dari bekas raja untuk putra kedua.
Southminster Palace, 2038
Surat ini aku tulis khusus untuk putraku Henry Arthur Hanover-Stuart.
Rubah kecil, begitu keluarga ibumu sangat mencintai kehadiran sosokmu. Putraku yang tampan juga hangat. Putraku yang suka membaca juga bunga. Putraku yang senyumnya seteduh rindang pohon di desa.
Sambutlah surat dariku si raja bijaksana. Bacalah surat dariku si ayah bejat. Mohon ampun padamu putraku maafkan semua khilaf dan dosa sengaja. Cerca saja namaku ketika sudah tiada dengan kalimat menghujat.
Henry putra kedua dari ayah bangsat. Harusnya aku tak merasa malu memiliki putra luar biasa seperti dirimu. Harusnya aku orang pertama yang bisa melindungimu. Harusnya aku tak menganggap lahirnya kamu sebagai cacat martabat.
Henry putraku ampuni bibir ayahmu yang penuh gengsi. Merindukanmu hanya dalam hati bukan malah mengusirmu pergi. Henry putraku ampuni perangai ayahmu yang penuh caci maki. Mencintaimu hanya dalam nurani bukan malah ingin menyakiti.
Henry, oh, Henry mungkin penyakit yang menggerogoti tubuhku dari dalam dan luar adalah bentuk balasan.
Henry, oh Henry dokter menyatakan umurku tinggal sejengkal jemari. Harapku semoga nanti aku bisa melihatmu untuk yang terakhir kali.
Henry, oh Henry mungkin dalam surat ini aku bisa mengatakan padamu untuk yang pertama sejak kata-kata ini keluar sebagai bentuk afeksi. Ayah menyayangi kamu, ayah mencintai kamu, dan ayah merindukan kamu. Tak apa jika kamu membenciku dengan sepenuh hati. Ayah pantas dihardik anak sendiri.
Kepada lelaki yang menjadi takdirmu, tolong sampaikan padanya ucapan maaf dan terima kasih. Juga sampaikan pintaku padanya untuk menjagamu dengan baik, sangat lebih baik dari ayah dahulu.
Kepada anak-anak yang lahir sehat dari tubuhmu, tolong sampaikan padanya ucapan menyesal sebab ada akal untuk melukainya dahulu. Juga sampaikan pintaku padanya untuk terus tertawa dan berlari mengisi kesepian dalam rumah kita nanti.
Kepada kamu Henry putraku jika surat ini sampai ditanganmu itu tandanya ayah sudah tidak bersama kamu lagi. Kembalilah meskipun luka tak dapat sembuh seketika. Berbahagialah meskipun duka yang menyelimuti rumah besar kita.
Kembalilah jadikan rumah besar kita hangat seperti sedia kala.
Selamat tinggal Henry putraku,
Dari Arthur ayahmu.