chapter four.


trigger warning// harsh words and bullying


Haruto duduk diam, memangku dagu seorang diri. Mata elangnya menatap malas mengamati Yoshi dan kawan-kawan tengah menyantap makan siang. Ia kira Yoshi sudah malas mempermainkannya maka dari itu tiga hari belakangan Haruto hidup bebas berkeliaran di sekolah. Nyatanya, hari ini Yoshi mengirim pesan tiba-tiba.

Kantin cukup sepi, ya mungkin karena nggak ada geng hyunsuk disini. Entah mereka kemana yang pasti sejak bel istirahat berbunyi batang hidungnya belum sama sekali nampak. Juga, Haruto mana berani bermain hp saat terbelenggu dalam permainan Yoshi. Cari mati namanya.

Beberapa menit kemudian satu persatu siswa masuk kantin, padahal jam sudah mendekati masuk. Kiranya mereka memang anak yang pandai, mengerjakan tugas dahulu baru makan. Tapi yang aneh semua anak datang membawa buku dari tipis maupun tebal.

Perpustakaan ada di lantai tiga bukan?

Kedua bola mata Haruto bergerak, bergantian pada gerombolan siswa dan sekarang Yoshi yang berdiri. Seperti tengah menyambut tamu kebangsaan.

Haruto bergidik dibuatnya lantaran Yoshi malah menatap dirinya dengan senyum yang nggak bisa Ia artikan. Jika sudah begini, sesuatu akan terjadi bukan?

“Pangeran Yoshi ini mana yang mau ngerjain tugas kita?” Seruan salah satu gerombolan.

Yoshi cukup diam, mengarahkan telapak tangannya kearah tempat duduk Haruto seperti mempersilahkan.

“Taruh aja disitu, nanti dia yang ngerjain semua. Kalo kalian gak puas sama nilainya hukuman gue serahin ke kalian.”

Sinting, permainan macam apa yang sedang terjadi. Rasanya Haruto sudah menurut dan tidak membuat kesalahan apapun. Ya Tuhan siapapun tolong Haruto!

“Yosh, kamu nggak bisa seenaknya kayak gitu dong!” Junkyu kali ini berdiri, menyampaikan ketidaksukaan pada Yoshi.

Senyuman dibibir tampannya luntur, digantikan kilatan marah. Yoshi nggak habis pikir, selama ini apapun yang dilakukan Yoshi pada si budak Haruto tidak ada yang melarang termasuk Junkyu.

Untuk yang pertama kalinya Yoshi dibuat kecewa. Terlebih orang itu adalah Kim Junkyu sendiri. Lelaki yang selalu Ia jaga sejak kecil.

“Bagus... bagus Kim Junkyu!”

Atmosfer mendingin bersamaan seluruh suara berangsur teredam. Kantin berubah sunyi senyap. Hanya suara tawa kecewa dari sosok pangeran. Bahkan ketiga temannya yang lain hanya diam, enggan peduli.

Yoshi beranjak dari mejanya, berjalan pasti hingga suara ketukan sol sepatu mahalnya menggema. Hingga tujuannya jatuh pada Haruto.

Brak!

Dipukul keras meja terbuat dari kayu import hingga retak bagiannya. Selanjutnya, tanpa persiapan ditarik seragam Haruto sembarangan hingga tubuhnya ikut terangkat.

“YOSHI!” Teriak Junkyu memperingati untuk stop sampai disini.

Haruto takut? Tidak, ini hal yang lumrah kalau Yoshi marah. Kedua pasang obsidian itu beradu, Haruto menatap Yoshi datar sedangkan milik Yoshi telah memerah.

Yoshi mendengus,“Bajinganㅡ” Lirihnya.

“Lo harusnya inget gue siapa dan lo siapa. Anak rendahan kayak lo jangan main-main.” Titahnya datar namun menusuk. Detik kemudian tubuh jangkung Haruto dihempas bebas jatuh di atas lantai dingin.

Haruto memang sudah terbiasa begini, diinjak-injak layaknya sampah tak berguna. Seperti teman sejatinya adalah tanah. Tapi Haruto benci tiap kali Yoshi mengucapkan kalimat itu. Dimana Ia diingatkan tentang sebuah posisi.., gue siapa dan lo siapa?.

Selayaknya Tuhan yang mengatur bahwa hidup tidak diperuntukkan manusia dengan strata sosial rendah.

“KERJAIN SEMUA TUGAS TEMEN-TEMEN GUE!”

Tanpa belas kasihan Yoshi keluar membiarkan Haruto dengan tumpukan buku berisi tugas yang bahkan tidak Ia pelajari.

Jika tiga hari yang lalu adalah keberuntungannya maka hari ini dan entah sampai kapan Haruto akan ditimpa kesialan.


`teuhaieyo