chapter one.


Mari kita perjelas apa yang terjadi disini. Pada kawasan sebuah sekolah menengah elit di tengah hingar bingar kota besar.

SMA Treasure dimana mental yang mententukan siswa/i bisa lulus atau berhenti saat pertama kali menginjakkan kaki di tanahnya. Kebejatan sistemnya sudah menjadi rahasia umum, dimana ada dua gedung di dalamnya.

Gedung utama yang mana paling besar, megah, dan mewah diperuntukkan siswa reguler, anak pemegang sendok emas. Isi otaknya? well, siapa yang peduliㅡ uang bebicara banyak disini.

Gedung B yang terlihat berkali lipat lebih kecil, nampak seperti gedung sekolah biasa pada umumnya. Gedung yang diperuntukkan bagi anak beasiswa, anak orang sederhana. Pintar? maaf yang menentukan kelulusan hanyalah sosok mental baja. Menjadi budak siswa gedung utama sudah biasa, memilih menurutㅡmenahan diri agar beasiswa bertahan hingga hari kelulusan.

Hal ini terjadi pada Watanabe Haruto si rupawan dari gedung B, budak utama sang pemegang kasta tertinggi gedung utama, sosok pemuda berambut ash grey Kanemoto Yoshinori.

Siapa gerangan tidak mengenal Yoshi, pemuda tampan dengan tatapan dingin. Julukan pangeran yang tersemat pada tengah namanya sejak kelas satu memang cocok disandang si murid. Hidup sebagai budak pangeran sekolah, membuat Haruto agaknya sedikit mengenal Yoshi beserta jajarannya.

Termasuk dia..., Kim Junkyu. Pemuda manis pecinta susu stroberi buatan negeri Jepang.


Junkyu berjalan, lumayan cepat di lorong sepi., efek sehabis melarikan diri dari godaan geng Hyunsukㅡ rumornya Hyunsuk ini anak mafia jadi siapapun akan segan dekat dengan Hyunsuk.

Di depan sana jejeran loker siswa mulai tampak. Jemari cantiknya meraba-raba permukaan besi sembari kakinya mendekat pada loker penuh dengan sticky notes, nggak perlu dibaca... isinya cuma kata-kata penuh gombalan sampis dari penggemar.

“Hah...” Junkyu menghela napasnya, menatap jengah pegangan lokernya pun tertutup kertas.

Pun saat pintunya dibuka, kepalanya semakin dibuat pusing. Tubuhnya mematung, menatap tumpukan kotak hadiah, coklat, bunga. Inilah alasan Junkyu enggan meletakkan barang penting, pribadi miliknya. Junkyu seperti tidak punya privasi disini.

Kenyataan beberapa siswa menjual informasi kode lokernya.

Kaki jangkung Junkyu tertekuk..., mari bereskan semua sampah ini karena sumpah setelah ini pelajaran matematika yang mana gurunya anti telat.

“Biar saya bantu...”

Sebuah tangan terulur, tanpa meminta persetujuan lebih lanjut bergegas memunguti kotak. Junkyu sampai kaget sendiri darimana pemuda bersuara rendah ini datang, yang Ia tau Junkyu berjalan sendiri.

Junkyu memberanikan diri mendongak, ingin memastikan lebih lanjut siapa gerangan.

“O-oh? Haruto?” Lirihnya. Yang dipanggil namanya ikut mendongak hingga kedua pasang obsidian mereka bertemu satu sama lain.

Junkyu tersenyum geli, wajah Haruto terlihat konyol, “Makasih loh.”

Diucapkan begitu Haruto gemetar hingga keringat dingin mulai terbentuk di dahi. Haruto lebih dulu memutus kontak mata, melirik arah lain mana saja asal bukan Junkyu. Tujuannya kemari memang bertemu Junkyu, lebih tepatnya ke loker si manis. Layaknya pria tidak gentleman lainnya yang hanya bisa menitipkan harapan melalui makanan yang dimasukkan dalam loker si manis. Mana sangka malah bertemu pujaan hati secara langsung, di lorong sepi, hanya berdua.

Iya hanya Haruto bersama Junkyunya.

“I-ini mau ditaruh di..mana?” Tanyanya gugup. Jujur baru kali ini Haruto berbicara dengan Junkyu.

“Ditata aja disamping loker, biar nanti pulang aku sama temen-temen angkut ke mobil. Sekali lagi makasih ya Haruto.”

Aduh, jangan panggil nama Haruto begitu. Jantungnya sudah berdebar tak karuan. Sekali lagi Junkyu mengatakan Haruto bisa-bisa pingsan ditempat.

Setelah menata semua hadiah, Haruto berdiri kaku di depan pintu kamar mandi. Bener, tadi Haruto sembunyi disitu karena anak gedung B seperti dirinya nggak bisa berkeliaran bebas di gedung utama.

Suasana mendadak canggung, tidak ada yang berkeinginan untuk berbicara terlebih dahulu. Begitupun Haruto, bingung sendiri apa sekarang memberikan susu yang telah dibawa atau seperti biasa dimasukkan dalam loker.

Waktu pelajaran telah memasuki jam ke 4.

Beruntung loudspeaker pusat berbunyi, jadi ada alasan untuk Junkyu pergi.

“Aku duluan ya, Har..” Pamitnya, Junkyu melangkah pergi sebelum...,

“Junkyu!” Panggil Haruto kembali, kali ini suaranya tegas meskipun ada getaran sedikit. Kedua tangannya memegang kotak susu stroberi dijulurkan ke depan.

Junkyu berbalik, kaget juga dibuatnya. Namun, detik kemudian senyum manisnya timbul membuat yang ditatap menunduk. Junkyu paham maksudnya, dengan senang hati diambil kotak berwarna merah hati. Meskipun dalam hatinya dirundung bingung, hanya orang-orang terdekatnya yang tau Junkyu minum susu produk asal Jepang.

Apa Haruto memperhatikanku?inner Junkyu.

“Makasih lagi, nanti aku minum.”


`teuhaieyo.