henry fox belongs to himself.
Henry Point of View.
Aku menutup lembar usang buku yang sering kali kubaca. Beberapa halaman telah lepas sebab benang pemersatu kurang kuat adanya. Aku selalu tersenyum akan cerita yang tertulis di dalamnya. Inilah kisah tentang pangeran kedua yang mati akibat malaria.
Pangeran itu lucunya tak pergi seperti di cerita, dia tak lari kemana-mana pula tak bermain dengan bidadari dan ibunya di surga.
Pangeran itu adalah diriku yang masih ada di dunia.
Aku suka kala membaca buku ini, buku biografi milikku sendiri yang telah resmi berhenti ditulis sejak kerajaan menyatakan tanggal kematianku sepuluh tahun lalu. Sebab Henry ini sudah banyak tak mengingat masa lalu.
Henry fox adalah versi baru diriku. Jauh berbeda dari dahulu. Henry ini yang akhirnya memutuskan menanggalkan nama resmi anggota kerajaan dan mengubahnya dengan sebuah julukan.
Henry Arthur Hanover-Stuart si dia yang banyak perlu kasih sayang. Si dia ini yang dibesarkan dengan iba oleh kakek dari ibunya.
Little fox, begitu beliau memanggilku. Satu-satunya suara yang dapat membuatku tersenyum bahagia. Henry kecil yang tengah bermain dengan rubah liar di pekarangan belakang rumah sang kakek akan berlari sekencang mungkin karena dia tau bahwa makan siang telah siap.
See you later, little fox, adalah kalimat paling menyedihkan karena waktunya bersenang-senang di dunia sesungguhnya sudah habis dan akan kembali terkurung dalam istana.
Henry Fox dewasa ini merupakan versi terbaru yang berhasil keluar dari segala trauma masa kecilnya. Aku adalah versi terbaik yang berhasil menerima keadaan dengan lapang dada.
“Hen, look!” Aku menyesap sedikit teh manis dari cangkir sebelum memberikan perhatian pada Beatrice yang tengah tersenyum menatap layar gawainya.
“Hot isn't he?” Katanya sekali lagi. Kali ini matanya menatapku dengan binar centil khas remaja dan aku tersenyum kecil setuju.
“Siapa dia?” Tanyaku.
Beatrice fokus kembali berselancar pada gawainya. Jemari cantik itu dengan cepat menekan-tekan layar. “Alexander Gabriel Claremont-diaz. Orang-orang biasanya sebut dia ACD dan paling gilanya lagi ada yang sebut dia anjing liar.” Jelasnya.
“Ahh.” Aku mengangguk serta menjalankan memori untuk bekerja mencari berkas pada ingatan tentang nama tersebut. “That famous mad lawyer?” Timpalku saat menemukan.
“Yup! dan dia juga anak dari presiden amerika.” “Is he?” “Hmm,” “Dan dia lagi ada di sini. The White House kirim dia ke sini sebagai bentuk hukuman. He lacks of control sometimes.”
“Pity. But let's not talk about someone. How was the charity today?” “Henry, bisa gak kamu stop bahas sesuatu yang gak menyenangkan!”
Henry tertawa geli melihat ekspresi Beatrice yang berubah total kala dia merubah topik yang menyenangkan menjadi lebih serius.
Well ini adalah Henry Fox masa kini.
`hjkscripts.