fantasi.


Adnan...

Sekujur tubuhnya bergetar ketika namanya disebut dengan nada lembut. Hasratnya memuncak kala obsidiannya memandangi wajah sendu Nata. Pasrah, Nata pasrah berada dalam kungkungan Adnan. Bibirnya merah merekah sudah bengkak akibat terlalu banyak dijamah. Bibir Nata itu candu, warnanya menggoda, ketika disesap rasa manis dari lipbalm yang si manis kenakan menguar.

Ssshh..ughh..

Nata mendesis tatkala syaraf kulitnya menangkap rasa geli bercampur perih. Adnan tengah fokus memberikan setiap tanda kepemilikan dileher hingga dadanya. Nata mendongak, menggigit bibir bawahnya menahan sensasi aneh ketika lidah basah itu bermain dibelakang telinganya. Jemarinya tanpa sadar sudah berada dibelakang kepala Adnan, meremas, mengusak rambut pria itu guna melampiaskan gejolak dalam tubuhnya. Dibawah, kedua kakinya bergerak gelisah rasanya tak nyaman, aneh, tak terdefinisi.

Suhu tubuhnya semakin meningkat, libidonya dibawa menuju puncak. Mereka berdua melayang terlebih Adnan, tubuh Nata benar-benar membuatnya gila.

Ahh.. Adnan!

Adnan tersenyum kemenangan. Suara desahan Nata bak alunan musik, semakin menggairahkan ketika Nata mendesahkan namanya.

Kini keduanya tertaut, bergerak lambat saling membiasakan satu sama lain. Milik Nata begitu sempit, mengurut erat kejantanan Adnan.

Hhmmm... ssshh

Adnan menggeram, rasanya sakit, sesak, namun memuaskan. Adnan menggenggam pinggang ramping Nata, mengajaknya bergerak lebih cepat.

Nata frustasi dibawah bimbingan Adnan, mendesah pasrah setiap benda panjang tak bertulang itu menyentuh titik lemahnya. Nata tak lagi sanggup, Adnan didalamnya semakin besar. Bagian bawahnya perih, gerakannya semakin brutal tak terkendali. Tubuhnya berantakan bercampur keringat dan cairan sperma.

Ahh Nata...Hmm...

Adnan..Eughh...

“HAH?!”

Adnan membuka kelopak matanya, terbaring mematung menatap langit-langit kamar. Adnan melakukannya lagi, menjamah Nata dalam mimpinya.

Pria itu beranjak duduk, mengatur deru napasnya. Seketika suhu tubuh dalam kamar menjadi panas, bajunya basah oleh keringat dan shit celananya sudah basah, adiknya tegang berdiri kokoh.

Adnan melirik satu lagi lelaki dalam kamar yang tengah mengarungi alam mimpi. Wajahnya lelah, matanya bengkak akibat banyak menangis, beberapa bagian tubuhnya... Adnan benci melihat luka-lukanya terlebih mengetahui fakta bahwa Nata tak lagi suci. Harta paling berharganya direnggut paksa.

Adnan beringsut mendekat, membelai wajah damai Nata, mengamati paras sempurna milih lelaki itu. Entah keberanian darimana wajah Adnan semakin mendekat, debaran jantungnya cepat.

Di malam paling mengerikan dalam hidup Nata, Adnan menciumnya, tepat dibibir. Dejavu bibir Nata masih sama seperti dulu.

Ketika Adnan melepaskan kecupannya, pada saat yang bersamaan Nata bangun, bola matanya bergetar tak percaya hingga satu tetes cairan bening ikut turun dari mata cantiknya.

“Nata...Gueㅡ”

“Pulang...”

“Nat, maaf maksㅡ”

“Gue mau pulang...”


`teuhaieyo.