chapter three.


Berbicara tentang Haruto pasti timbul rasa penasaran. Siapa dia? darimana keluarganya? Terlahir dengan wajah rupawan ternyata tidak membuatnya diterima baik dalam lingkup masyarakat khusunya sekolah.

Percuma ganteng tapi nggak kaya. Begitu katanya. Mau gimana lagi? Toh yang terucap memang fakta.

Watanabe Haruto, anak pertama dan satu-satunya dikeluarga kecil Watanabe. Diboyong langsung dari pedesaan kecil Jepang tidak membuatnya spesial.

Ayah ibunya pemilik toko roti biasa, bukan ternama seperti milik artis diluaran. Sejak kecil Haruto dididik secara sederhana lebih ditujukan pada moral dan tata krama hingga membentuk pribadi Haruto sekarang.

Haruto itu ganteng, pinter, pribadinya baik, dan satu lagi Haruto itu gigih bukan main.

Saat tekadnya bulat dengan cara apapun Haruto akan berusaha untuk menggapainya. Termasuk mengejar hati si manis anak pemilik yayasan sekolah, Kim Junkyu.


“Haruto?”

Tubuhnya berjengit, hampir saja menjatuhkan piring berisi makanan pada tangan kanannya.

Beginilah tugasnya sehari-hari, diperbudak oleh yang lebih tinggi. Sekarang Ia tengah menunggu pesanan Yoshi dan Junghwan sebelum suara lembut Junkyu menginterupsi.

“Haruto!” Panggil si manis sekali lagi karena nampak tak mendapat jawaban.

Haruto mengerjapkan mata elangnyaㅡsial, denger suaranya aja bikin bengong. “I-iya saya?”

“Ih kamu dipanggil malah bengong.” Junkyu memukul lengan Haruto pelan, ceritanya ngambek.

Junkyu nggak tau aja dari ujung kepala sampai kaki Haruto udah lemes, pengen pingsan aja. Jantungnya berdegup dua kali lipat hingga peluh mulai menetes. Panas, padahal kantin gedung utama full AC.

Hadeh, Haruto! Lo katanya mau gerak maju, tapi baru dipukul tangan seluruh tubuh mendadak jadi jelly” Batin Haruto pada diri sendiri.

Btw kok tau aku suka minum susu itu?” Tanya Junkyu lagi mencoba membangun komunikasi. Jujur Junkyu tidak dekat dengan Haruto dan sekarang agak canggung.

“Oh..., ah iya- kan saya sering lihat kamu minum itu. Kamu suka?”

Junkyu mengangguk antusias, “Banget, aku suka banget”

Dasar lucu, gemesin. Jangan kasih gue senyum kek gitu nanti gue makin jatuh.

“Iya, saya juga suka kaㅡ” Haruto bungkam, hampir saja meneriakkan bagaimana perasaannya pada si gemes saat ini juga.

“gimana?”

Bodoh, Haruto emang pinter tapi masalah menjaga image di depan gebetan mungkin Jeongwoo lebih unggul.

“ㅡmaksudnya, saya juga suka kalau kamu suka jadi bisa beliin lagi.” Dahi Junkyu mengkerut, matanya memincing. Sedangkan Haruto dibuat semakin tersudut.

“Kamu mau beliin aku lagi?” Helaan napas lega terdengar, ya belum saatnya perjuangan Haruto membuat Junkyu peka berhenti sampai disini. Setidaknya bukan dengan cara konyol yang hampir saja Ia lakukan. Bukannya semakin dekat, Junkyu malah jijik.

Kepalanya mengangguk.., iyain aja biar cepet. Toh Haruto memang berniat memberikan seluruh stok susu stroberi Jepang di rumahnya buat acara PDKT-nya sama Junkyu.

“Be-besok saya bawain lagi.”

Bibir si manis mengembangkan senyum puas. Bola matanya berbinar. Tubuh yang lebih pendek mencondong mendekat, hingga Haruto harus meneguk liurnya keras.

Anjir mau ngapain? Junkyu jangan disini!” Batinnya berteriak.

Sekujur badannya merinding tatkala suara rendah namun manis mengalir masuk tepat menuju gendang telinganya.

“Kalau mau cari aku di perpus atau di lapangan belakang, Yoshi nggak suka dua tempat itu.” Bisiknya.

well, ini tandanya Haruto dapat lampu hijau?


`teuhaieyo.