dia yang dunianya penuh sengsara.


Wei Zhiyuan Point of View.

Dimana senyum yang jarang nampak itu? Jangankan tersenyum, merengut saja kamu menawan luar biasa. Dimana suara ocehan yang tak terdengar lagi? Jangankan mengoceh, helaan nafas kecewa milikmu aku rindu tiada tara.

Jahatnya kamu sembunyikan semuanya dari aku. Kamu rampas milikku yang berharga. Jahatnya kamu membiarkan aku merana sendiri. Sedangkan kamu, entah apa yang membuat kamu lebih memilih berada di sana daripada aku yang selalu di sampingmu.

Wei Qian milikku, lelah ya menghadapi duniamu? Bahagia tak sempat disuguhkan terus sengsara. Merana ya menghadapi duniamu? Gembira tak datang diberi terus luka.

Sehingga besar seluruh cinta yang aku miliki tidak cukup untuk membuatmu bertahan.

Wei Qian pusat hidupku, maaf usahaku belum sebanyak apa yang telah kamu beri untukku. Kasih sayangku belum bisa membayar yang telah kamu limpahkan untukku si anak terlantar. Gigihnya aku belum sekuat kamu yang mengusahakan hidupku layak hingga detik ini.

Bahkan detik dimana kamu pergi dari dunia sengsara ini, berdiri melihat damai kelopak indah itu tertutup untuk selamanya aku merasa nyaman.

Wei Qian kasihku, deritamu terbayar sudah. Aku dan Lili dewasa di atas dua kaki kita sendiri. Kamu hebat hidup tertatih, berlumur keringat dan darah. Hingga sakit yang sering tak kau ingin rasa membawamu pergi ikut bersama.

Wei Qian cintaku, sesuai janji kala malam kita bergelung untuk yang terakhir kali. Aku ikhlas apapun yang terjadi. Biarkan aku bersedih sejenak sebelum kembali pada kenyataan bahwa kamu sudah tak berada di dunia yang sama denganku lagi. Aku akan berjalan sendiri di dunia yang semakin kejam nanti.

Aku ikhlas apapun yang terjadi. Karena mungkin hanya itu yang tersisa dari usahaku untuk membuatmu bahagia di sana.

Jika suatu hari nanti kita bisa berjumpa kembali. Aku harap dapat melihat tawamu yang muncul, menyambut tubuhku hangat dalam dekapanmu.


`hjkscripts.