FSOTUS : dia dan isi kepala.
Alex Point of View
Beginilah aslinya si anjing gila.
Gue bernama Alex yang sedang duduk memeluk dua kaki sembari bersandar memindai angkasa. Sesekali tangan bergerak mengambil camilan dan minuman pemanis suasana. Disinilah gue dan berbagai kacau jalan pikiran. Hanya ada gue, sahabat gue, dan kelemahan.
Gue bernama Alex lelaki dengan sejuta manusia. Sejak dini siapapun ingin dekat dengan dia. Namun apadaya benar kata pepatah. Waktu adalah alat yang paling tepat untuk menyaring siapa yang tulus.
Gue si lelaki 27 tahun ini memang bergelimang koneksi, tapi soal sahabat hanya satu nama yang ada dipikiran maupun hati. Katharina, ya si cewek ini.
Cewek ini yang temani hari-hari seorang Alex yang sibuk kesana-sini. Cewek ini yang selalu sabar kala Alex sedang dilalap emosi. Cewek ini yang banyak meninggalkan berbagai mimpi. Cewek ini juga orang yang paling gue sayangi.
Bicara soal rasa suka, gue jelas pernah suka sama dia. Well gak ada hubungan laki-laki dan perempuan yang hanya sebatas seorang sahabat. Salah satunya akan ada yang jatuh, dan itu terjadi sama gue. Gue jatuh sedangkan dia gak pernah ikut jatuh, dia malah mengulurkan tangannya buat bantu gue berdiri dan bilang, jangan jatuh lagi.
“Jadi lo mau mulai cerita darimana?” Katharina bergabung dengan tangan membawa dua lagi botol berembun. Dia berikan satu dan menegak yang lain.
Gue sebenernya juga bingung mau mulai darimana. Kejadian kemarin sampai tertampar fakta hari ini terlalu penuh bagi kapasitas otak gue yang tiap hari diisi masalah. Kejadian ini gak sesuai sama tujuan mom berangkatin gue kesini.
Di tempat ini gue bisa belajar mengontrol emosi.
Di tempat ini gue bisa bernapas dan menenangkan diri.
Di tempat ini gue akan keluar sebagai lelaki yang lebih baik lagi.
Tapi kenyataannya gue malah kacau. Tentang kerjaan yang harus gue jalani dari jauh, tentang Pak Lee dan kelasnya yang sampai sekarang gue belum naik ke tingkat selanjutnya, dan lagi ini tentang Henry. Henry Fox yang masih terlalu abu-abu buat gue yang ternyata mungkin adalah mate gue.
“Lo ingetkan tadi siang gue cerita tentang gue hooked up sama seseorang dari palace?” Gue memulai cerita dengan hati-hati.
Katharina mengangguk tanda paham konteks yang akan kita bahas. “Iya, terus?”
“Namanya Henry Fox, Kath. Cowok yang pernah gue cerita ikut kelas di Pak Lee juga. Gue sebenernya juga kaget, Kath. Satu karena dia cowok, dua karena dia omega male kayak apa yang gue anggap selama ini dongeng bukan lagi dongeng melainkan kenyataan.” Gue meneguk air dalam botol genggaman gue, mengatur napas sejenak sembari menata kosa kata yang akan gue keluarkan setelah ini.
Sedangkan Katharina belum saatnya berkomentar, matanya menatap ke depan sambil sesekali mengangguk. Tatapannya kosong namun telinganya bekerja keras seolah menelaah cerita gue.
“Tapi Kath, mengesampingkan dua alasan itu yang masih membuat gue bingung itu ini, ada banyak hal yang gue gak tau dari dia. Oke, gue tau butuh banyak waktu buat mengenal satu individu tapi Henry ini rasanya aneh, kayak semua tentang dia itu adalah sebuah pertanyaan sulit yang entah kapan ketemu jawabannya. Yang gue tau cuma dia yang selalu ketakutan, dia yang berhati-hati, dan dia yang penuh kesedihan.” Selesai gue mengungkapkan.
Kita diam, gue ya menunggu Katharina dan Katharina mungkin masih kesulitan mencari secerca solusi.
“Pertama,” Katharina bersuara. Mengalihkan pandang matanya dari sana menuju milik gue. “Lo nyesel ga waktu tau dia mate lo?” Tanya dia.
Jujur gue gak tau gimana jawabnya. “Gue suka sama dia as a person. Gue menikmati malam kemarin dan memutuskan untuk ambil inisiatif terlebih dahulu. Gue khawatir sama dia, tentang kejadian kemarin dan luka dipunggungnya. Gue sangat ketakutan atas cerita dari masa lalu tentang dia yang hampir mati mungkin karena kebodohan gue. Gue sangat mau ketemu lagi sama dia dan talked it out more. Dalam pikiran gue isinya cuma tentang Henry dan kebingungan. Tapi tentang menerima dia sebagi takdir gue seutuhnya, gue belum bisa pastiin.”
Katharina senyum hampir terkekeh geli, lalu dia mengangguk. Gue gak tau maksudnya apa.
“And I'll assume that as nope. Alex jawabannya cuma perkara waktu. Lo sama dia tuh punya hubungan baik, tinggal gimana lo sama dia figured out apa yang akan kalian lakuin setelah ini. Your story has begin. Kalo lo bingung tentang dia ya tinggal tanya, simple as that dan kalian akan mengerti satu sama lain karena yang punya hidup yang paling tau kenapa takdir jodohin lo sama dia. Kalo dari sumber yang gue baca ya gimana caranya sayang kalo gak mau saling kenal.”
`hjkscripts.