chapter fifteen.
ting ting ting
Suara sendok garpu beradu dengan piring kaca. Hampir semua pasang mata mengamati kegiatan pemuda lucu yang tengah melamun dengan tatapan jengkel. Pasalnya semenjak 2 menit yang lalu suara itu terus menginterupsi fokus mereka yang tengah menikmati makan siang.
Pemuda dihadapannya sadar. Segera dicekal tangan lembut yang sejak tadi lebih memilih memukul piring daripada menyendok nasi.
“Junkyu?” Panggilnya lembut, mencoba menarik perhatian si manis.
Ketika syaraf ditangannya merasakan belaian dari seseorang, atensi Junkyu kembali. “Eh iya kenapa, Yosh?”
Yoshi, pemuda yang digadang gadang menjadi pangeran sekolah mengarahkan pandangannya pada piring Junkyu. Nasinya telah mencuat kemana mana.
Junkyu meletakkan sendoknya, Ia tak sadar telah melakukan begitu.
“Mikirin apa sih? Dari tadi ngelamun terus?” Tanya Yoshi sembari mengusap pipi Junkyu, membersihkan dari beberapa butir nasi yang menempel.
Desahan nafas kasar terdengar. Junkyu nggak tau bisa bilang ke Yoshi atau nggak. Masalahnya yang sejak tadi ada di pikirannya adalah dimana sosok Watanabe Haruto? Niat hati ingin meminta maaf lebih benar, batang hidungnya belum nampak sejak tadi pagi.
Junkyu tersenyum kecut lantas menggeleng sebagai jawabannya.
Yoshi memilih tak melanjutkan. Tapi dia tau apa yang sedang terjadi disini. Watanabe Haruto itu benar benar menguji kesabarannya.
Junkyu menarik tangannya dari genggaman milik Yoshi. Sedikit berlari menghampiri lelaki tak kalah manisnya yang baru saja masuk ke area kantin.
“Jihoon! Jihoon!” Panggil dengan teriakan tak sabar.
“HAH? APA?” Jihoon ikut panik sendiri.
“Liat Haruto gak?” Sebutnya to the point.
Jihoon menggeleng, dia juga nggak tau. Bahkan dia juga lagi sebel pacar sama gengnya ngilang gitu aja. Alhasil Jihoon ke kantin sendiri.
“Tuh liat Hyunsuk sama gengnya aja nggak ada. Tau dah kemana. Gue duluan ya laper banget.”
Jihoon berlalu meninggalkan Junkyu. Sedangkan Junkyu kembali ke meja dengan lesu.
Demi, Haruto kalo ketemu aku pukul! Batinnya menggebu.
Yoshi memutuskan untuk mengajak Junkyu pada markasnya. Sebuah rooftop terbuka diatas gedung utama. Junkyu maju mendekat pembatas kaca, terkesima akan view yang ada, mengabaikan angin kencang yang tengah merusak tatanan rambut coklat miliknya.
“Ati-ati jatoh!” Teriak Yoshi sambil menggelar karpet kecil miliknya. Memang sengaja diletakkan disana.
Junkyu berbalik setelah melihat Yoshi sudah nyaman dengan posisi rebahan menatap langit biru. Ia pun turut meletakkan pantatnya di atas karpet.
“Mashi masih marah sama kamu?” Beberapa menit setelah suasana hening, Junkyu mengangkat suaranya.
“Ya gitu.” Balas Yoshi pasrah. Jika diingat-ingat lagi Yoshi jadi kepalang pusing.
“deserve“
Yoshi pun setuju. Dia yang bodoh. Sifat posesifnya yang bikin dia begini. Udah berusaha, menghiraukan Junkyu bergaul dengan Haruto hingga pria itu menaruh hati pada si manis. Namun lagi, Yoshi selalu ingin ikut campur hingga menyakiti perasaan tunangannya tuk yang kesekian kali.
“Gapapa kan dia udah aku ikat pake cincin.” Balas Yoshi santai.
Junkyu geram, kok bisa ada orang pikirannya secetek Yoshi. Junkyu mendekat pada Yoshi, menyentil dahi terbuka itu keras hingga pemiliknya mengaduh.
“Orang yang nikah bertahun-tahun aja bisa pisah apalagi cuma dijanjiin cincin doang.”
Yoshi bangun dari posisinya, kali ini Ia yang menatap Junkyu intens.
“Aku percaya sama Mashi, tapi aku gak percaya sama kamu.” Tuturnya lirih. Yoshi bukannya posesif, ada nada khawatir dalam suaranya. Junkyu paham akan sifat Yoshi yang begini.
“Yoshiㅡ”
“ㅡ kalau aku bilang aku suka sama Haruto gimana?”
Ucap Junkyu sangat berhati-hati. Maniknya menelisik setiap perubahan ekspresi dari lawan bicaranya. Kiranya Yoshi akan mulai mengerutkan dahinya, pria itu malah tersenyum kecil.
“Aku nggak tau.” Jawabnya jujur. Yoshi berada ditengah dilema, menarik atau melepaskan. Yoshi benar-benar nggak tau.
“Haruto baik, sopan, he's take care of me well, just like you. But not as brother. Rasanya nggak ketemu dia itu bikin aku khawatir.”
Aku tau, Junkyu. Aku tau dia serius sama kamu. Pun aku tau kamu telah jatuh dalam rengkuhnya.
Yoshi mengangkat tangannya, menyelipkan rambut coklat Junkyu yang diterpa angin dalam telingannya.
“Ijinin aku jaga kamu lebih lama lagi. Aku mau lihat lebih jauh usaha dia.”
`teuhaieyo.