all of us is silenced.
Ciize tentu mematung waktu pintu ruang rawat inap yang dia udah yakin banget milik siapa dibuka lebar-lebar. Wajahnya yang semula sumringah, ingin terlihat baik banget di depan mama sekaligus istri pemilik agensi tempatnya bekerja.
Bagaimana tidak, ketika pintunya dibuka ternyata di dalam sudah ramai. Bukan cuma keluarga kecil bosnya tapi juga ada satu cowok yang dia yakin cuma temen udah ada di sana. Suasananya gak meriah, lebih ke sunyi ada sedih-sedihnya. Keliatan banget ada jejak air mata yang udah mulai kering di pipi mama. Matanya sembab, juga suaranya masih parau.
Namanya First, Ciize cuma sekedar tau. Dia gak ngorek lebih karena Ciize bukan tipe manager yang kayak gitu. Maka dari itu Khaotung seneng banget sama Ciize, nyaman orangnya. Ciize tuh bakal nunggu sampai Khaotung ngomong sendiri. Biasanya pasti ajak ke kafe ala kadarnya, yang sepi gak mentingin rasa. Pokoknya cuma ada mereka berdua yang ngobrol dari hati ke hati. Menyalurkan satu rahasia dari rahasia.
Akhirnya Ciize paham topik ngobrol hati ke hati hari ini. Ini orangnya juga ada, masalahnya dateng di depan mukanya sendiri. Benang merahnya kayak punya pikiran buat nyari jalan biar gak ruwet satu sama lain.
Maka mereka bertiga akhirnya duduk melingkar di kafe bawah rumah sakit. Kafe sempit cuma tersedia lima meja yang lagi kosong semua. Sisa mereka sama barista yang entah sibuk apa.
Diskusi meja itu berlangsung lama. Gak ada suara keras, gak ada gebrakan meja ala sinetron, gak ada kaget lebay yang sampai melotot-melotot dan harus nyiram air putih ke muka lawannya. Karena mereka bertiga sekuat tenaga jaga emosi, mereka bertiga pakai otak dingin biar bisa cerna runut ceritanya.
Mostly Khaotung yang cerita, dari awal ketemu sampai kejadian kayak gini bisa tercetus. First kadang cuma jawab alakadarnya, elaborasi Ciize lebih lanjut tentang detail yang tertinggal. Mereka berdua pastikan ceritanya fakta, gak ada rekayasa, gak ada bumbu perasa. Sebab mereka gak mau ada salah langkah lagi yang nantinya akan tambah runyam.
“Mama awalnya menentang, mba. Begitupun papa, beliau gak vokal tapi gesturnya satu suara. Aku kaget waktu mama bangun dan pertama yang dibahas sama aku tentang kita. Mama nangis, katanya dia takut ga bangun, ga lihat aku bahagia dulu. Terus mama bilang, beliau ikhlas apapun yang jadi kebahagiaan aku itu juga jadi impian beliau yang akhirnya tercapai. Asalkan aku menikah, asalkan aku yakin sama pilihanku sendiri. Kalau memang First orangnya, mama akan restui.” Khaotung bercerita, sambil mengingat kata mama di malam dia akhirnya siuman.
Mama yang Khaotung tahu beneran beda dari yang biasanya. Mama lemah, gak berdaya, pikirannya udah kemana-mana. Jalan hidupnya sekarang diisi sama permintaan-permintaan yang dia belum capai, minim ambisi. Semuanya diserahkan pelakunya asal terlaksana sebelum waktunya tiba. Mama sekarang adalah paruh baya yang hidup sambil kejar-kejaran sama waktu.
Ciize awalnya gak paham, ada kecewa juga. Secara personal dia bisa bantu paham, dia ngerti juga gimana tertekannya hidup sebagai Khaotung. Dia sama pusingnya waktu Khaotung marah, jengkel, dan putus asa secara bersamaan karena tingkah mamanya yang gak udah-udah.
Tetapi sebagai seorang profesional manager, ini adalah ancaman besar. Masalah menyangkut hati yang dimulai dari keputusan impulsif ini gak bisa ditangani dengan gegabah. Harus dipikir dengan matang, harus dicari jalan keluar yang akurat. Kalau salah pilih jalan akan jadi tersesat dalam kerumunan hujatan. Citra yang dibentuk, karir yang dibangun, akan hancur lebur seketika.
Inilah yang biasa disebut dengan skandal. Ciize yakin gak ada orang dalam industri ini mau ketimpa kasus apapun bentuknya.
Menikah ya... kalau boleh Ciize mau sujud aja. Minta keringanan sama ibu bos buat mereka pacaran dulu. Setidaknya kalau media berhasil mengendus ceritanya gak gempar-gempar amat, gak ada alasan orang buat pacaran, saling suka. Tim juga gampang mau bikin statement. Hater gonna be hate anyway.
Beda lagi kalau masalahnya menikah. Apalagi tiba-tiba, iya kalau memang hubungannya terjadi dibelakang lah ini yang menjalani juga kebingungan, gak siap. Ciize lagi mikir worst case yang akan dia hadapi nanti kalau pernikahan ini beneran terjadi. Gimana dia sama tim bikin statement, gimana dia sama manager lainnya adjust kehidupan artisnya. Karena menikah itu gak semudah mengajak, tapi dia mengubah hidup seseorang.
Mereka bertiga akhirnya sadar waktu melihat jam dinding kafe sudah menunjukkan waktu sore. Makan waktu tiga jam lebih buat diskusi dan hasilnya nihil. Mereka sadar bahwa masalah yang lagi dihadapi bukan hal biasa, tapi luar biasa bikin pusing. Jalan terbaik adalah berdoa semoga yang diberi sakit umurnya dipanjangkan agar memberi mereka yang berpikir lebih lama. Jalan terbaik pula adalah pulang dan mencerna.
Semoga hari esok akan bersinar cerah memberi petunjuk pada jiwa-jiwa yang tengah tersesat.
`hjkscripts.