chapter two.
kantin gedung utama.
Seperti yang telah direncanakan Haruto menyusul Hyunsuk, Jeongwoo, Doyoung, dan Jaehyuk. Kalau dipikir-pikir bagaimana mereka bisa menjadi teman jawabannya gatau sejak kapan dan gimana. Yang mereka inget cuma suatu hari di jaman kelas satu sekitar semester dua Haruto sedang duduk di bangku kosong kantin seorang diri, sedang menunggu Pangeran Yoshi dan kawanan tengah menikmati makan siang.
Karena hari itu ramai, hanya tempat yang Haruto duduki tersisa. Disanalah geng Hyunsuk makan sambil melempar guyonan receh khas Park Jeongwoo. Haruto tak sengaja mendengar dan tertawa akan ceritanya. Bukannya membentak dengan angkuh mereka berlima semakin tertawa ngakak.
Lambat laun mengenal keempat anak orang berada ini nggak bikin Haruto minder, mereka memang nakalㅡ alkohol, rokok, judi tapi juga baik bukan main. Menghormati apapun keputusan Haruto, tak sekalipun memaksa Haruto ikut menuju jalan neraka dunia. Keempat manusia sahabatnya terlampau dewasa, kadang Haruto banyak belajar baik buruk kehidupan luar dari bibir mereka.
“Besok kembaran lah bawa motor. Baru ganti skin nih gue.” Kata Doyoung disela-sela kegiatan makan.
“Lah gue mah emang bawa motor. Ini nih boss geng mana mau.” Sahut Jaehyuk menimpali.
Memang sejak kelas dua Hyunsuk sudah jarang terlihat bawa motor.
“Bukannya kaga mau, gue kalo berdua sama Jihoon trauma bawa motor. Motor gue kan semua yang belakangnya tinggi, itu pantat semok Jihoon masa pernah ditepok orang.”
Yang diceritakan ketawa geli. Mau kasihan tapi mengingat Jihoon garangnya bukan main.
“Tapi emang sih, Suk. gua perhatiin Jihoon makin berisi.” Sahut Jeongwoo.
Hyunsuk mengangguk membenarkan, “Ya gimana jajan keepsi mekdi boba apalah itu. Kaga dikasih raib jatah gue.”
Tawa ketiganya makin menggelegar, sudah biasa apalagi suara Jeongwoo yang emang kalo ketawa harus all out.
Sedangkan Haruto kali ini menatap dalam diam. Bohong kalau nggak iri, bagaimana mendengar Hyunsuk memanjakan Jihoon layaknya permata yang harus benar dijaga.
Apa dirinya bisa?
Membawa diri kemanapun masih pakai angkutan umum. Mereka berempat sering menyuruh Haruto untuk mengambil salah satu motor koleksi mereka. Tapi Haruto gak bisa, menerima belas kasih tanpa keluar setets keringat itu melenceng dari prinsipnya. Nama kedua orangtuanya dijunjung tinggi-tinggi disini.
Selagi masih cukup dan bisa diusahakan ya usahakan. Nggak semua kemauan kamu harus dipenuhi sekarang, ada yang butuh pengorbanan kamu meskipun satu tetes keringat. Begitu kata Ayahnya.
Haruto menengok kebelakang, dimana ada Junkyu disana. Memandang si manis sedang makan sambil meminum susu pemberiannya dengan wajah lucu. Senyum timbul sedikit dibibir gantengnya. Jadi gini ya bahagianya jatuh cinta?
Pun saat Junkyu tak sengaja menetaskan cairan susu disudut bibirnya jemari tegas Yoshi datang secepat kilat membersihkan. Membuat getaran gembira dalam tubuh Haruto luruh seketika.
Dan ini rasa cemburunya dari jatuh cinta?
Sabar ya, Kyu. Hari ini susu dulu. Soalanya aku mau memantaskan diri buat gantiin Yoshi. ㅡHaruto
`teuhaieyo.