chapter sixteen.


Hari ini tepat satu hari sebelum ujian tengah semester dilaksanakan. Sekolah memang tetap masuk namun seluruh mata pelajaran ditiadakan. Daripada menikmati hidup, lingkungan sekolah tampak sepi karena hampir semua siswa memilih belajar.

Sama seperti siswa lainnya, geng Hyunsuk; geng yang terkenal chill, tukang bolos, bodo amat sama pelajaran, kali ini mereka tengah serius menggerakkan pensil di atas kertas. Sesekali, suara lirih terdengar meminta pendapat serta penjelasan lebih mengenai materi matematika pada Haruto.

“To, ini kenapa dah dikali yang ini?” Tanya Jeongwoo yang memang tepat berada disebelah Haruto.

Haruto memberikan atensinya, membalikkan buku sakti berisi catatan rumus.

“Nih kan dari awal gue udah jelasin rumusnya kaya gini. Jadi kalo dimasukin ya alhasil 45 dikali 6.”

Jeongwoo membulatkan bibirnya membentuk huruf O. Haruto sebenarnya sudah menjelaskan tadi dengan soal yang lain, tapi memang dirinya pelupa.

“Paham kaga lu?”

“Iye ah, bang jago nih!”

Balasan Jeongwoo membuat si pemuda mendapat toyoran di kepala.

Selang dua puluh menit bel istirahat kedua berbunyi. Sunyi, hening, penuh konsentrasi telah berganti desahan lega dan ucapan canda. Ramai langkah sepatu mulai terdengar, bergerak menuju arah dua kantin.

“Buset ngebul otak gue.” Ujar Doyoung setelah menutup buku catatannya, meletakkan kepala disela lipatan lengannya.

“Ayok ah kantin!” Perintah Hyunsuk yang telah berdiri sembari meregangkan otot-ototnya.

Jeongwoo masih fokus berselancar pada layar ponsel pintarnya. Rautnya serius seolah mencari sesuatu. Setelah dapat di seluncurkan ponsel tersebut ditengah-tengah temannya.

“Duduk dulu!” Titah Jeongwoo pada keempat sobatnya.

Dengan bingung mereka menurut, memilih duduk seperti semula dengan menatap Jeongwoo penuh tanda tanya.

Pemuda ganteng itu menyisir rambutnya ke belakang, obsidiannya bergerak sana sini memastikan perpustakaan telah sepi.

“Junkyu kemaren ada chat gua marah-marah. Lu beneran lagi ngehindarin dia?”

Jeongwoo menepuk bahu lebar milih Haruto. Pemiliknya mengerutkan dahi dibuatnya. Ia baru tau Junkyu mencari sebegitunya. Bentar! ditatap Jeongwoo dengan intens bikin jantungnya mau copot, perasaan gelisah itu hadir.

“Gue...Gueㅡ” Balasnya gugup. Niatnya biarkan ini menjadi kekhawatirannya saja, enggan melibatkan kawannya lagi. Toh Haruto bukannya menghindar, sekali lagi dirinya masih mencari sebuah keputusan akan kelanjutan perkara hatinya. Belakangan ini Haruto makin hilang percaya diri, membandingkan dirinya dengan lelaki lain terdekat Junkyu pun Haruto hanya seujung kuku. Junkyu mungkin berkilah dibalik kata tidak apa-apa, jauh disana pemuda bermata elang itu mana sanggup melihat Junkyu berada dalam kesusahan bersamanya.

“Gimana? Jelasin..” Tuntut Jeongwoo. Bukan, bukan Jeongwoo ingin ikut campur. Namun disini Ia merasa berhak meminta penjelasan, karena jika besok Junkyu bertanya padanya Ia tau harus bereaksi seperti apa.

Haruto menghela nafas berat, tubuh tingginya melorot kebawah. Bahu tegapnya tak lagi kokoh sejajar.

“Gue jujur juga bingung sebenernya sama apa yang lagi gue pikirin. Saat gue berdua sama dia, gue jadi cowok paling percaya diri sedunia. Gue yakin bisa jaga dia, bikin dia seneng. Disisi lain, saat liat dia sama yoshi disitu mental gue down, gue ngetawain diri gue sendiri, gue dibuat sadar betapa jauhnya gue sama Junkyu.” Pandangannya sendu mengingat beberapa kali perasaan dilema itu muncul. Haruto memang bukan lelaki pengecut, dia gigih bukan main. Namun entah kenapa pemuda Kanemoto Yoshinori selalu bisa bikin dia inget dimana tempat seharusnya Haruto berdiri. Yoshi selalu bisa bikin dia mundur tanpa sentuhan atau tutur kata.

Haruto menunduk bersamaan belaian lembut dari tangan kecil milik Hyunsuk. Hanya mengelus punggung yang seketika jadi lesu.

“Gapapa, gue paham kok.” Katanya menenangkan.

“Kalo gue nyerah, apa iya gue jadi pengecutㅡduh bangsat sakit!

Mereka berempat tertawa ketika tangan jahil Jaehyuk berhasil melayang pada kepala Haruto. Hingga empunya berteriak kesakitan.

“Pengecut itu kalo lu nyerah sebelum usaha. Udah bonyok terus jadi artis spesialis spill gini mah namanya mundur terhormat.” Lanjut Jaehyuk ditanggapi dengan anggukan setuju dari Doyoung dan Jeongwoo.

“Kata gue sih, kalo capek ya istirahat. Take your time, bro. Nggak semua hidup lu tentang ngejar Junkyu, besok ada ujian lu kudu fokus, bentar lagi lulus siapa tau besoknya sukses baru dah semesta nemuin lu sama Junkyu. Gue emang gedek banget liat kelakuan lu yang insecure gini, tapi kalo maju bikin lu berantakan gue hormatin keputusan yang ini.” Ujar Doyoung panjang lebar.

Teman-temannya ini memang terlihat brandal, slengekan, negative vibes. Bagi Haruto setelah Tuhan dan keluarga kecilnya, mereka diurutan nomor 3 sebagai harta yang berharga.

“Ciahh gaya lu semesta, nonton channel mana lagi semalem?” Goda Jeongwoo.

“Bangsat!”

Seketika gelak tawa menguar. Bahkan Haruto yang tengah gundah pun ikut terkekeh. Setidaknya perasaannya lebih lega.

By the way, To. Abis ujian temuin Junkyu. Jelasin semuanya, jangan bikin dia bingung juga.” Saran terakhir dari Hyunsuk menjadi penutup acara diskusi serius dari lima orang sahabat. Harus buru-buru ke kantin sebelum bel istirahat usai berbunyi kembali.

Tunggu! Setelah aku dapet jawabannya, aku pasti dateng ke kamu.


`teuhaieyo.