjadi tanda kalau kita sekarang menjadi satu, kalau kita telah menemukan dan menerima kehadiran satu sama lain. Gue dan Henry telah membangun jembatan yaitu koneksi.
Henry sedih gue bisa merasakan, pun sebaliknya.
Henry marah gue bisa merasakan, pun sebaliknya.
Henry bahagia gue bisa merasakan, pun sebaliknya.
Maka hal yang harus gue lakukan agar kita berdua berhenti tersiksa dengan perasaan negatif yang timbul dari salah satu yang mana dalam konteks hari ini adalah Henry. Jalan satu-satunya gue, Alex harus bahagiakan dia dan gue yakin Henry pasti akan mengusahakan hal yang sama.
`hjkscripts.